Sesungguhnya aku tidak ingin menuliskan surat terbuka seperti ini terhadapmu karena aku tidak suka drama, politik dan sinetron #eh namun aku merasa bagaimanapun juga aku harus jujur dan tetap memberikan credit terhadap mereka yang telah memberiku buku menarik ini.
Ini adalah pertama kalinya aku mengikuti event Secret Santa di BBI. Secret Santa sendiri boleh dibilang salah satu event jagoan atau event populer BBI. Bahkan banyak teman-teman BBI sendiri yang jujur mengakui, awal mula mereka tertarik bergabung dengan BBI karena pengen ikutan event Secret Santanya.
Berhubung aku baru bergabung dengan BBI pada bulan Maret 2013, maka aku baru bisa ikutan event ini pada bulan Desember kemarin. Sayangnya acara Santa Rahasiaku tidak berjalan sebagaimana yang kuharapkan. Pada saat tanggal 20 Desember 2013 di mana hampir separuh dari total peserta SS sudah mengepost riddle mereka dan asyik menebak-nebak siapa Santa mereka, aku masih harap-harap cemas apakah bukuku sudah dikirim atau belum.
Sempat terpikir olehku, kalau mungkin lamanya aku belum menerima kado karena salah satu wishlistku adalah buku PO (Pre Order) yang baru akan resmi beredar pada tanggal 22 Desember, maka akupun tetap sabar menunggu, namun karena penasaran kuputuskan untuk bertanya ke divisi event, apakah kau sudah mengirim hadiahku atau belum.
Melalu perantara divisi event, aku mendapat jawaban kalau daerah tempatmu tinggal, sulit ditemukan toko buku. Dan untuk ke toko buku besar seperti Gramedia, kau harus pergi ke daerah kota. Oke, aku paham dan ada rasa tidak enak karena menyusahkanmu, jadi aku tetap sabar menunggu, walau kupikir belakangan ini banyak toko buku online yang membuat belanja buku jadi lebih mudah.
Selain itu, aku juga kembali melihat daftar wishlistku dan menelaah, apakah daftar buku-buku dalam wishlistku terlalu susah untuk dicari. Tapi rasanya tidak, rata-rata semua bukuku bisa dicari di toko buku online, harganya pun variatif, mulai dari yang paling mendekati minimal hingga yang melampaui maksimal. Baiklah, abaikan saja yang melampaui maksimal, dan cukup lihat yang harga standar seperti buku-buku terjemahan dan buku lokal. Jadi kesimpulannya, wishlishku tidak susah.
Bulan Desember pun berlalu, dan kadoku masih belum datang. Kali ini, aku sudah bukan harap-harap cemas, tapi jadi penasaran, mengapa kadoku masih belum sampai juga. Apakah kau sudah mengirim hadiahku? Kembali kutanyakan pada divisi event. Lalu 3 hari kemudian, datanglah paket dari bukabuku, sebuah toko buku online. Kebetulan aku juga sering berbelanja di bukabuku, tapi rasanya saat itu aku sedang tidak memesan apapun via bukabuku.
Kubuka paket tersebut dan di dalamnya adalah sebuah paket lagi, kali ini paket tersebut disampul kertas kado yang sangat unyu. Gambarnya seperti ini:
Dalam hati aku melonjak senang sambil berseru "Akhirnya," karena akhirnya hadiahku datang juga, dengan segera kubuka bungkus kertas kado tersebut dan menemukan sebuah buku yang menjadi salah satu wishlistku.
Buku tersebut masih rapih tersegel, dengan hati-hati keperiksa kembali kertas pembungkusnya dan kertas kadonya, dan tidak ditemukan apa-apa lagi. Hmmm, mana riddlenya, dalam hati aku bertanya. Tapi seharusnya aku tidak merasa aneh kalau tidak ada riddle, karena aku ragu kalau toko buku online juga melayani jasa membuat riddle.
Terlepas ada riddle atau tidak, aku tetap harus melapor ke divisi event, kalau aku sudah menerima kadonya, karena aku telah merepotkan divisi event dengan terus bertanya, soal apakah dirimu sudah mengirim hadiahnya atau belum.
Selesai melapor divisi event, aku mendapat suatu kabar, mengapa buku tersebut tidak ada riddle, rupanya buku yang kuterima bukan berasal dari dirimu, tapi kiriman dari divisi event sebagai bentuk kompensasi karena kau tidak memberi kabar apapun terhadap mereka, jadi divisi event menggantikan tugasmu sebagai Santa Rahasiaku. Sejujurnya aku jadi merasa kasihan dengan divisi event yang jadi ketempuan menggantikan tugasmu. Padahal mereka sendiri juga banyak kesibukan di luar tugas mereka sebagai divisi event.
Santa Rahasiaku, aku tidak tahu mengapa kau tidak memberi kabar. Apa kau baik-baik saja? Karena aku jadi cemas akibat tidak ada komunikasi yang jelas. Aku tidak tahu apa alasanmu tidak melakukan tugasmu. Secara pribadi aku lebih suka kejujuran, seandainya kau sedang ada masalah, kau bisa cerita, aku yakin divisi event bisa memberikan jalan keluar, tanpa perlu membuat banyak drama di Secret Santa 2013. Karena bagaimanapun juga SS adalah event yang bertujuan untuk bersenang-senang dengan melibatkan banyak orang.
Untuk aku sendiri, alasan utamaku ikut event Secret Santa karena unsur misteri dan kejutan di dalamnya. Hadiah buku sendiri hanyalah bonus, karena setiap peserta selain mendapat hadiah juga harus memberikan hadiah, jadi ada unsur take and give.
My Santa, kolom komentarku selalu terbuka bila kau ingin memberi jawaban. Aku tahu kau mengenal blogku jauh sebelum event SS 2013, kau bahkan pernah berkunjung dan memberi komentar di salah satu reviewku.
Bagaimanapun juga, terlepas dari sedikit rasa sedih atas drama yang mewarnai SS 2013 kali ini, aku senang dengan event Secret Santa ini dan tetap menantikan event SS berikutnya, semangat selalu untuk divisi event dan ciptakan terus event-event seru di BBI.
Best regards,
Lina
Mohon maaf atas surat panjang saya, semoga kalian masih tetap betah untuk lanjut membaca review saya :)
Judul Buku: Life Traveler
Pengarang: Windy Ariestanty
Penerbit: Gagas Media
Editor: Alit T. Palupi
Ilustrator Isi: Diani Apsari
Desainer Cover: Jeffri Fernando
Jumlah Halaman: 382 Halaman
Segmen: Dewasa Muda
Genre: Travel-Lit, Personal Literature
Rate: ★★★★½
Travel Lit plus Personal Literature, begitulah saya menggolongkan buku ini.
Tapi kalau ditanya, apakah buku ini bisa menjadi buku panduan untuk perjalanan, mungkin saya akan menjawab, sedikit. Buku ini lebih banyak bercerita mengenai pencarian jati diri seorang Windy Ariestanty daripada membahas objek-objek seru di tempat-tempat pariwisata, karenanya buku ini juga masuk dalam golongan Personal Literature.
Windy tidak ingin membawa barang-barang kurang penting yang bisa memberatkan perjalanannya nanti. Baginya, selalu sisakan ruang kosong dalam koper atau ransel untuk setiap barang-barang baru yang mungkin akan ditemui sepanjang perjalanan, seperti oleh-oleh atau pun barang-barang lain. Dan sama sama seperti filosofi berkemas, hidup juga seperti itu. Jangan bikin hidup menjadi berat hanya karena masalah sepele.
Selanjutnya kisah banyak menuturkan tentang Vietnam. BTW, saya agak bingung sama penulisan Vietnam di sini. Setahu saya, Vietnam itu disambung, tetapi mengapa Windy selalu menulisnya Viet Nam, begitupun dengan nama lain macam Ha Noi, Sai Gon. Sebagai pembaca awam, ini saya beneran tanya.
Di Vietnam, Windy mengajak kita berkenalan dengan kebiasaan hidup masyarakat Vietnam yang suka kumpul-kumpul di resto pinggir jalan pada malam hari dengan duduk saling bedempetan karena tempat yang sempit. Lalu Miss Hang, sang resepsionis ramah yang selalu tersenyum dan memberikan segelas air setiap menyambut para tamunya yang lelah. Alih-alih bercerita mengenai tempat-tempat pariwisatanya, Windy mengajak kita untuk berpikir dan merenung dengan mengamati manusia-manusia lain di sekitar kita. Melihat bagaimana mereka saling berinteraksi, berbicara satu sama lain. Bahkan meskipun kita tak mengerti bahasa mereka, tetap akan selalu ada bahasa manusia yaitu dengan belajar memahami seperti melihat gerak tubuh, tatapan mata, dan lain-lain.
Saya selalu melihat, Windy berusaha memaksimalkan setiap waktu yang dimilikinya kalau berpergian. Tidak pernah ada kata lelah saat tiba di suatu negara baru dengan hanya duduk-duduk diam saja di kamar hotel. Bahkan meskipun malam telah larut dan kota tempat singgah mereka minim sarana hiburan, Windy berusaha menemukan sesuatu yang bisa ia ingat mengenai kota tempat ia singgah, seperti Goethe Haus di Frankfurt, Jerman, walau sudah tutup dan hanya bisa melihat bagian depan.
Bagi Windy bukanlah tidak ada waktu atau sebaliknya bagaimana menghabiskan waktu, namun bagaimana sikap kita terhadap waktu. Bisa saja kita punya banyak waktu namun tidak menggunakan waktu itu. Waktu bukanlah penentu keputusan, tapi kitalah yang harus memutuskan bagaimana menggunakan waktu.
Yang saya suka dari penuturan Windy. Saya suka penuturan Windy yang lepas namun positif tanpa terasa nada sinis atau sarkasme. Windy berusaha jujur dalam memaparkan laporan perjalanannya dari sudut pandangnya, bahkan saat ia mengalami kejadian kurang menyenangkan seperti saat di bandara O'Hare ataupun mendatangi tempat-tempat yang sarana hiburannya kurang seperti di Frankfurt, ia jarang berkeluh kesah.
Bahkan saat harus melihat deretan kaki dan mencium bau kaki yang tidak sedap saat menumpangi sleeping bus di Vietnam, Windy menuliskannya dengan kesan jenaka alih-alih kesal. Begitu pun saat ada cowok asing yang melambaikan ciuman jarak jauh, alih-alih dianggap kurang ajar, Windy lebih menganggapnya sebagai keramahan dari penduduk lokal atau kiss from a stranger.
Selain itu yang saya suka dari buku ini adalah banyak ilustrasinya yang kece badai dan colourful.
Jadi 3.5 bintang untuk kisah perjalanan Windy dan 1 bintang untuk ilustrasi dan foto-fotonya.
Ini adalah pertama kalinya aku mengikuti event Secret Santa di BBI. Secret Santa sendiri boleh dibilang salah satu event jagoan atau event populer BBI. Bahkan banyak teman-teman BBI sendiri yang jujur mengakui, awal mula mereka tertarik bergabung dengan BBI karena pengen ikutan event Secret Santanya.
Berhubung aku baru bergabung dengan BBI pada bulan Maret 2013, maka aku baru bisa ikutan event ini pada bulan Desember kemarin. Sayangnya acara Santa Rahasiaku tidak berjalan sebagaimana yang kuharapkan. Pada saat tanggal 20 Desember 2013 di mana hampir separuh dari total peserta SS sudah mengepost riddle mereka dan asyik menebak-nebak siapa Santa mereka, aku masih harap-harap cemas apakah bukuku sudah dikirim atau belum.
