Judul Buku: The Invention of Hugo Cabret
Pengarang: Brian Selznick
Penerbit: Mizan Fantasy
Jumlah Halaman: 543 Halaman
Penerjemah: Marcalais Fransisca
Segmen: Anak-anak, Semua Umur
Genre: Picture Book, Steampunk
Harga: Rp 20.000 (Obral Mizan), beli di Sunter Mal
Rate: ★★★★
The Invention of Hugo Cabret bercerita mengenai bocah yatim piatu bernama Hugo yang hidup sebatang kara di sebuah stasiun kereta api di Paris pada tahun 1931. Hugo menjaga keberadaan dirinya serahasia mungkin, karena bila sampai ada orang lain yang menemukan seorang bocah berumur 12 tahun hidup sendirian, maka mereka pasti akan membawanya ke Panti Asuhan.
Sejujurnya, saya bingung bagaimana mereview buku ini. Isi buku ini 30% text dan 70% gambar. Dan juga salah satu buku paling memanjakan mata yang pernah saya baca :)
Pengarang: Brian Selznick
Penerbit: Mizan Fantasy
Jumlah Halaman: 543 Halaman
Penerjemah: Marcalais Fransisca
Segmen: Anak-anak, Semua Umur
Genre: Picture Book, Steampunk
Harga: Rp 20.000 (Obral Mizan), beli di Sunter Mal
Rate: ★★★★
Kisah tentang seorang anak yang ingin menemukan pesan terakhir ayahnya dan seorang kakek tua yang terperangkap dalam dunia tanpa mimpi.
The Invention of Hugo Cabret bercerita mengenai bocah yatim piatu bernama Hugo yang hidup sebatang kara di sebuah stasiun kereta api di Paris pada tahun 1931. Hugo menjaga keberadaan dirinya serahasia mungkin, karena bila sampai ada orang lain yang menemukan seorang bocah berumur 12 tahun hidup sendirian, maka mereka pasti akan membawanya ke Panti Asuhan.
Ada alasan Hugo tidak ingin pergi meninggalkan apartemennya tempat ia tinggal selama ini. Ada rahasia yang sangat berhubungan erat dengan almarhum Ayahnya yang telah tiada. Suatu rahasia yang akan membawa Hugo pada sebuah kisah lain.
Sejujurnya, saya bingung bagaimana mereview buku ini. Isi buku ini 30% text dan 70% gambar. Dan juga salah satu buku paling memanjakan mata yang pernah saya baca :)
Untuk cerita sendiri, secara keseluruhan, menurut saya oke saja. Alias bukan tipikal selera saya tapi ceritanya cukup enjoyable. Saya justru lebih menikmati gambar-gambar arsiran pensil yang ada dalam buku. Kalau dirating, saya akan kasih 3 bintang untuk ceritanya dan 5 bintang untuk gambar atau ilustrasinya yang luar biasa cantik dan detil.
Sebagai orang visual, saya sangat dimanjakan dengan ilustrasi-ilustrasi cantik dalam bukunya. Ada sedikit rasa kecewa, saat cerita kembali ke text, ingin rasanya saya terus melihat gambarnya lagi dan lagi. Tapi bagaimanapun text di sini untuk membantu menjelaskan lebih detil mengenai ceritanya. Sedangkan gambar untuk membantu agar pembaca lebih memahami mengenai ceritanya. Jadi text dan gambar saling berkorelasi membentuk keseluruhan cerita Hugo Cabret secara utuh.
By the way, Hugo adalah salah satu buku yang telah diangkat menjadi film. Dan saya sempat menontonnya di bioskop pada tahun 2011 lalu, satu-satunya yang saya sesalkan adalah, saya TIDAK menontonnya dalam format 3D. Karena sama seperti bukunya yang penuh ilustrasi cantik, film Hugo pun tak kalah luar biasa dalam hal visualisasi, terutama 3D-nya. Malah kalau menurut pendapat saya pribadi, Hugo adalah salah satu dari 4 film dengan visualisasi terbaik yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup (emang agak lebay, 3 laginya adalah Avatar-nya James Cameron, Life of Pi-nya Ang Lee, dan Gravity-nya Alfonse Cuaron, dan memang semua film itu menang Oscar untuk kategori Best Cinematography). Silakan lihat trailer filmnya di bawah.
Back to the book, saya tidak akan menceritakan banyak-banyak soal isi ceritanya, tapi saya akan membagi beberapa gambar yang menjadi favorit saya dari buku ini.
Cakep kan, ilustrasinya, dan saya sangat beruntung bisa membeli buku ini hanya dengan harga Rp 20.000 saja.
Ngomong-ngomong, ada 2 adegan yang saya suka dari buku ini. Yaitu di halaman 384 dan 388.
Hugo memikirkan gambaran ayahnya tentang automaton itu. "Apakah kau memperhatikan bahwa setiap mesin dibuat untuk alasan tertentu?" tanya Hugo pada Isabelle. "Ada yang dibuat untuk membuatmu tertawa, seperti tikus ini, atau untuk menunjukkan waktu, seperti jam, atau membuatmu keheranan, seperti automaton itu. Mungkin itu sebabnya mesin yang rusak selalu membuatku sedih karena ia tidak dapat melakukan yang seharusnya."
Isabelle memungut tikus itu, memutarnya lagi, dan meletakkannya.
"Mungkin orang juga begitu," Hugo melanjutkan. "Jika kau kehilangan tujuanmu...rasanya seperti mesin rusak."~hal. 384.
Masih pada bab yang sama, yaitu hal 388:
"Kadang-kadang aku datang ke sini pada malam hari, bahkan ketika aku tidak sedang memperbaiki jam, hanya untuk melihat-lihat kota. Kamu tahu, tidak pernah ada bagian yang berlebih pada sebuah mesin. Jumlah dan jenis setiap bagiannya tepat seperti yang mereka butuhkan. Jadi kupikir, jika seluruh dunia ini adalah sebuah mesin yang besar, aku pasti berada di sini untuk tujuan tertentu. Dan itu berarti, kamu berada di sini juga untuk tujuan tertentu."
Kalau dipikir-pikir kok jadi seperti filsafat yah. O ya, jadi bagus mana buku atau film? Kalau menurut saya sih seri alias sama bagusnya. Tapi saya lebih suka ending di buku daripada film.
Eniwei saya akhiri review saya sampai di sini. Buku ini saya sertakan juga untuk:
ilustrasinya mang cakeps2 yaa ♥
BalasHapusiya ilustrasinya cakep
Hapusmasukin daftar "cari di obralan".. XP
BalasHapusKalau kubilang, ini buku mewujudkan kalimat yg bilang kalo satu gambar bisa berbicara seribu kalimat (gitu lah, lupa tepatnya), dan iya, gambarnya bagus banget. Buku anak yg baik memang menyimpan pesan filosofis yg halus, kaya yg kamu bilang itu :)
BalasHapus