Pengarang: Wendy Mass
Penerbit: Atria
Penerjemah: Maria Lubis
Editor: Jia Effendie
Proofreader: Fenty Nadia
Jumlah Halaman: 556 Halaman
Cetakan I: Juli, 2011
Segmen: Anak-anak, semua umur
Genre: Realistic fiction, drama, kuliner
Harga: Rp 30.000 (obralan Gramedia Golden Truly)
Rate: ★★★★
Bagaimana bila kau diberi kesempatan untuk bisa menciptakan permenmu sendiri? Dan bukan hanya menciptakan permen saja, tapi permen itu juga akan diproduksi secara masal oleh pabrik permen. Selain itu kau juga mendapat bonus berupa uang tabungan senilai 1000 dollar.
Empat orang anak, yaitu Logan, Miles, Daisy dan Philip yang masing-masing berusia 12 tahun berhasil terpilih sebagai peserta yang akan mewakili Region 3 dalam kontes permen tahunan yang diadakan oleh asosiasi pengusaha gula-gula. Pabrik yang terpilih untuk mengajari sekaligus menjadi tempat anak-anak ini belajar cara membuat permen adalah Life Is Sweet. Selama 2 hari, keempat anak ini akan diajari seluk beluk cara membuat permen dan juga bahan-bahan apa saja yang harus digunakan.
Selama 2 hari itu, anak-anak tersebut menyadari bahwa proses membuat permen tidaklah semudah yang mereka bayangkan, belum lagi ada kemungkinan timbulnya kecurangan dari salah seorang peserta. Banyak hal-hal tak terduga yang mereka temui selama 2 hari berada di pabrik permen Life is Sweet. Namun suatu hal yang tidak disangka-sangka berhasil mengubah persaingan individu tersebut menjadi sebuah persahabatan yang saling melengkapi. Apakah itu?
What I thought
Menyenangkan dan hangat. Itulah kesan yang timbul selesai saya membaca buku ini. Buku ini terbagi atas 4 sudut pandang dari 4 anak peserta lomba.
Logan, protagonis utama dari buku ini. Logan adalah putra pemilik pabrik Life is Sweet, namun ia tetap sama dengan para peserta lain, tidak ada perlakuan istimewa. POV Logan mengawali bagaimana cerita dimulai. Karena diletakkan pertama dan juga sebagai putra pemilik pabrik, POV Logan banyak menceritakan mengenai kegiatan-kegiatan di pabrik permen. Deskripsi mengenai pabrik permen cukup detil, sehingga pembaca seolah ikut merasakan berada di pabrik permen.
Saya jadi membayangkan Ruang Onggokan Mint Dingin, Ruang Lelehan Cokelat renyah, Ruang Loli-Loli Melompat dan Ruang Jellybean Lompat Tinggi.
Namun masalah yang sering muncul dalam plot yang banyak menceritakan deskripsi adalah cerita jadi terasa lamban dan membosankan. Ini sempat saya alami dan membuat saya agak malas tiap kali mau melanjutkan bukunya. Hal lain yang membuat bosan adalah plot yang cenderung lurus-lurus saja dan juga konflik yang belum ada tanda-tanda penampakkan diri. Begitu pula dengan karakter Logan yang juga masih kalem-kalem saja.
Cerita berlanjut ke POV Miles. Saya jelas mulai terbangun saat masuk POV Miles. Cerita pun mulai masuk ke misteri. Rasanya menarik melihat bagaimana Miles berpikir tentang Logan dan mengapa Miles selalu membawa tas besar kemana pun dia pergi dan apa isi tas besar itu? Dari sini saya semakin penasaran untuk mencari tahu kisah Miles yang membuat saya terus membalik halaman buku.
Dan saat pembaca lagi menikmati suasana tegang di pabrik permen, tiba-tiba cerita beralih ke POV Daisy, yang juga merupakan satu-satunya anak perempuan dalam kelompok peserta tersebut. Cerita Daisy menarik walau menurut saya juga yang paling aneh (in a good way) dan terkadang terasa seperti fantasi. Tapi bukankah setiap anak mempunyai imajinasinya sendiri mengenai apa yang mereka inginkan saat sudah besar nanti.
Dan tibalah pada POV terakhir, yaitu Philip. Berbeda dengan 3 anak lainnya yang bersifat manis dan menyenangkan, sejak kemunculannya, Philip sudah membuat saya penasaran karena sifatnya yang sangat menyebalkan, arogan, cenderung meremehkan peserta lain dan sok pintar. Namun meskipun menyebalkan, POV Philip justru yang paling saya tunggu. Dan penulis di sini seolah menegaskan bahwa, setiap sebab ada akibat. Anak-anak yang bersifat menyebalkan pasti ada penyebabnya. Nah apa penyebabnya, silakan baca sendiri.
Saya agak menyesal tidak memilih buku ini saat tema kuliner, bulan Februari lalu. Buku ini sebagaimana yang selalu saya harapkan dari buku anak-anak, yaitu cerita yang bisa memberikan rasa hangat, seru dan menyenangkan saat membacanya. Dan penuturan mengenai permen dalam cerita ini, sukses membuat saya pengen mengunyah permen saat membacanya (dan serius, saya sampai membeli 2 bungkus kecil permen kenyal Yupi).
POV yang berbeda-beda, mungkin bagi sebagian pembaca akan membuat cerita terasa berputar-putar, namun di sinilah penulis bermaksud agar pembaca bisa memahami karakter dari setiap anak. Seperti Logan yang baik hati dan tak pernah marah-marah, Miles yang sensitif dan mempunyai empati yang begitu besar akan orang-orang disekitarnya, lalu Daisy yang ceria dan penuh semangat serta Philip yang ambisius dan berusaha tampil sempurna.
Ada beberapa scene dan kutipan bagus dari buku ini, salah satu yang saya suka adalah:
Buku ini, saya ikut sertakan juga untuk:
- Lucky No.14 Reading Challenge: Chunky Bricks
- 2014 TBRR Pile RC
- New Authors Reading Challenge 2014
- Children's Literature Reading Project
Saya jadi membayangkan Ruang Onggokan Mint Dingin, Ruang Lelehan Cokelat renyah, Ruang Loli-Loli Melompat dan Ruang Jellybean Lompat Tinggi.
Namun masalah yang sering muncul dalam plot yang banyak menceritakan deskripsi adalah cerita jadi terasa lamban dan membosankan. Ini sempat saya alami dan membuat saya agak malas tiap kali mau melanjutkan bukunya. Hal lain yang membuat bosan adalah plot yang cenderung lurus-lurus saja dan juga konflik yang belum ada tanda-tanda penampakkan diri. Begitu pula dengan karakter Logan yang juga masih kalem-kalem saja.
Cerita berlanjut ke POV Miles. Saya jelas mulai terbangun saat masuk POV Miles. Cerita pun mulai masuk ke misteri. Rasanya menarik melihat bagaimana Miles berpikir tentang Logan dan mengapa Miles selalu membawa tas besar kemana pun dia pergi dan apa isi tas besar itu? Dari sini saya semakin penasaran untuk mencari tahu kisah Miles yang membuat saya terus membalik halaman buku.
Dan saat pembaca lagi menikmati suasana tegang di pabrik permen, tiba-tiba cerita beralih ke POV Daisy, yang juga merupakan satu-satunya anak perempuan dalam kelompok peserta tersebut. Cerita Daisy menarik walau menurut saya juga yang paling aneh (in a good way) dan terkadang terasa seperti fantasi. Tapi bukankah setiap anak mempunyai imajinasinya sendiri mengenai apa yang mereka inginkan saat sudah besar nanti.
Dan tibalah pada POV terakhir, yaitu Philip. Berbeda dengan 3 anak lainnya yang bersifat manis dan menyenangkan, sejak kemunculannya, Philip sudah membuat saya penasaran karena sifatnya yang sangat menyebalkan, arogan, cenderung meremehkan peserta lain dan sok pintar. Namun meskipun menyebalkan, POV Philip justru yang paling saya tunggu. Dan penulis di sini seolah menegaskan bahwa, setiap sebab ada akibat. Anak-anak yang bersifat menyebalkan pasti ada penyebabnya. Nah apa penyebabnya, silakan baca sendiri.
Saya agak menyesal tidak memilih buku ini saat tema kuliner, bulan Februari lalu. Buku ini sebagaimana yang selalu saya harapkan dari buku anak-anak, yaitu cerita yang bisa memberikan rasa hangat, seru dan menyenangkan saat membacanya. Dan penuturan mengenai permen dalam cerita ini, sukses membuat saya pengen mengunyah permen saat membacanya (dan serius, saya sampai membeli 2 bungkus kecil permen kenyal Yupi).
POV yang berbeda-beda, mungkin bagi sebagian pembaca akan membuat cerita terasa berputar-putar, namun di sinilah penulis bermaksud agar pembaca bisa memahami karakter dari setiap anak. Seperti Logan yang baik hati dan tak pernah marah-marah, Miles yang sensitif dan mempunyai empati yang begitu besar akan orang-orang disekitarnya, lalu Daisy yang ceria dan penuh semangat serta Philip yang ambisius dan berusaha tampil sempurna.
Ada beberapa scene dan kutipan bagus dari buku ini, salah satu yang saya suka adalah:
"Kau tidak pernah tahu apa yang akan kau ketahui saat membuka sebuah buku. Dan jika isinya adalah suatu cerita, kau akan tenggelam di dalamnya. Kemudian, kau akan tinggal di sana beberapa saat, bukannya-kau tahu-tinggal di sini."Jangan lupa, baca juga review Indah, karena seharusnya saya baca buku ini pada bulan April bareng Indah, namun ternyata saya gagal karena masih stuck di beberapa buku timbunan.
Buku ini, saya ikut sertakan juga untuk:
- Lucky No.14 Reading Challenge: Chunky Bricks
- 2014 TBRR Pile RC
- New Authors Reading Challenge 2014
- Children's Literature Reading Project
kadang emang musti nahan2in baca satu buku and jangan langsung dilempar kalau di beberapa halaman awal ngga sreg ya, Lin, karena beberapa buku does gets better ketika kita berhasil melewati halaman2 awal yang terasa 'menyiksa', ahahaha XD
BalasHapusDuhhhhh sudah lama pengen buku ini T____________T
BalasHapus