Minggu, 25 Januari 2015

UNWIND: SAAT MASALAH SOSIAL NYATA MENJADI TEMA DALAM FIKSI DYSTOPIA


Judul: Unwind - Pemisahan Raga (Unwind Dystology #1)
Pengarang: Neal Shusterman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Mery Riansyah
Editor: Barokah Ruziati
Desain sampul: Martin Dima
Jumlah halaman: 456 halaman
ISBN: 978-979-22-9802-4
Cetakan 1, Agustus 2013
Segmen: Remaja, dewasa muda
Genre: Dystopia, thriller, science fiction
Harga: Rp 69.000, bisa dibeli di gramediaonline
Rate:  ★★★★

"RUU Kehidupan menyatakan bahwa kehidupan manusia tak boleh disentuh sejak masa pembuahan hingga seorang anak mencapai usia tiga belas tahun. 

Namun, antara rentang usia tiga belas dan delapan belas, orangtua boleh memilih untuk secara retroaktif 'menggugurkan' seorang anak.

...dengan syarat  hidup anak tersebut tidak 'secara teknis' berakhir.

Proses seorang anak diterminasi tapi tetap hidup disebut Unwinding-Pemisahan Raga, dan anak itu disebut Unwind.

Saat ini, Pemisahan Raga merupakan hal yang lumrah dan diterima dalam masyarakat. 

Connor Lassiter

Semua orang hanya menganggap Connor anak pembuat masalah, berandalan, tukang bikin onar, tak terkecuali orangtuanya sendiri, yang memutuskan untuk menyingkirkan Connor dengan menjadikannya seorang Unwind. Namun Connor tidak ingin menjalani pemisahan raga dan ia tahu bahwa ia harus lari dan bertahan hidup hingga usianya 18 tahun.

Risa Megan Ward

Risa tinggal di panti asuhan, ia bukan anak yang bermasalah, ia mempunyai sikap yang baik dan cukup berbakat dengan piano. Namun untuk mengurangi beban negara dalam membiayai anak-anak yatim piatu seperti dirinya, mereka memutuskan untuk menyingkirkan Risa dengan menjadikannya seorang Unwind. 

Levi Jedediah Calder

Seumur hidupnya, Lev sudah didogma bahwa dirinya adalah anak persembahan. Yang berarti Lev hidup dengan mengemban misi mulia untuk memisah-misahkan raganya dan memberikan organ-organ tubuhnya kepada mereka yang membutuhkan. Tidak seperti anak Unwind yang lain, anak persembahan memisahkan raga mereka atas kemauan mereka sendiri. 

Hingga suatu peristiwa, mempertemukan ketiga anak tersebut dan mengubah kehidupan mereka selamanya. 

Beginilah seharusnya fiksi dystopia dieksekusi. 

Setelah membaca beberapa buku dsytopia dengan konsep dan dunia dystopia tidak jelas, membaca Unwind seolah memberi angin segar bagi saya akan fiksi dystopia yang sesungguhnya. 

Saya tidak merasa lebay saat berkata Unwind adalah fiksi dystopia yang sesungguhnya, karena novel ini membahas masalah-masalah sosial nyata yang benar-benar terjadi di sekeliling kita. Beberapa masalah sosial nyata yang menjadi tema utama Unwind adalah:
  1. Argumentasi dan debat tiada henti mengenai pro-life vs pro-choice. Alias mereka yang pro pilihan (mendukung hak seseorang untuk aborsi atas janin yang tidak diinginkan) vs pro kehidupan (mereka yang menentang aborsi). 
  2. Penjualan organ tubuh.
  3. Dogma pengorbanan diri demi tujuan yang mulia atau agama.
  4. Pengebom bunuh diri.
Oke, saya rasa itu beberapa isu sosial yang dibahas dalam Unwind. Berbeda dari beberapa dystopia yang sama-sama mempunyai unsur suspense atau thriller, namun karena temanya masih seperti fiktif, saya hanya menganggap itu adalah fiksi rekaan. tapi tidak dengan Unwind, karena tema yang diusung Unwind termasuk berat dan dalam. Selama bertahun-tahun, aborsi atau pengguguran janin dalam kandungan telah menjadi polemik dalam masyarakat karena bertentangan dengan norma agama, sementara di satu sisi lain itu menyangkut urusan HAM. Dan akibatnya orang-orang mulai saling membenci karena perbedaan pendapat itu, tak peduli konsekuensi apa yang ditimbulkan akibat kebencian tersebut. 

Dan di sinilah piawainya Neal Shusterman meramu isu-isu sosial menjadi suatu konsep dystopia. Karena pada dasarnya dystopia itu adalah suatu dunia yang pemerintahnya membuat sistem yang dianggap ideal dalam masyarakat namun sebenarnya tidak.  Dan bagaimana penulis membawa perdebatan tersebut dalam bukunya juga dieksekusi dengan baik dan lancar, smoothly
"Mana yang lebih buruk, Risa sering bertanya-tanya-memiliki sepuluh ribu bayi yang tak diinginkan siapa pun, atau diam-diam menyingkirkan mereka bahkan sebelum dilahirkan? Jawaban Risa selalu berubah-ubah." ~ hal. 164
Atau salah satu adegan di halaman 111 ini:

"Orang seharusnya tidak menyingkirkan bayi yang ditinggalkan di depan rumah mereka," akhirnya Lev berkata. 

"Orang seharusnya tidak membuang bayi mereka," timpal Risa.

"Orang seharusnya tidak melakukan banyak hal," kata Connor. Dia tahu mereka berdua benar, tapi itu tak mengubah apa pun. Di dunia yang sempurna, para ibu akan menginginkan bayi mereka, dan orang-orang asing akan membuka pintu rumah mereka untuk bayi yang tak dicintai. Di dunia yang sempurna, segalanya hitam atau putih, benar atau salah, dan semua orang akan tahu perbedaannya. Tapi ini bukan dunia yang sempurna. Masalahnya orang-orang yang beranggapan demikian.

Apakah pemikiran Connor mewakili kaum pro-choice, saya tidak tahu, mungkin lebih ke pandangan realistis tapi rasanya munafik kalau saya berkata, saya menentang aborsi, namun saya juga ogah kalau harus diminta mengasuh seorang bayi  yang tiba-tiba saja ditemukan di depan pintu rumah saya. Mungkin karena itulah sering kita mendengar berita mengenai bayi yang sering ditemukan di tempat sampah atau dibuang ibunya saat baru lahir hingga si bayi meninggal. Dan panti asuhan mempunyai daya tampung terbatas sementara bayi-bayi yang dilahirkan karena keterpaksaan mungkin akan menjadi anak jalanan dan melakukan tindak kriminal dalam masyarakat. 

Lalu isu kedua, mengenai masalah penjualan organ tubuh. Saya tidak paham mengenai masalah ini, karenanya saya tidak akan banyak membahasnya. 
"Tentu saja, jika lebih banyak orang yang mendonorkan organ, pemisahan raga takkan pernah terjadi...tapi orang lebih senang menyimpan milik mereka, bahkan setelah mereka meninggal. Tidak butuh waktu lama sebelum etika dihancurkan oleh ketamakan. Pemisahan raga menjadi bisnis besar, dan orang membiarkannya terjadi."
Sejujurnya saya pribadi lebih suka membiarkan bagian organ-organ tubuh saya tetap utuh apapun yang terjadi, karena itu saya kurang paham soal ini :|

"Kita punya hak untuk memilih apa yang terjadi pada tubuh kita!"

Selain itu saya juga menyukai semua karakter-karakter dalam Unwind. Semua karakter terasa sangat relatable & likeable, mereka tidak sempurna tapi emosi dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan terasa nyata sehingga saya menyukai mereka. Connor yang emosinya gampang meledak sesungguhnya hanya seorang pemuda yang selalu disalah-pahami. Dan saya yakin tindakan-tindakan yang dilakukan Connor akan membuat pembaca jatuh hati padanya. Begitu pula Risa, saya suka karena penulis menggambarkan dia though (kuat) dengan cara yang cerdas, bukan dengan kemampuan untuk berkelahi tetapi berpikir dan bertindak secara rasional dari setiap situasi yang dihadapi. Begitu pula dengan Lev, bocah paling muda dari ketiga anak tersebut yang mempunyai perkembangan karakter paling signifikan.
"Satu hal yang kau pelajari jika sudah hidup selama aku-tak ada orang yang benar-benar baik, atau benar-benar jahat. Kita keluar-masuk wilayah gelap dan terang sepanjang hidup kita. Saat ini, aku senang karena berada di wilayah terang."
Unwinding
 
Uniknya dari buku ini adalah saat penulis menggambarkan proses Unwinding atau pemisahan raga tersebut. Mulanya saya mengira buku ini akan penuh adegan sadis dan berdarah-darah karena isu organ tubuh, tapi ternyata tidak, penulis menggambarkan Unwinding secara halus dan sama sekali tidak vulgar atau mengerikan atau gore namun disatu sisi juga bikin saya merasa seram dan ikut geli saat membayangkannya. 

Terakhir, saya sangat suka dengan sampul edisi terjemahannya yang lebih menekankan proses Unwindingnya bahkan saya jauh lebih menyukai sampul edisi terjemahannya dibanding aslinya yang terkesan depresi. Juga saya acungkan 2 jempol untuk terjemahannya yang baik dan sangat enak dibaca.

Karena itu 5 bintang saya sematkan untuk Unwind yang salah satu scene stealer-nya (saat CyTy mendatangi rumah orang tua donor Unwind) sukses mengaduk emosi saya, di mana seorang anak sampai menangis dan mengemis-ngemis dengan orangtuanya sendiri supaya tidak dijadikan Unwind atau saat Connor menulis surat panjang untuk ayah dan ibunya, yang intinya dia tetap mencintai mereka terlepas dia benci perbuatan yang telah mereka lakukan padanya.

NARC 2015 - Dystopia
Lucky No. 15 RC: Opposites Attract 
   

3 komentar:

  1. Unwind ini juga masuk dalam dystopia favoritku. Semua dalam buku ini tuh sempurna banget termasuk terjemahannya yang nyaman dibaca.

    Tapi buatku proses pemisahan raga yang dijalani si Unwind itu terkesan "sadis" karena si Unwind sadar kalau pelan-pelan bagian tubuhnya lepas dari tububuhnya. Mungkin imajinasiku terlalu liar ngebayanginnya jadi pas di adegan itu aku ngebayangin proses itu terjadi di kamar operasi jadi merinding disko dan ngilu-ngilu badanku. Hahahaha

    Adegan favoritku di buku ini tuh pas mereka tau mau dibawa ke Kuburan di dalam pesawat dan Connor meluk Risa yang takut ngebayangin tempat seperti apa Kuburan itu. Romantis gitu deh si Connornya takut tapi juga pengen ngelindungi si Risa. Nggak menye-menye adegannya.

    BalasHapus
  2. makasih reviewnya... terjemahannya enak dibaca karena editornya jempolan ^^

    jadi kangen baca ttg Connor, Lisa, dan Lev lagi :"D

    BalasHapus
  3. Makin maw baca bukunya. Astaga keren amat dunia distopianya. #saatnya mengumpulkan buku lanjutannya

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...