Sempat terpikir olehku, kalau mungkin lamanya aku belum menerima kado karena salah satu wishlistku adalah buku PO (Pre Order) yang baru akan resmi beredar pada tanggal 22 Desember, maka akupun tetap sabar menunggu, namun karena penasaran kuputuskan untuk bertanya ke divisi event, apakah kau sudah mengirim hadiahku atau belum.
Melalu perantara divisi event, aku mendapat jawaban kalau daerah tempatmu tinggal, sulit ditemukan toko buku. Dan untuk ke toko buku besar seperti Gramedia, kau harus pergi ke daerah kota. Oke, aku paham dan ada rasa tidak enak karena menyusahkanmu, jadi aku tetap sabar menunggu, walau kupikir belakangan ini banyak toko buku online yang membuat belanja buku jadi lebih mudah.
Selain itu, aku juga kembali melihat daftar wishlistku dan menelaah, apakah daftar buku-buku dalam wishlistku terlalu susah untuk dicari. Tapi rasanya tidak, rata-rata semua bukuku bisa dicari di toko buku online, harganya pun variatif, mulai dari yang paling mendekati minimal hingga yang melampaui maksimal. Baiklah, abaikan saja yang melampaui maksimal, dan cukup lihat yang harga standar seperti buku-buku terjemahan dan buku lokal. Jadi kesimpulannya, wishlishku tidak susah.
Bulan Desember pun berlalu, dan kadoku masih belum datang. Kali ini, aku sudah bukan harap-harap cemas, tapi jadi penasaran, mengapa kadoku masih belum sampai juga. Apakah kau sudah mengirim hadiahku? Kembali kutanyakan pada divisi event. Lalu 3 hari kemudian, datanglah paket dari bukabuku, sebuah toko buku online. Kebetulan aku juga sering berbelanja di bukabuku, tapi rasanya saat itu aku sedang tidak memesan apapun via bukabuku.
Kubuka paket tersebut dan di dalamnya adalah sebuah paket lagi, kali ini paket tersebut disampul kertas kado yang sangat unyu. Gambarnya seperti ini:
Dalam hati aku melonjak senang sambil berseru "Akhirnya," karena akhirnya hadiahku datang juga, dengan segera kubuka bungkus kertas kado tersebut dan menemukan sebuah buku yang menjadi salah satu wishlistku.
Buku tersebut masih rapih tersegel, dengan hati-hati keperiksa kembali kertas pembungkusnya dan kertas kadonya, dan tidak ditemukan apa-apa lagi. Hmmm, mana riddlenya, dalam hati aku bertanya. Tapi seharusnya aku tidak merasa aneh kalau tidak ada riddle, karena aku ragu kalau toko buku online juga melayani jasa membuat riddle.
Terlepas ada riddle atau tidak, aku tetap harus melapor ke divisi event, kalau aku sudah menerima kadonya, karena aku telah merepotkan divisi event dengan terus bertanya, soal apakah dirimu sudah mengirim hadiahnya atau belum.
Selesai melapor divisi event, aku mendapat suatu kabar, mengapa buku tersebut tidak ada riddle, rupanya buku yang kuterima bukan berasal dari dirimu, tapi kiriman dari divisi event sebagai bentuk kompensasi karena kau tidak memberi kabar apapun terhadap mereka, jadi divisi event menggantikan tugasmu sebagai Santa Rahasiaku. Sejujurnya aku jadi merasa kasihan dengan divisi event yang jadi ketempuan menggantikan tugasmu. Padahal mereka sendiri juga banyak kesibukan di luar tugas mereka sebagai divisi event.
Santa Rahasiaku, aku tidak tahu mengapa kau tidak memberi kabar. Apa kau baik-baik saja? Karena aku jadi cemas akibat tidak ada komunikasi yang jelas. Aku tidak tahu apa alasanmu tidak melakukan tugasmu. Secara pribadi aku lebih suka kejujuran, seandainya kau sedang ada masalah, kau bisa cerita, aku yakin divisi event bisa memberikan jalan keluar, tanpa perlu membuat banyak drama di Secret Santa 2013. Karena bagaimanapun juga SS adalah event yang bertujuan untuk bersenang-senang dengan melibatkan banyak orang.
