Kamis, 28 November 2013

BOOK REVIEW: SATIN MERAH


★★★
Judul Buku: Satin Merah
Pengarang: Brahmanto Anindito dan Rie Yanti
Editor: Widyawati Oktavia
Penerbit: Gagas Media
Jumlah Halaman: 313 Halaman
Segmen: Remaja, Dewasa-Muda
Genre: Thriller
Harga: Rp 10.000 (obral)
"Pengakuan, bagi sebagian orang jauh lebih penting dibanding apa pun."
Sinopsis:
Nadya hanya ingin diakui bahwa ia hebat, bahwa ia cerdas. Karena itu ia selalu mati-matian belajar giat agar bisa menjadi siswa berprestasi dan teladan di sekolahnya. Nadya pun selalu berhasil menjadi 3 besar di sekolah setiap tahun, namun masih ada 1 ambisi lagi yang ingin Nadya capai, yaitu memenangkan gelar siswi teladan se-Bandung. Dan untuk meraih ini, salah satu persyaratannya, Nadya harus membuat suatu makalah atau karya tulis. 

Karena itu Nadya ingin membuat karya tulis yang berbeda. Karya tulis yang temanya tidak pasaran. Tapi tema apa yang harus Nadya buat agar bisa memenangkan gelar siswi teladan se-Bandung?

Sekarang, ripiu yang sebenarnya:
Saya tidak akan kasih banyak sinopsis, secara tema thriller itu paling asyik kalau dibaca sendiri tanpa baca sinopsis atau review lain sama sekali. Saya agak bingung sama inti buku ini, apakah:
  1. Buku bergenre thriller dengan tema Sastra Sunda, atau
  2. Cerita mengenai tips-tips menulis dengan latar belakang Sastra Sunda dan unsur thriller.
Yah, yang manapun tidak masalah, yang penting bukunya enak dibaca. Saya agak bingung sih review Satin Merah ini tanpa spoiler jalan ceritanya, walau dari sinopsis belakang buku, sebenarnya sudah jelas who is the suspect. Karena alasan itulah, saya tidak melabeli buku ini dengan misteri, karena misterinya sendiri sudah terpapar jelas sejak awal. So, this is not mystery-detective genre. 

Saya akan coba memberi pendapat tanpa melibatkan isi ceritanya. Buku ini menurut saya:

- Sebaiknya dibaca oleh siapa pun yang mempunyai cita-cita jadi penulis. Serius, buku ini punya banyak sekali tips-tips mengenai cara menulis. Saya coba ambil sebagian ya:
  1. Syarat penulis ya harus sering-sering menulis. Hal. 42
  2. Mempercantik karangan dengan penjelasan terperinci, menambahkan majas, metafora. hal. 42
  3. Buatlah prioritas untuk untuk mendeskripsikan tokoh. Tokoh utama diberi porsi detil. Tokoh figuran dideskripsikan seadanya. Kalau setiap tokoh didetailkan atau porsinya dibikin hampir setara, nanti tokoh utama kehilangan pamor. Hal. 90
  4. Malas itu musuh. Jangan mau bersahabat dengan rasa malas. Hal. 150
  5. Baca, baca dan baca. Ingin bisa nulis dengan baik harus banyak baca karya orang dulu. Hal. 155
- Selain itu, ada juga penjabaran singkat dan padat mengenai self publising.

Nah, sekarang bagian yang saya pertanyakan:
- Penjelasan yang terlalu frontal. dan kalanya saat baca buku ini, bagian tips-tips menulisnya, meskipun inspiratif tapi juga membuat saya merasa membaca text book Bahasa Indonesia dalam bentuk novel. Oke, saya tahu semua penjabaran itu masih termasuk logis, tapi untuk buku fiksi, hal tersebut bukanlah selera saya (agak menggurui). Maksud saya kalau memang mau menjelaskan tips-tips menulis, mending buat saja satu buku soal tips menulis. 

- Nanggung. Berasa buku ini serba nanggung. Misteri? Seperti yang sudah saya tulis, sejak awal, pembaca sudah tau siapa "tersangkanya" Tapi yang jadi misteri adalah psikologisnya. Nah, yang saya sayangkan tuh, aspek psikologis ini kurang banget dibahas. Memang duo penulis sudah menjelaskan alasan dan latar belakang mengapa si penjahat sampai jadi seperti itu melalui adegan flasback. Tapi tetap saja masih terasa kurang dan nanggung. 

- Nanggung 2. Saya agak kecewa, dari beberapa pembunuhan yang dilakukan oleh si tokoh, hanya 1 yang diperlihatkan adegannya. Yup, hanya 1. Sisanya instant alias langsung berupa penemuan mayat tanpa ada penjelasan bagaimana? Saya merasa, ini seperti penulisan yang malas. Padahal untuk setiap kejadian dalam novel thriller saya sangat mengharapkan ketegangan di adegan suspense pembunuhan tersebut. 

- Ending deus ex machina. Dan Sim Salabin, semua beres. Saya tuh paling ngga puas kalau baca buku thriller yang selama konflik berlangsung seru, tapi justru eksekusi adegan finalnya malah terasa hambar. Metaforanya adalah, saya sedang menyusun menara dari setumpuk kartu remi lalu tiba-tiba ada orang yang membanting pintu, dan wuussh, semua susunan menara kartu saya langsung hancur berantakan. 

yang saya suka dari Satin Merah adalah:
  • Penokohan. Satin merah mempunyai penokohan atau karakterisasi yang kuat pada setiap tokoh yang berperan. Baik yang figuran maupun tokoh utama. Ada beberapa bagian, yang membuat saya sedikit mengasihani pelaku, walaupun tidak sampai membuat saya suka dengan si pelaku. Duo penulis pintar membuat karakter pelaku, kadang likeable kadang annoying. jadi tidak ada karakter 1 dimensi. Begitu pula dengan karakter figuran. 
  • Kalimat-kalimat atau gaya bahasa yang sederhana, rasanya seperti membaca tabloid atau cerpen dalam koran.  
Overall, saya suka Satin merah, karena jarang ada buku-buku lokal yang bergenre thriller dan juga mempunyai pesan moral kuat mengenai pelestarian budaya daerah (Sastra Sunda). 
Catatan typo:
- Hal 200: berlawaan → berlawanan
- Hal 271: amit → pamit
- hal 277: puitih → putih

Memorable quote:
"Kamu ini ya, Sastra Sunda aja dipikirin! Ngapain sih, mau-maunya! Biar orang desa yang lebih berbakat kesenian yang ngurusin perkara remeh gitu. Di keluarga kita, nggak ada darah-darah sastrawan, tahu nggak! Kamu mau jadi apa, Naaak, ngurusin sastra itu mau jadi apaaaa? Orang kere di Indonesia ini udah banyak!"
Buku ini saya ikut sertakan sebagai buku untuk tema baca bareng BBI

3 komentar:

  1. Bukuku yang ini masih ngantri di antara timbunan lainnya...

    Aku setuju dengan penyataan yang Mbak Lina bilang, kalo baca buku thriller itu paling asyik kalau dibaca sendiri tanpa baca sinopsis atau review lain. Sebenernya untuk buku lain juga kalo aku seperti itu sih, karena kadang penilaian seseorang suka mempengaruhi penilaian :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Tam, padahal dulu suka baca review tp sejak ngeblog, hanya baca review sesudah buku selesai dibaca.

      Hapus
  2. Ya ampuunn, lin. Kita benar2 menyasar point2 yang sama yaa.
    Tapi emang point2 itu yg bikin cerita inj jadi lemah

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...