✮✮✮
Judul Buku : After (Setelah malam itu)
Pengarang : Amy Efaw
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jadi begini ceritanya :
Terjadi berita heboh akibat penemuan suatu bayi dalam tong sampah di suatu pagi yang tenang. Serta merta polisi pun mengusut kasus tersebut dan mulai mencari petunjuk di sekitar lingkungan tetangga tempat bayi tersebut ditemukan. Setelah usut punya usut ternyata bayi tersebut milik seorang gadis remaja bernama Devon yang usianya bahkan belum genap 16 tahun.
Semua bukti mengarah terhadap Devon dan Devon tidak punya pilihan selain menjalani hukumannya dan masuk ke penjara anak dan remaja. Tapi apa yang sampai membuat Devon tega untuk membuang bayi yang dilahirkannya sendiri?
Kesan saya :
Benernya real life drama bukan jenis buku favorit saya, mungkin karena dalam kehidupan sehari-hari, kita udah punya banyak "drama" dalam kehidupan kita dan kita lebih ingin buku yang "entertain". Tapi sebenarnya buku real life drama lebih banyak mengajarkan arti kehidupan dibanding katakanlah genre fave saya, fantasy atau romance, heheheh
Oke, langsung aja review saya mengenai buku ini.
Pertama dari sinopsis kita sudah tau buku ini mengangkat persoalan kehamilan remaja di luar nikah, atau lebih tepatnya akibat kehamilan remaja di lur nikah. Dan apa saja akibatnya? kalau dalam buku ini akibatnya adalah si remaja membuang bayi yang baru lahir di tong sampah, karena si remaja tidak menginginkan bayi tersebut.
Sejak bab awal kita sudah melihat ada "sesuatu" yang tidak beres mengenai Devon. Misal ketika Devon diam saja saat ibunya berbicara dengannya dan juga bagaimana Devon yang tidak ada reaksi saat ada dua orang polisi masuk ke rumah dan bertanya padanya. Devon seperti hidup dalam pikirannya sendiri, dan dalam sekejap ketika ibunya mengangkat selimut yang menutupi tubuh Devon, maka kita pun tau kalau dia sedang terluka pasca melahirkan dengan banyaknya darah di celananya yang mungkin menyebabkan dia "stunned" (bengong).
Lalu cerita pun berlanjut seputar hari-hari Devon di penjara remaja, dan juga kilasan-kilasan kehidupan Devon sebelum "malam itu". Saya tidak akan menceritakan mengenai cerita detilnya, tapi ada sesuatu yang menarik, seperti :
1. Devon seolah tidak pernah merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan, atau tidak mengeti mengapa dia bisa ada di penjara, adegannya dideskirpsikan dengan keheranannya saat berada di penjara bersama anak-anak bengal, mengingat dia termasuk murid teladan.
2. Bagaimana dia pelit & sukar bekerja sama dengan pengacaranya untuk menceritakan mengenai dirinya dan "lupa" akan kejadian2 yang membuat dia masuk penjara.
3. Devon selalu menyebut bayinya dengan kata "itu". Seolah bayi tersebut hanya benda tidak penting yang sangat mengganggu.
Oke, pasti awal-awal hingga pertengahan baca buku ini, kita sebal setengah mati sama Devon. Terutama bagaimana Devon mengambarkan dirinya innocent setelah semua kejadian itu, lalu saya paham (pengaruh nonton NCIS, CSI, Criminal Minds) bahwa dia bukan menganggap dirinya innoncent, lebih tepatnya dia menyangkal akan semua yang pernah terjadi. Dia tidak pernah menganggap dirinya berhubungan sex, hamil dan melahirkan. Dia tidak pernah "merasakan dan terhubung dengan semua kejadian tersebut" karena Devon lari dari realita dan kenyataan.
Dan di akhir buku, psikolog di penjara remaja, Dr Bacon menjelaskan kalau Devon memang menyangkal semua yang pernah terjadi padanya (hubungan seks, kehamilan, melahirkan). Dan penyangkalan itu merupakan "mekanisme pertahanan diri" yang muncul akibat hal-hal yang tidak menyenangkan yang terjadi pada diri seseorang agar seseorang itu tidak stress, maka dia menganggap semua hal itu tidak ada atau tidak pernah terjadi.
Jadi lumayan bisa belajar psikologi juga kan :D
Anyway, inti buku ini emang sesuai dengan taglinenya "penyangkalan dan memaafkan diri sendiri" bukan tentang penghakiman atas perbuatan Devon jadi jangan mengeluh kalau protagonis annoying, karena buku ini lebih bersifat psikologi dan kita seolah diajak menyelami keadaan psikologis Devon dan mengapa sampai Devon mengambil langkah "penyangkalan" alih-alih mencoba mencari solusi misal memberikan bayinya untuk diadopsi. Bagi saya pribadi buku ini juga cocok dibaca oleh para orang tua, karena dalam buku ini mengajarkan bahwa orang tua adalah role model atau patokan ingin menjadi seperti siapa saat anak dewasa nanti. Apalah mereka ingin menjadi seperti orang tua mereka atau justru sebaliknya, mereka justru menghindari agar jangan sampai jadi seperti orang tua mereka.
Benernya real life drama bukan jenis buku favorit saya, mungkin karena dalam kehidupan sehari-hari, kita udah punya banyak "drama" dalam kehidupan kita dan kita lebih ingin buku yang "entertain". Tapi sebenarnya buku real life drama lebih banyak mengajarkan arti kehidupan dibanding katakanlah genre fave saya, fantasy atau romance, heheheh
Oke, langsung aja review saya mengenai buku ini.
Pertama dari sinopsis kita sudah tau buku ini mengangkat persoalan kehamilan remaja di luar nikah, atau lebih tepatnya akibat kehamilan remaja di lur nikah. Dan apa saja akibatnya? kalau dalam buku ini akibatnya adalah si remaja membuang bayi yang baru lahir di tong sampah, karena si remaja tidak menginginkan bayi tersebut.
Sejak bab awal kita sudah melihat ada "sesuatu" yang tidak beres mengenai Devon. Misal ketika Devon diam saja saat ibunya berbicara dengannya dan juga bagaimana Devon yang tidak ada reaksi saat ada dua orang polisi masuk ke rumah dan bertanya padanya. Devon seperti hidup dalam pikirannya sendiri, dan dalam sekejap ketika ibunya mengangkat selimut yang menutupi tubuh Devon, maka kita pun tau kalau dia sedang terluka pasca melahirkan dengan banyaknya darah di celananya yang mungkin menyebabkan dia "stunned" (bengong).
Lalu cerita pun berlanjut seputar hari-hari Devon di penjara remaja, dan juga kilasan-kilasan kehidupan Devon sebelum "malam itu". Saya tidak akan menceritakan mengenai cerita detilnya, tapi ada sesuatu yang menarik, seperti :
1. Devon seolah tidak pernah merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan, atau tidak mengeti mengapa dia bisa ada di penjara, adegannya dideskirpsikan dengan keheranannya saat berada di penjara bersama anak-anak bengal, mengingat dia termasuk murid teladan.
2. Bagaimana dia pelit & sukar bekerja sama dengan pengacaranya untuk menceritakan mengenai dirinya dan "lupa" akan kejadian2 yang membuat dia masuk penjara.
3. Devon selalu menyebut bayinya dengan kata "itu". Seolah bayi tersebut hanya benda tidak penting yang sangat mengganggu.
Oke, pasti awal-awal hingga pertengahan baca buku ini, kita sebal setengah mati sama Devon. Terutama bagaimana Devon mengambarkan dirinya innocent setelah semua kejadian itu, lalu saya paham (pengaruh nonton NCIS, CSI, Criminal Minds) bahwa dia bukan menganggap dirinya innoncent, lebih tepatnya dia menyangkal akan semua yang pernah terjadi. Dia tidak pernah menganggap dirinya berhubungan sex, hamil dan melahirkan. Dia tidak pernah "merasakan dan terhubung dengan semua kejadian tersebut" karena Devon lari dari realita dan kenyataan.
Dan di akhir buku, psikolog di penjara remaja, Dr Bacon menjelaskan kalau Devon memang menyangkal semua yang pernah terjadi padanya (hubungan seks, kehamilan, melahirkan). Dan penyangkalan itu merupakan "mekanisme pertahanan diri" yang muncul akibat hal-hal yang tidak menyenangkan yang terjadi pada diri seseorang agar seseorang itu tidak stress, maka dia menganggap semua hal itu tidak ada atau tidak pernah terjadi.
Jadi lumayan bisa belajar psikologi juga kan :D
Anyway, inti buku ini emang sesuai dengan taglinenya "penyangkalan dan memaafkan diri sendiri" bukan tentang penghakiman atas perbuatan Devon jadi jangan mengeluh kalau protagonis annoying, karena buku ini lebih bersifat psikologi dan kita seolah diajak menyelami keadaan psikologis Devon dan mengapa sampai Devon mengambil langkah "penyangkalan" alih-alih mencoba mencari solusi misal memberikan bayinya untuk diadopsi. Bagi saya pribadi buku ini juga cocok dibaca oleh para orang tua, karena dalam buku ini mengajarkan bahwa orang tua adalah role model atau patokan ingin menjadi seperti siapa saat anak dewasa nanti. Apalah mereka ingin menjadi seperti orang tua mereka atau justru sebaliknya, mereka justru menghindari agar jangan sampai jadi seperti orang tua mereka.
aku suka buku ini, nyesek banget pas baca
BalasHapussaya malah nge-comment di postingan ini. Saya sudah lama tertarik dengan buku ini. Tapi nanya-nanya ke teman2 malah pada belum baca dan bahkan tidak tertarik jadilah saya selalu ragu untuk memilikinya..he..he..mudah2an menang giveaway buku ini (^_^)v
BalasHapus"mengangkat persoalan kehamilan remaja di luar nikah, atau lebih tepatnya akibat kehamilan remaja di lur nikah."
BalasHapus--> sekarang banyak banget remaja yang ngalamin ini, dan herannya malah yang terlihat lugu-lugu tapi ternyata kebablasan... >.<
@lucktygs
wah mbak, jadi penasaran sama novel ini. emang yang psikologi-psikologi itu keren banget :3 haha
BalasHapusSesuai dengan cerita soal kehamilan remaja di luar nikah, sangat-sangaat sering terjadi akhir-akhir ini. Mungkin saja dengan membaca ini aku bisa lebih memahami kenapa para remaja itu melakukan hal itu.
BalasHapusSelama ini aku cuma bisa mencecar, kenapa mereka bisa melakukan hal diluar batas seperti itu. Apa mereka nggak mikirin masa depan mereka. MEmang enak punya anak padahal dirinya belum siap.
Boleh nih masuk list buku yang dicari. Hehehe~