Untuk aku sendiri, alasan utamaku ikut event Secret Santa karena unsur misteri dan kejutan di dalamnya. Hadiah buku sendiri hanyalah bonus, karena setiap peserta selain mendapat hadiah juga harus memberikan hadiah, jadi ada unsur take and give.
My Santa, kolom komentarku selalu terbuka bila kau ingin memberi jawaban. Aku tahu kau mengenal blogku jauh sebelum event SS 2013, kau bahkan pernah berkunjung dan memberi komentar di salah satu reviewku.
Bagaimanapun juga, terlepas dari sedikit rasa sedih atas drama yang mewarnai SS 2013 kali ini, aku senang dengan event Secret Santa ini dan tetap menantikan event SS berikutnya, semangat selalu untuk divisi event dan ciptakan terus event-event seru di BBI.
Best regards,
Lina
Mohon maaf atas surat panjang saya, semoga kalian masih tetap betah untuk lanjut membaca review saya :)
Judul Buku: Life Traveler
Pengarang: Windy Ariestanty
Penerbit: Gagas Media
Editor: Alit T. Palupi
Ilustrator Isi: Diani Apsari
Desainer Cover: Jeffri Fernando
Jumlah Halaman: 382 Halaman
Segmen: Dewasa Muda
Genre: Travel-Lit, Personal Literature
Rate: ★★★★½
Travel Lit plus Personal Literature, begitulah saya menggolongkan buku ini.
Tapi kalau ditanya, apakah buku ini bisa menjadi buku panduan untuk perjalanan, mungkin saya akan menjawab, sedikit. Buku ini lebih banyak bercerita mengenai pencarian jati diri seorang Windy Ariestanty daripada membahas objek-objek seru di tempat-tempat pariwisata, karenanya buku ini juga masuk dalam golongan Personal Literature.
"Saya tak ingin memberatkan hidup saya dengan urusan yang kurang penting." ~hal. 10Sepertiga bagian awal buku, Windy mengisahkan mengenai perjalanannya ke negara-negara Indo China seperti Vietnam dan Kamboja. Pertama-tama sebelum memulai perjalanan, Windy mengajak para pembaca untuk belajar berkemas atau packing. Lho berkemas saja harus diceritakan? Ya, karena berkemas pun ada seninya.
Windy tidak ingin membawa barang-barang kurang penting yang bisa memberatkan perjalanannya nanti. Baginya, selalu sisakan ruang kosong dalam koper atau ransel untuk setiap barang-barang baru yang mungkin akan ditemui sepanjang perjalanan, seperti oleh-oleh atau pun barang-barang lain. Dan sama sama seperti filosofi berkemas, hidup juga seperti itu. Jangan bikin hidup menjadi berat hanya karena masalah sepele.
Selanjutnya kisah banyak menuturkan tentang Vietnam. BTW, saya agak bingung sama penulisan Vietnam di sini. Setahu saya, Vietnam itu disambung, tetapi mengapa Windy selalu menulisnya Viet Nam, begitupun dengan nama lain macam Ha Noi, Sai Gon. Sebagai pembaca awam, ini saya beneran tanya.
Di Vietnam, Windy mengajak kita berkenalan dengan kebiasaan hidup masyarakat Vietnam yang suka kumpul-kumpul di resto pinggir jalan pada malam hari dengan duduk saling bedempetan karena tempat yang sempit. Lalu Miss Hang, sang resepsionis ramah yang selalu tersenyum dan memberikan segelas air setiap menyambut para tamunya yang lelah. Alih-alih bercerita mengenai tempat-tempat pariwisatanya, Windy mengajak kita untuk berpikir dan merenung dengan mengamati manusia-manusia lain di sekitar kita. Melihat bagaimana mereka saling berinteraksi, berbicara satu sama lain. Bahkan meskipun kita tak mengerti bahasa mereka, tetap akan selalu ada bahasa manusia yaitu dengan belajar memahami seperti melihat gerak tubuh, tatapan mata, dan lain-lain.
"Waktu tak pernah memutuskan apa pun untuk kita. Kita yang harus bersikap." ~hal. 275Pakai dan nikmati setiap waktu yang ada meskipun singkat. Perjalanan Windy, baik itu di negara-negara Indo China (Vietnam, Kamboja, dll), Eropa (Paris, Jerman, Swiss, dll) maupun Amerika Serikat atau tempat lain, banyak yang dikisahkan memiliki waktu yang sangat terbatas atau cuma sebentar. Namun meskipun hanya duduk di bus dan menghabiskan banyak waktu di jalan, Windy berusaha untuk menemukan segala aktivitas yang bisa ia lakukan, misalnya dengan mengamati orang-orang di sekelilingnya.
Saya selalu melihat, Windy berusaha memaksimalkan setiap waktu yang dimilikinya kalau berpergian. Tidak pernah ada kata lelah saat tiba di suatu negara baru dengan hanya duduk-duduk diam saja di kamar hotel. Bahkan meskipun malam telah larut dan kota tempat singgah mereka minim sarana hiburan, Windy berusaha menemukan sesuatu yang bisa ia ingat mengenai kota tempat ia singgah, seperti Goethe Haus di Frankfurt, Jerman, walau sudah tutup dan hanya bisa melihat bagian depan.
Bagi Windy bukanlah tidak ada waktu atau sebaliknya bagaimana menghabiskan waktu, namun bagaimana sikap kita terhadap waktu. Bisa saja kita punya banyak waktu namun tidak menggunakan waktu itu. Waktu bukanlah penentu keputusan, tapi kitalah yang harus memutuskan bagaimana menggunakan waktu.
"Semua tahu mereka butuh 'pulang'. Butuh rehat. Butuh mencari hangat. Mereka mencarinya dari sebuah kebersamaan. Keintiman yang menjauhkan mereka dari keterasingan."~hal. 158Rumah bisa ditemukan di mana saja. Dalam bahasa Inggris ada 2 kata yang berarti rumah bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, yaitu house dan home. Namun walau 2 kata ini memiliki arti yang hampir mirip, namun maknanya berbeda. Rumah adalah sebuah bangunan atau gedung, a house is not always a home, because home can be anywhere as long as you comfort. Sedangkan rumah bisa berupa apa saja dan di mana saja, sepanjang kita merasa nyaman, hangat dan diterima.
Yang saya suka dari penuturan Windy. Saya suka penuturan Windy yang lepas namun positif tanpa terasa nada sinis atau sarkasme. Windy berusaha jujur dalam memaparkan laporan perjalanannya dari sudut pandangnya, bahkan saat ia mengalami kejadian kurang menyenangkan seperti saat di bandara O'Hare ataupun mendatangi tempat-tempat yang sarana hiburannya kurang seperti di Frankfurt, ia jarang berkeluh kesah.
Bahkan saat harus melihat deretan kaki dan mencium bau kaki yang tidak sedap saat menumpangi sleeping bus di Vietnam, Windy menuliskannya dengan kesan jenaka alih-alih kesal. Begitu pun saat ada cowok asing yang melambaikan ciuman jarak jauh, alih-alih dianggap kurang ajar, Windy lebih menganggapnya sebagai keramahan dari penduduk lokal atau kiss from a stranger.
Selain itu yang saya suka dari buku ini adalah banyak ilustrasinya yang kece badai dan colourful.
Ada juga beberapa foto, sayang tidak semua fotonya berwarna.
Wah.. Lina drama banget ya pengalaman mu ikut SS ini, pasti jadi kenangan yang tak terlupakan :) Berharap kejadian begini tidak terulang lagi
BalasHapusbingung mo komen apa :|
BalasHapusmudah2an ga ada lagi kejadian macam ini ya :(
pukpuk linaaa...semoga ga kapok ikutan SS ya... nama SS mu sudah di blacklist di blog div event, heuheuh.... btw ilustrasi buku ini keren banget yaaaa
BalasHapusjangan kapok ikutan lagi ya, Lina... ini event yang paling ditunggu2 :D
BalasHapusbtw, ini juga salah satu buku favoritku, karena ilustrasinya yang cantik-cantik itu, lho...
ah pingin baca bukunya.......
BalasHapuslupain dramanya
Go mbak lina!! :*
BalasHapusbig hug... dukung mbak lina pokoknya! :)
Semoga mba Lina ga kapok ikutan SS selanjutnya yaa ^^
BalasHapusJangan kapok ikutan SS ya, anggap aja warna warni di BBI. Btw, aku juga suka banget buku ini, very inspiring
BalasHapusAku juga suka banget buku ini. Sayang cuma modal minjem :D
BalasHapusDrama SS sampe di WA joglosemar lo. Kita juga ikut gondok. Semoga ngga kapok ikut SS ya, Lina. Toh, oknumnya sudah di blacklist hihihi
Sedih deh ada drama semacam ini di SS 2013 ya. Jangan kapok ikutan SS ya, LIn :)
BalasHapusSyukurlah kamu suka buku ini. Buatku buku ini....bikin ngantuk X)
Sabar ya Lina.. emang bikin gondok itu santamu. Namanya karma kan ada, what goes around come around, yakin deh santamu bakal kena batunya nanti dia.
BalasHapusAku juga punya buku ini, baca ah :)
Baru tahu ada 'drama' dibalik layar ... jangan kapok ya mbak Lina, orang sabar itu disayang Santa lho :D
BalasHapusAku juga suka buku ini, pertama kali baca karya Windy buntelan Gagas waktu itu, sayangnya dapat edisi yang sedikit kucel (>,<) ... but I love the story and how live she wrote the journey.
Mbak Linaa semangat, semoga kejadian ini gak terulang di SS selanjutnya...
BalasHapusAku belum baca buku ini, iya ilustrasinya keren euy..
Semangat, Kak Lina ^^ Kok aku ikutan sedih sendiri baca post ini hehe
BalasHapusSemoga nggak ada lagi kejadian kayak gini deh... Aku juga suka buku ini, ringan dan enjoyable :) Bisa sambil jalan-jalan
BalasHapusTerimakasih atas semua dukungannya, drama SS sudah kuanggap selesai.
BalasHapus@dewi: ia sih ini jenis buku yg kurang enak buat dibaca ulang
Aku submit ini dr mobile, ternyata begini tampilan webnya ><
*pukpukLina*
BalasHapusSemoga tidak patah arang untuk mengikuti SS tahun depan ya?
#eh, masih ada kan? :)
Linaaaa, aku kok sedih ya baca postingan ini :(
BalasHapusBtw reviewnya bagus Lin! Aku juga suka merhatiin gambar-gambar buku ini, Windy juga gaya penceritaannya enak, ngalir gitu aja.
gpp mbak Mia, yang sudah terjadi biarlah terjadi :D
Hapuswkwkw aku jadi merasa lebay skrg.
Iya, coba setia buku ada ilustrasinya
*puk-puk Lina* jangan kapok lagi ya, semua ada balasannya kok :D
BalasHapusaku juga suka buku ini, buku travelling yang cukup beda dari segi penyajian :D
*peluk Lina sambil nendang si Santa yg tidak bertanggungjawab* #eh Semoga tahun depan Lina bisa dapet Santa yang baik hati ^_^
BalasHapusMakasih Ika, semoga tahun depan semua lancar, krn aku udah dapat ide buat riddle lagi.
Hapusselalu penasaran dengan buku ini :)
BalasHapus