✮✮✮✮½
Judul Buku : The Ring of Solomon (Bartimaeus #4)
Pengarang : Jonathan Stroud
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Sinopsis :
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 950 SM di Jerusalem. Saat itu Israel diperintah oleh salah satu raja yang sangat terkenal akan kebijaksanaan dan tentu saja cincin saktinya yaitu Solomon. Berkat cincin itu, Jerusalem menjadi salah satu kota paling maju dan kaya pada masa tersebut. Negara-negara lain disekitar Israel pun tunduk pada kekuasaan Raja Solomon dan terutama mereka takut pada cincin sakti sang raja yang bisa memanggil spirit dalam jumlah besar. Negara-negara tersebut dituntut memberikan upeti tahunan agar mereka selamat dari amukan cincin dan tidak dianggap musuh oleh Solomon.
Sheba, negara kecil di selatan gurun Arab juga tak terkecuali, akibat Ratu Sheba selalu menolak tawaran pernikahan Solomon, negara tersebut juga dituntut memberikan upeti tahunan kepada Solomon, tapi Ratu Sheba tidak rela memberikan upeti maka sang ratu memutuskan untuk mengutus pengawal terbaiknya, Asmira (job class : Assassin dual dagger) untuk menghabisi Solomon dan mencuri cincinnya.
Selain cincin legendarisnya, pemerintahan Solomon juga terdiri dari banyak penyihir yang mengabdi padanya. Bukan penyihir-penyihir biasa tapi penyihir-penyihir terbaik dari negeri-negeri di sekitar Israel yang dapat memanggil banyak spirit sekaligus. Salah satunya adalah Khaba yang kejam. Disebut Khaba yang kejam karena dia memang adalah penyihir kejam yang suka menyiksa budak-budak demonnya tanpa ampun apabila mereka tak patuh.
Terus di mana Bartimaeus? Karena tindakannya yang cenderung pembuat onar, Bartimaeus sekarang menjadi budak dari penyihir Khaba yang kejam dengan maksud untuk mendisiplinkannya. Tapi bisakah si jin level 4 itu didisiplinkan?
Jawabannnya jelas
Kesan saya :
Bartimaeus, kangennnn, hahaha saya merindukan catatan kaki konyolnya :D
Rasanya lama sekali sejak terakhir kali saya membaca trilogi TBT dan bagaimana endingnya sukses membuat saya melongo selama beberapa saat namun justru karena endingnya itulah, sampai sekarang buku TBT sukses menjadi salah satu buku favorit saya yang tokoh-tokohnya akan selalu membekas dalam ingatan saya (yah saya akui saya mungkin lebay).
Buku ini sendiri merupakan prequel dari seri TBT, dan kali ini mengambil era saat Raja Solomon mencapai kejayaannya sebagai Raja Israel pada saat itu, sama seperti buku TBT sebelumnya, saat itu di Jerusalem sedang dalam era kekuasaan penyihir dan baik Solomon maupun perdana menterinya adalah penyihir yang banyak menggunakan jin untuk membantu menjalankan tugas-tugas mereka, salah satu dari jin-jin itu adalah Bartimaeus, yang dalam trilogi sebelumnya juga banyak berbicara mengenai Solomon, hanya saja kali ini kita lihat bahwa jangan mempercayai catatan kaki Bartimaeus 100% karena Barti mempunyai kecenderungan untuk lebay alias melebih-lebihkan terutama kalau hal itu mengenai dirinya sendiri :D
Harus diakui daya tarik besar dalam seri Bartimaeus adalah pribadi Barti sendiri , smart ass, cerdik, sarkasme, narsis, lebay dan selalu bersikap kurang ajar terhadap setiap masternya menjadi ciri khas si jin, kalau untuk segi cerita sendiri, menurut saya buku trilogi jauh lebih berat ceritanya, karena saya mendapati membaca buku The Ring of Solomon ini cukup mengalir mudah, plot ceritanya pun lebih linear dibanding trilogi, tapi tentu saja yang membuat menarik dari seri ini adalah plot twist yang selalu ada dan tentu saja foot note nya yang sukses bikin saya ngakak guling-guling =))
Untuk interaksi antar tokoh sendiri, sifat kurang ajar Barti terhadap master-masternya adalah salah satu yang membuat bacaan ini entertaining. Bagaimana dia gemar mengejek dan mengerjai master-masternya. Bartimaeus menurut saya adalah salah satu contoh bagus gambaran karakter antihero atau abu-abu. Sebagai jin, Bartimaeus tidak akan segan-segan untuk memakan atau membunuh manusia, namun tidak seperti jin pada umumnya, Bartimaeus punya kode moral tersendiri, dia tidak membunuh "good people" korban-korbannya adalah para "bad guys" yang memang sudah sepantasnya dapat ganjaran, dan dia justru dengan caranya yang tidak biasa dan sifat trouble makernya terkadang menolong para "manusia yang benar" dalam setiap ceritanya.
Untuk cover, karena burung Phoenix adalah salah satu hewan mitologi favorit saya, boleh dibilang ini adalah cover favorit saya dari seri Bartimaeus dan tidak seperti cover trilogi sebelumnya yang menurut saya cukup seram, cover Phoenix dengan latar belakang yang juga berwarna merah membuat buku ini terkesan ceria dan tentu saja masih ada kesamaan dengan cover trilogi yaitu mata usil si burung Phoenix.
Dan sama seperti semua penggemar Bartimaeus si jin gelo, saya akan selalu merindukan kisah-kisahnya untuk buku selanjutnya.
Cuma terganggu sama typonya, banyak banget typo di sepanjang halaman buku.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Sinopsis :
Kejadian ini terjadi sekitar tahun 950 SM di Jerusalem. Saat itu Israel diperintah oleh salah satu raja yang sangat terkenal akan kebijaksanaan dan tentu saja cincin saktinya yaitu Solomon. Berkat cincin itu, Jerusalem menjadi salah satu kota paling maju dan kaya pada masa tersebut. Negara-negara lain disekitar Israel pun tunduk pada kekuasaan Raja Solomon dan terutama mereka takut pada cincin sakti sang raja yang bisa memanggil spirit dalam jumlah besar. Negara-negara tersebut dituntut memberikan upeti tahunan agar mereka selamat dari amukan cincin dan tidak dianggap musuh oleh Solomon.
Sheba, negara kecil di selatan gurun Arab juga tak terkecuali, akibat Ratu Sheba selalu menolak tawaran pernikahan Solomon, negara tersebut juga dituntut memberikan upeti tahunan kepada Solomon, tapi Ratu Sheba tidak rela memberikan upeti maka sang ratu memutuskan untuk mengutus pengawal terbaiknya, Asmira (job class : Assassin dual dagger) untuk menghabisi Solomon dan mencuri cincinnya.
Selain cincin legendarisnya, pemerintahan Solomon juga terdiri dari banyak penyihir yang mengabdi padanya. Bukan penyihir-penyihir biasa tapi penyihir-penyihir terbaik dari negeri-negeri di sekitar Israel yang dapat memanggil banyak spirit sekaligus. Salah satunya adalah Khaba yang kejam. Disebut Khaba yang kejam karena dia memang adalah penyihir kejam yang suka menyiksa budak-budak demonnya tanpa ampun apabila mereka tak patuh.
Terus di mana Bartimaeus? Karena tindakannya yang cenderung pembuat onar, Bartimaeus sekarang menjadi budak dari penyihir Khaba yang kejam dengan maksud untuk mendisiplinkannya. Tapi bisakah si jin level 4 itu didisiplinkan?
Jawabannnya jelas
Kesan saya :
Bartimaeus, kangennnn, hahaha saya merindukan catatan kaki konyolnya :D
Rasanya lama sekali sejak terakhir kali saya membaca trilogi TBT dan bagaimana endingnya sukses membuat saya melongo selama beberapa saat namun justru karena endingnya itulah, sampai sekarang buku TBT sukses menjadi salah satu buku favorit saya yang tokoh-tokohnya akan selalu membekas dalam ingatan saya (yah saya akui saya mungkin lebay).
Buku ini sendiri merupakan prequel dari seri TBT, dan kali ini mengambil era saat Raja Solomon mencapai kejayaannya sebagai Raja Israel pada saat itu, sama seperti buku TBT sebelumnya, saat itu di Jerusalem sedang dalam era kekuasaan penyihir dan baik Solomon maupun perdana menterinya adalah penyihir yang banyak menggunakan jin untuk membantu menjalankan tugas-tugas mereka, salah satu dari jin-jin itu adalah Bartimaeus, yang dalam trilogi sebelumnya juga banyak berbicara mengenai Solomon, hanya saja kali ini kita lihat bahwa jangan mempercayai catatan kaki Bartimaeus 100% karena Barti mempunyai kecenderungan untuk lebay alias melebih-lebihkan terutama kalau hal itu mengenai dirinya sendiri :D
Harus diakui daya tarik besar dalam seri Bartimaeus adalah pribadi Barti sendiri , smart ass, cerdik, sarkasme, narsis, lebay dan selalu bersikap kurang ajar terhadap setiap masternya menjadi ciri khas si jin, kalau untuk segi cerita sendiri, menurut saya buku trilogi jauh lebih berat ceritanya, karena saya mendapati membaca buku The Ring of Solomon ini cukup mengalir mudah, plot ceritanya pun lebih linear dibanding trilogi, tapi tentu saja yang membuat menarik dari seri ini adalah plot twist yang selalu ada dan tentu saja foot note nya yang sukses bikin saya ngakak guling-guling =))
Untuk interaksi antar tokoh sendiri, sifat kurang ajar Barti terhadap master-masternya adalah salah satu yang membuat bacaan ini entertaining. Bagaimana dia gemar mengejek dan mengerjai master-masternya. Bartimaeus menurut saya adalah salah satu contoh bagus gambaran karakter antihero atau abu-abu. Sebagai jin, Bartimaeus tidak akan segan-segan untuk memakan atau membunuh manusia, namun tidak seperti jin pada umumnya, Bartimaeus punya kode moral tersendiri, dia tidak membunuh "good people" korban-korbannya adalah para "bad guys" yang memang sudah sepantasnya dapat ganjaran, dan dia justru dengan caranya yang tidak biasa dan sifat trouble makernya terkadang menolong para "manusia yang benar" dalam setiap ceritanya.
Untuk cover, karena burung Phoenix adalah salah satu hewan mitologi favorit saya, boleh dibilang ini adalah cover favorit saya dari seri Bartimaeus dan tidak seperti cover trilogi sebelumnya yang menurut saya cukup seram, cover Phoenix dengan latar belakang yang juga berwarna merah membuat buku ini terkesan ceria dan tentu saja masih ada kesamaan dengan cover trilogi yaitu mata usil si burung Phoenix.
Dan sama seperti semua penggemar Bartimaeus si jin gelo, saya akan selalu merindukan kisah-kisahnya untuk buku selanjutnya.
Cuma terganggu sama typonya, banyak banget typo di sepanjang halaman buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar