Kamis, 10 Juli 2014

THE YEARLING: EMOTIONAL, INTERESTING & BORING IN THE SAME TIME

Judul: The Yearling (Jody & Anak Rusa)
Pengarang: Marjorie Kinnan Rawlings
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Rosemary Kesauly
Desain dan ilustrasi cover: Ratu Lakhsmita Indira
Jumlah halaman: 504 Halaman
Cetakan 1, Maret 2011
Segmen: Anak-anak, semua umur
Genre: Classic-lit, historical fiction, children book
Harga: Rp 38.500 (40% off at Gramedia)
Rate: ★★★★


"Hutan, berburu, beruang, rusa, makanan, daging, semak jagung, pelaut dari Boston,  lelaki-lelaki tinggi besar yang seperti beruang dan bertahan hidup."

Nun jauh di sana, di sebuah hutan rimba, hiduplah satu keluarga kecil yang dikenal sebagai keluarga Baxter. Keluarga Baxter terdiri dari Pa dan Ma Baxter, serta putra tunggal mereka Jody. Keluarga Baxter tidaklah kaya, mereka bahkan bisa dikatakan miskin. Meski miskin, keluarga Baxter selalu dapat menjaga diri mereka agar tidak sampai kelaparan. Untuk dapat bertahan hidup keluarga Baxter harus bekerja keras setiap harinya. Mulai dari bertani dan menanam biji-bijian hingga berburu hewan liar di sekitar hutan. 

Hidup jauh di dalam hutan, membuat keluarga Baxter tidak memiliki tetangga di sekitar mereka. Satu-satunya tetangga terdekat mereka adalah keluarga Forrester yang pria-prianya bertubuh besar dan juga beringas. Tapi keluarga Baxter menjalin hubungan baik dengan keluarga Forrester hingga suatu peristiwa membuat hubungan mereka renggang. Peristiwa apakah itu?

Sebagai satu-satunya anak tunggal dalam keluarga Baxter, Jody kerap kali dihinggapi kesepian. Meski mendapat kasih sayang berlimpah dari sang ayah, Jody menginginkan seorang teman yang bisa diajak berbagi dan menemaninya bermain. Hingga suatu hal membuat Jody menemukan seekor anak rusa di hutan. 


Nah sekarang opini gue:

Saya punya kebiasaan kalau habis baca buku tentang hewan atau menonton film tentang hewan, saya suka ikut-ikutan kepengen punya binatang peliharaan, Misal sehabis menonton How To Train Your Dragon, saya jadi kepengen memelihara errr naga :P

Nah sehabis baca buku  ini, saya jadi kepengen memelihara anak rusa. :D

Ok, lupakan soal binatang peliharaan, balik ke review. Sejujurnya saya bingung kalau harus menceritakan isi buku ini, karena ceritanya lebih seputar mengenai kehidupan sehari-hari keluarga Baxter dalam bertahan hidup di hutan. Tidak ada plot seperti si baik lawan si jahat, kabur dari penjara, dll.

Untuk kesannya sendiri, persis seperti yang saya tulis di judul atas. Menarik, emosional tapi juga membosankan.

Saya akan mulai dari menarik, cerita menarik karena penuturan penulis yang begitu kaya detil akan deskripsi, saat membaca bukunya, saya seolah seperti berada di hutan lengkap dengan kesunyian dan aroma hutan. Semua detil hutan, seperti cuaca, angin, aroma daun dan tanah, hingga bagaimana pohon-pohon dan hewan-hewan bergerak, semua detil dijabarkan dengan begitu rinci seolah tak ada celah yang terlewati. Bahkan saat berburu pun, penulis begitu runut memaparkan setiap adegan yang terjadi di sekelilingnya dan sukses membuat saya merasa ikut tegang saat mengikuti Jody dan ayahnya berburu Slewfood tua.

Emosional, penulis bukan hanya kaya dalam memaparkan deskripsi visual, tapi juga detil dalam menuturkan adegan-adegan yang berhubungan dengan emosi. Misal kematian salah seorang teman Jody dan yang terutama hubungan Jody dan ayahnya. Atau bagaimana reaksi stress ayah dan ibu Jody saat hasil panen mereka hancur atau bila mereka gagal mendapat buruan. Dari sini penulis dengan tegas menyatakan, betapa mengerikannya kelaparan itu. Dan puncaknya mungkin hubungan Jody dan Flag, si anak rusa.

Membosankan, nah ini mungkin selera. Kalau saja kondisi saya tidak dikejar timbunan dan kesulitan bagi waktu antara fokus baca atau hal-hal lain, saya mungkin lebih bisa menikmati buku ini. Buku klasik itu biasanya mempunyai deskripsi yang panjang lebar, bahkan deskripsinya saja bisa sebanyak 1 paragraf  dan 1 paragrafnya itu bisa 1 halaman full, misal seperti di halaman 409. Sementara sekarang ini, saya lagi coba membaca 'cepat', dan baca 'cepat' itu agak kurang cocok dengan buku yang 'kaya deskripsi' atau 'permainan diksi'. Satu hal lagi yang membuat bosan adalah plot yang lambat. Rasanya untuk mencapai plot berikutnya, penulis mengajak pembaca untuk 'muter-muter' dulu, jadinya sudah membuat saya capek duluan, karena plot muter-muternya membuat saya kehilangan 'ikatan' dengan ceritanya.

Karakter.

Karakter favorit saya di sini adalah Pa Baxter atau Penny Baxter. Rasanya saya akan menominasikan Penny sebagai book father tahun ini. Bahkan Penny mungkin salah satu tokoh ayah paling bijak yang pernah saya baca. Saya kagum, walaupun serba kekurangan, Pa Baxter sama sekali tidak serakah dan hanya mengambil sesuatu sesuai kebutuhan.

Sedangkan untuk Jody, kalau menurut saya ia agak manja. Hehehehe, tapi wajarlah masih kecil, di buku tidak pernah diberitahu umur Jody yang sebenarnya, tapi saya menebak mungkin usianya antara 11-13 tahun.

Eniwei, saya berpikir, sebenarnya tema atau inti buku ini tentang apa sih? Apa tentang bertahan hidup? Setelah selesai baca, sepertinya bisa masuk tentang kedewasaan. Terkadang untuk dewasa kita harus melewati banyak hal-hal yang menyakitkan dahulu baru kita dapat memahaminya. Selain itu saya juga bersyukur hidup di era teknologi yang serba praktis, asli tidak terbayang deh kalau harus tinggal di jaman di mana segala sesuatunya serba manual. Saya ingat, paling jengkel kalau mati lampu, karena pompa air jadi tidak berfungsi dan untuk mandi, saya terpaksa menggotong air pakai ember dari bak ledeng.

Selain itu, enaknya jaman sekarang, kita juga punya banyak sarana hiburan. Bayangkan dengan jaman di mana Jody hidup dan tinggal yang pilihannya serba terbatas, tak mengherankan masyarakatnya tampak antusias saat ada orang lain yang bercerita mengenai sesuatu, meskipun sesuatu itu terkadang biasa saja.

Favorite quote:
"Tidak ada hikmah. Manusia hanya perlu ingat untuk rendah hati karena tak ada apa pun di bumi yang bisa dia anggap miliknya sendiri." ~hal. 280
"Kita tidak pernah tahu apa yang kita inginkan sampai sudah terlambat untuk mendapatkannya." ~hal 408 
BTW, baca review Indah juga di sini, niatan awal mau baca bareng Indah dan Riri (My Heaven on Earth), ternyata sayanya tidak bisa fokus untuk selesai tepat waktu.  Entah mengapa akhir-akhi saya merasa begitu monoton dalam mereview.

Buku ini saya sarankan bagi mereka yang suka buku-buku klasik dan anak-anak ataupun buku-buku yang mengambil setting klasik.

Reviewed by:

Review ini juga untuk RC:
Lucky No 14 Reading Challenge: Once Upon a Time

2 komentar:

  1. aku beli buku ini karena saya suka setting midwest sih :3 masih ditumpukan, belum dibaca ;w;

    BalasHapus
  2. bener juga sih dipikir2 tiap buku punya ritme mereka sendiri.. ada yang musti dibaca pelan2 biar lebih dapat 'feel'-nya ^o^

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...