Judul Buku: The Whispering Skull (Lockwood & Co #2)
Pengarang: Jonathan Stroud
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Editor: Primadona Angela
Jumlah halaman: 488 halaman
ISBN: 6020310124
Cetakan 1, Januari 2015
Segmen: Remaja, dewasa muda
Genre: Misteri, horror, dark fantasy
Rate: ★★★★
Lebih seru, lebih ramai.
Pengarang: Jonathan Stroud
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Editor: Primadona Angela
Jumlah halaman: 488 halaman
ISBN: 6020310124
Cetakan 1, Januari 2015
Segmen: Remaja, dewasa muda
Genre: Misteri, horror, dark fantasy
Rate:
Lebih seru, lebih ramai.
Semenjak kesuksesan misi terakhir mereka. agensi penyidik paranormal Lockwood & Co kebajiran klien yang meminta jasa mereka untuk mengatasi teror hantu.
Kali ini Lockwood dkk harus mengatasi teror hantu dari makam Edmund Bickerstaff, seorang dokter yang terkenal kejam dan suka melakukan ritual kegelapan di zaman Victoria. Namun selain mengatasi teror hantu, ada suatu hal lain yang mereka temukan di makam Bickerstaff, yaitu sebuah cermin. Dan cermin itu bukan cermin biasa. Sebab konon cermin itu menyimpan misteri mengenai kehidupan setelah kematian dan hal tersebut membuat cermin tersebut menjadi buruan para kolektor relik psiskis yang sesungguhnya dilarang oleh pemerintah.
Namun tak berapa lama setelah ditemukan, cermin tersebut dinyatakan hilang dan diyakini benda tersebut dicuri oleh para pedagang relik untuk dijual di pasar gelap.
Lockwood dkk harus berpacu dengan waktu untuk menemukan cermin itu, sebab benda tersebut sangat berbahaya dan bisa membunuh orang yang melihatnya. Namun tugas mereka makin sulit karena mereka mendapat saingan dari kelompok Quill Kipps dkk, yaitu para agen-agen Fittes yang juga ingin menyelesaikan misi tersebut demi prestise masing-masing agensi.
Selain itu tiba-tiba saja tengkorak dalam wadah hantu mau berbicara denga Lucy dan tampak tertarik dengan kasus tersebut.
Berhasilkan Lockwood dkk menemukan cermin yang hilang tersebut? Apa sebenarnya rahasia cermin tersebut? Siapa Edmund Bickerstaff? Mengapa tengkorak dalam wadah hantu tiba-tiba mau bicara?
Buku kedua seri Lockwood & Co ini menurut saya lebih seru dibanding yang sebelumnya. Dari segi aksi lebih seru, dari segi karakter lebih ramai karena banyak karakter baru yang muncul. Dari segi universe atau world-building juga lebih kaya dengan adanya informasi mengenai pedagang relic psikis dan pasar gelap. Rasanya buku ini akan sangat menarik jika dibuat menjadi games teka-teki atau detektif.
Kemunculan karakter paling menarik menurut saya ada pada Si Tengkorak Berbisik. Cara bicara si Tengkorak yang penuh sarkasme mengingatkan saya akan salah satu tokoh rekaan Stroud yang lain, yaitu Bartimaeus, si jin narsis. Karakter si Tengkorak Berbisik jelas menyebalkan, namun bagi pembaca, ia juga sangat menghibur dengan celotehan-celotehannya yang rata-rata mengejek Lucy dkk.
Saya tidak bisa terlalu banyak berkata-kata dalam mereview saat buku tersebut terasa begitu smooth dibaca seperti The Whispering Skull ini. Satu hal yang saya suka dari penulis Inggris, yaitu mereka detil dalam menggambarkan kesan atau ekspresi seseorang terhadap satu dengan yang lain. Misal saat Lucy (sang narator) menggambarkan kebencian salah satu agen Fittes terhadap mereka dengan kalimat, "Bisakah seseorang menuangkan kopi dengan sikap merendahkan?"
Selain itu ocehan-ocehan dan celoteh antar anggota Lockwood & Co juga sangat lucu dan menghibur, membuat saya jadi teringat saat membaca buku Harry Potter. Selain munculnya karakter-karakter baru, sifat-sifat karakter utama pun lebih dipertegas. Anthony Lockwood dengan kharismanya, namuan dibalik sikap gagah tanpa celanya, si Tengkorak justru berkata ia seorang penipu. Lucy yang makin pede dalam menjalankan tugas-tugas operatifnya dan George yang sangat terobsesi akan hal-hal gaib.
Untuk pembaca yang tidak membaca buku pertama, tidak perlu khawatir akan bingung, karena penulis melalui Lucy sebagai narator kembali mengingatkan kita akan beberapa hal yang berhubungan dari buku pertama, seperti para anggota dari agensi Fittes yang menyebalkan. Buku kedua pun sama seperti buku pertama yang dilengkapi oleh glossarium.
Mungkin 1 hal yang cukup menggangu di sini adalah banyaknya typo yang bertebaran di sepanjang halaman buku. Untuk terjemahan sendiri, seperti biasa saya selalu suka dengan terjemahan Mbak Poppy yang luwes. Untus desain sampul juga sudah oke, karena sesuai dengan judul buku, yaitu mengenai Si Tengkorak Berbisik.
Saya harap terjemahan buku ketiganya (The Hollow Boy) tidak terlalu lama, karena cerita berakhir cukup menggantung yang membuat para pembaca seperti saya jadi penasaran.
Reviewed by:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar