Pengarang: Roald Dahl
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Agus Setiadi
Jumlah halaman: 264 halaman
ISBN: 978-979-511-167-2
Cetakan, ke-7 Agustus 2010
Segmen: Anak-anak, remaja
Genre: Fantasi, klasik
Rate: ★★★★
Matilda, bukanlah anak kecil biasa. Sebaliknya, Matilda sangat luar biasa. Pada umur satu setengah tahun, Matilda sudah lancar berbicara. pada umur 3 tahun, Matilda sudah belajar membaca sendiri dan pada umur 4 tahun, ia sudah lancar membaca selayaknya orang dewasa.
Matilda juga gemar membaca buku, setelah semua buku untuk anak-anak selesai dibaca, Matilda pun membaca buku-buku khusus untuk orang dewasa, seperti Jane Eyre-nya Charlotte Bronte, Pride & Prejudice-nya Jane Austen , The Old Man & The Sea-nya Ernest Hemingway, Animal Farm-nya George Orwell, dll. Untuk ukuran anak umur 5 tahun, kemampuan dan nalar berpikir Matilda juga seperti orang dewasa.
Namun sangat disayangkan, Matilda tumbuh dalam lingkungan keluarga yang luar biasa dungu dan masa bodoh. Selain itu orang tua Matilda terlalu sibuk akan kehidupan mereka sendiri dan sama sekali tidak menganggap nyata keberadaan Matilda. Mereka bahkan telat menyekolahkan Matilda karena mereka juga tak peduli dengan pendidikan Matilda.
Di sekolah Matilda, ada guru yang baik hati dan sabar yang menjadi favorit Matilda, yaitu Ms. Honey. Namun ada juga sebaliknya, guru yang jahat, suka menghukum murid dengan kejam dan mimpi buruk bagi anak-anak, dia adalah kepala sekolah, Ms. Trunchbull.
Namun karena Matilda adalah anak yang luar biasa, Matilda pun tidak tinggal diam terhadap perlakuan orang-orang dewasa di sekelilingnya. Ia menyusun rencana dan memberi pelajaran pada para orang dewasa bodoh yang suka bertindak tidak adil terhadapnya.
Saya ada 3 versi review:
Review sebagai orang dewasa sok moralis.
Terlepas dari label dan tokoh anak-anak, menurut saya buku ini kurang cocok untuk anak-anak. Pertama banyak kata-kata kasar yang berhamburan dalam buku ini yang diucapkan oleh ayah Matilda alias Mr. Wormwood. Buku ini lebih cocok dilabeli PG alias Parental Guide, orang tua sebaiknya mendampingi anak-anak saat membaca buku ini dan memberi beberapa penjelasan terhadap beberapa hal yang terasa kurang wajar dalam cerita.
Selain itu, buku ini mengajarkan anak-anak untuk bersikap kurang ajar terhadap orang tua dan mereka yang lebih tua. Tidak seharusnya anak-anak membalas tindakan atau menghukum orang tua mereka, terlepas dari seburuk apapun perlakuan mereka. Mereka tetaplah orang tua yang melahirkan dan membesarkan anak-anak mereka ke dunia.
Selain itu, anak-anak dalam buku ini juga sangat nakal karena suka mengerjai guru mereka.
Lalu tokoh-tokoh antagonis, secara penampilan fisik juga dibuat buruk, padahal belum tentu yang penampilan buruk maka sifatnya juga buruk. Tapi karena ini novel klasik, saya maklum sebab pada umumnya novel klasik selalu menggambarkan sosok penjahat atau musuh karakter utama biasanya buruk rupa.
Sebagai orang dewasa, saya melabeli buku ini fantasi, karena memang tokoh seperti Matilda sangat fantasi. Dan rata-rata karakter orang dewasa dalam buku ini terlalu bodoh untuk menjadi nyata.
Review polos sebagai anak kecil
Aku suka banget sama cerita dalam buku Matilda ini. Karena dalam buku ini anak-anak diperbolehkan untuk memberi pelajaran terhadap orang tua brengsek yang suka menyakiti anak-anak mereka secara verbal dan fisik.
Karena, kami para anak-anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Kalian yang menginginkan kami, namun setelah kami lahir kalian suka bertindak seenak kalian hanya karena kalian pikir kalian orang tua yang berhak mengatur hidup anak-anak sesuai yang kalian mau, bukan sesuai apa yang menjadi kebutuhan kami.
Kami tidak bermaksud kurang ajar atau tak tahu berterimakasih. Toh, sama seperti kalian yang memarahi dan menghukum kami bila salah, kami hanya ingin mengoreksi perbuatan kalian bila menurut kami salah. Kalian memang orang tua tapi kalian juga manusia dan itu artinya kalian tidak sempurna dan juga bisa berbuat kesalahan. Hanya saja terkadang kalian entah terlalu bodoh atau terlalu sombong dan gengsi untuk mengakuinya. Dan bila kalian tak mau mengakui kalian salah, bagaimana kalian bisa memperbaiki perbuatan kalian?
Aku berharap kalian, para orang tua yang membaca buku ini, bercerminlah dahulu sebelum menuding anak kalian bodoh, nakal, kurang ajar atau segala sikap negatif lainnya. Mungkin saja penyebab sebenarnya kalian. Sikap kami anak-anak, terkadang hanyalah akibat dari sebuah penyebab.
Soal kata-kata kasar, toh saat kami remaja nanti, pasti kami akan menggunakan kata-kata itu juga saat marah seperti halnya para orang dewasa. Apa salahnya mengetahui kenyataannya lebih awal?
Sekiranya buku ini sudah jujur dan tidak naif mengatakan semua orang tua itu baik, karena banyak juga orang tua yang tidak bertanggung jawab, masa bodoh dan abusif.
Soal kata-kata kasar, toh saat kami remaja nanti, pasti kami akan menggunakan kata-kata itu juga saat marah seperti halnya para orang dewasa. Apa salahnya mengetahui kenyataannya lebih awal?
Sekiranya buku ini sudah jujur dan tidak naif mengatakan semua orang tua itu baik, karena banyak juga orang tua yang tidak bertanggung jawab, masa bodoh dan abusif.
My own review:
Saya jelas suka buku ini, pertama sebagai pembaca buku, Matilda banyak memberikan referensi sastra klasik dan jujur saja banyak sastra klasik yang belum saya baca, meski sebagian saya sudah punya.
Buku adalah cara kita untuk belajar memahami perspektif orang lain. Dengan buku, kita bisa bertualang, menjelajah berbagai tempat. Ini ada benarnya, walau tentu tidak semua, namun rata-rata mereka yang suka membaca buku biasanya bertipe observant atau pengamat.
Kalau soal buku ini kurang pantas untuk anak-anak, saya rasa tergantung di keluarga apa para pembaca dibesarkan. Bila dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan yang baik, harmonis, mungkin kisah Matilda vs Mr. Wormwood terasa aneh dan tidak pantas, terutama bagi kultur asia yang menjunjung tinggi nilai kekeluagaan & penghormatan terhadap mereka yang lebih tua.
Namun jika pembaca dibesarkan dalam lingkungan yang kurang lebih mirip dengan Matilda, mungkin pantas-pantas saja Mr. Wormwood dikerjai oleh Matilda. Saya sendiri tidak akan balas menghukum ortu saya meski mereka salah, namun akibat lain, saya jelas juga tidak akan menjadi anak penurut seperti yang mereka harapkan.
Saya juga suka endingnya, pengarang seolah menegaskan bahwa anak-anak tidak pantas disia-siakan dalam lingkungan yang tidak mendukung, ignoran dan terutama abusif, apa gunanya keluarga bila tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan mereka juga tidak mau berubah.
Reviewed by:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar