Judul: Slammed (Cinta Terlarang)
Pengarang: Colleen Hoover
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Shandy Tan
Editor: Ambhita Dhyaningrum
Desain sampul: Edward Iwan Mangopang
Jumlah halaman: 336 halaman
Cetakan 1, April 2013
Segmen: Remaja, dewasa muda
Genre: Drama, realistic fiction, romance
Thanks untuk Indah atas pinjamannya :)
Rate: ★★★★
Akan kuceritakan sebuah kisah padamu:
Kalaupun ada bagian yang kurang saya suka itu ada di awal bab yang menceritakan proses asmara Will dan Layken yang hanya butuh 3 hari untuk saling mencintai, agak terlalu instant untuk selera saya, hehehe.
Percakapan antara Lake dan ibunya.
Review ini juga untuk RC:
Pengarang: Colleen Hoover
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Shandy Tan
Editor: Ambhita Dhyaningrum
Desain sampul: Edward Iwan Mangopang
Jumlah halaman: 336 halaman
Cetakan 1, April 2013
Segmen: Remaja, dewasa muda
Genre: Drama, realistic fiction, romance
Thanks untuk Indah atas pinjamannya :)
Rate: ★★★★
Akan kuceritakan sebuah kisah padamu:
Ada seorang gadis remaja, namanya Layken. Kehidupannya normal-normal saja, semuanya baik-baik saja sampai suatu hari datanglah tamu tak diundang dalam kehidupannya. Nama tamu ini adalah kematian. Tamu ini datang secara tiba-tiba dan mengambil ayah Layken tercinta. Keluarga Layken pun berduka dan mereka memutuskan untuk pindah dari tempat tinggal mereka di Texas ke Ypsilanti, Michigan.
Di tempat tinggal baru tersebut, Layken bertemu dengan seorang pemuda tampan. Sejak pertemuan pertama mereka, si pemuda ini sudah menawan hatinya. Layken dan si pemuda yang bernama Will saling jatuh cinta, sayang ternyata cerita cinta mereka tak berjalan mulus. Si pemuda tampan adalah guru di sekolah Layken. Peraturan di sekolah menyatakan guru dan murid tidak boleh terlibat dalam hubungan asmara. Keadaan si pemuda, membuat Layken hanya bisa menerima nasibnya.
Satu masalah belum selesai, datanglah masalah lain, ternyata ada alasan lain mengapa Ibu Layken pindah ke Michigan. Suatu alasan yang mengguncang jiwa dan hati Layken. Suatu alasan yang makin menambah kesedihan dalam hidup keluarga Layken, suatu alasan yang berusaha dijauhi tapi tak bisa dihindari. Bisakah Layken mengatasi semua itu?
Ada 2 jenis novel yang membuat saya enggan dalam mereview, yaitu:
1. Novel yang biasa saja, saking biasanya saya jadi malas mereviewnya.
2. Novel yang bagus, yang membuat saya bingung mereviewnya.
Buku ini termasuk dalam alasan nomor 2. Saya tidak bilang ceritanya sempurna, tetap ada bagian-bagian yang mungkin kurang saya sukai, tapi secara keseluruhan, saya menyukainya. Tidak ada pertanyaan mengenai isi cerita, karakter ataupun ending. Karena itulah saya tidak akan mencelanya.
Kalaupun ada bagian yang kurang saya suka itu ada di awal bab yang menceritakan proses asmara Will dan Layken yang hanya butuh 3 hari untuk saling mencintai, agak terlalu instant untuk selera saya, hehehe.
Have some faith with YA novels
Jujur saja, belakangan ini saya merasa jenuh dan skeptis membaca novel-novel YA, apalagi semenjak sukses Twilight yang fenomenal dan membuat para penerbit Indonesia pun mengambil kesempatan ini untuk menerbitkan novel-novel YA yang cerita dan karakternya mirip-mirip Twilight. Karena itu saya cenderung menghindari novel-novel YA yang ada unsur romance. Saya tahu, saya cenderung bersikap tak adil dan judgemental karena novel YA tidak semua tokoh dan romansanya seperti Twilight. Tapi untuk novel romens, saya sekarang lebih memilih domestic romance atau romansa suami-istri dalam menjalani perkawinan daripada remaja yang hanya mikirin cowok sebagai tujuan hidupnya.
Saat melihat novel Slammed dan membaca sinopsis di belakangnya, saya tidak tertarik untuk membacanya. Sinopsisnya mirip Twilight, seorang remaja yang pindah ke sebuah kota, terus ketemu cowok ganteng dan kisah cinta pun bersemi di antara mereka. Tapi ternyata ada sesuatu yang menghalangi cinta mereka.
Tapi thanks buat Indah yang sudah meminjamkan buku ini ke saya, yang telah membuktikan ke saya, bahwa tidak semua novel YA itu dangkal. Dari segi cerita, Slammed tidak ada yang baru, kisah pencintaan, persahabatan dan keluarga menjadi 3 unsur utama dalam buku ini. Saya juga suka sama terjemahannya yang enak dan ngalir saat dibaca. Puisinya pun berusaha tetap mempunyai rima dalam setiap kata-katanya.
Some parts make you shed a tear.
Saya coba bandingkan buku ini sama If I stay dan The Fault In Our Stars. Mungkin untuk yang terakhir perbandingannya kurang sesuai. Tapi saya coba bandingkan karena sama-sama mempunyai unsur mellow, romance dan kesedihan. Hasilnya, saya lebih suka Slammed daripada kedua buku di atas.
Saya rasa, saya lebih suka Slammed karena kesederhanaan cerita dan pemilihan katanya. Tidak terlalu banyak permainan diksi-diksi kreatif ala John Green dan juga tidak terlalu banyak kalimat metafora musik seperti If I Stay (saya tidak bilang kedua buku tersebut kurang bagus dibanding buku ini, hanya masalah selera saja). Bahkan tidak terlalu banyak tulisan puitis berbunga-bunga mengingat kisah novel ini mengenai sebuah klub puisi yang bernama Slammed. Dan dari sana juga judul buku ini diambil.
Meski plot sederhana, cerita dalam Slammed sebenarnya cukup dalam karena mengungkit kematian. Selain itu beberapa adegan di Slammed sukses bikin saya terharu. Salah satu yang bikin saya terharu adalah saat Eddie, sahabat Layken ulang tahun dan mengisahkan mengenai hubungan Eddie dan ayah angkatnya.
Characters
Saya cukup suka dengan semua karakter-karakter di sini. Untuk cewek, yang saya suka adalah Eddie, sahabat Layken. Untuk pemeran utama seperti Will & Lake juga oke menurut saya. Lake sama sekali bukanlah cewek populer, dan saya suka dengan reaksi Layken yang emosional, manusiawi tapi cukup dewasa dalam menyikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya.
Untuk Will sendiri, menurut saya agak sempurna. Apalagi dengan latar belakang sebagai pemain football yang biasanya indikasi cowok populer di sekolah. Dengan kata lain Will ini stereotype cowok sempurna deh, untungnya dia tidak diceritakan mapan. Mungkin karena memakai narasi 1st person POV Layken, saya berasa ada sesuatu yang terasa hampa dengan karakter Will. (BTW. Slammed ada sekuelnya dan untuk buku ke-3 ceritanya adalah pengulangan buku pertama dengan memakai POV Will, mungkin untuk yang ngefans sama Will boleh dibaca tapi kalau yang gak suka repeat story mungkin akan kecewa).
Favorites Quotes
Salah satu kelebihan buku ini yang saya suka adalah diksinya yang sederhana tapi maknanya dalam. Begitupula dalam puisi-puisi yang dibawakan Slammed.
Dan tak lupa kutipan-kutipan bijaksana dari ibu Layken:
Saat melihat novel Slammed dan membaca sinopsis di belakangnya, saya tidak tertarik untuk membacanya. Sinopsisnya mirip Twilight, seorang remaja yang pindah ke sebuah kota, terus ketemu cowok ganteng dan kisah cinta pun bersemi di antara mereka. Tapi ternyata ada sesuatu yang menghalangi cinta mereka.
Tapi thanks buat Indah yang sudah meminjamkan buku ini ke saya, yang telah membuktikan ke saya, bahwa tidak semua novel YA itu dangkal. Dari segi cerita, Slammed tidak ada yang baru, kisah pencintaan, persahabatan dan keluarga menjadi 3 unsur utama dalam buku ini. Saya juga suka sama terjemahannya yang enak dan ngalir saat dibaca. Puisinya pun berusaha tetap mempunyai rima dalam setiap kata-katanya.
Some parts make you shed a tear.
Saya coba bandingkan buku ini sama If I stay dan The Fault In Our Stars. Mungkin untuk yang terakhir perbandingannya kurang sesuai. Tapi saya coba bandingkan karena sama-sama mempunyai unsur mellow, romance dan kesedihan. Hasilnya, saya lebih suka Slammed daripada kedua buku di atas.
Saya rasa, saya lebih suka Slammed karena kesederhanaan cerita dan pemilihan katanya. Tidak terlalu banyak permainan diksi-diksi kreatif ala John Green dan juga tidak terlalu banyak kalimat metafora musik seperti If I Stay (saya tidak bilang kedua buku tersebut kurang bagus dibanding buku ini, hanya masalah selera saja). Bahkan tidak terlalu banyak tulisan puitis berbunga-bunga mengingat kisah novel ini mengenai sebuah klub puisi yang bernama Slammed. Dan dari sana juga judul buku ini diambil.
Meski plot sederhana, cerita dalam Slammed sebenarnya cukup dalam karena mengungkit kematian. Selain itu beberapa adegan di Slammed sukses bikin saya terharu. Salah satu yang bikin saya terharu adalah saat Eddie, sahabat Layken ulang tahun dan mengisahkan mengenai hubungan Eddie dan ayah angkatnya.
Characters
Saya cukup suka dengan semua karakter-karakter di sini. Untuk cewek, yang saya suka adalah Eddie, sahabat Layken. Untuk pemeran utama seperti Will & Lake juga oke menurut saya. Lake sama sekali bukanlah cewek populer, dan saya suka dengan reaksi Layken yang emosional, manusiawi tapi cukup dewasa dalam menyikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya.
Untuk Will sendiri, menurut saya agak sempurna. Apalagi dengan latar belakang sebagai pemain football yang biasanya indikasi cowok populer di sekolah. Dengan kata lain Will ini stereotype cowok sempurna deh, untungnya dia tidak diceritakan mapan. Mungkin karena memakai narasi 1st person POV Layken, saya berasa ada sesuatu yang terasa hampa dengan karakter Will. (BTW. Slammed ada sekuelnya dan untuk buku ke-3 ceritanya adalah pengulangan buku pertama dengan memakai POV Will, mungkin untuk yang ngefans sama Will boleh dibaca tapi kalau yang gak suka repeat story mungkin akan kecewa).
Favorites Quotes
Salah satu kelebihan buku ini yang saya suka adalah diksinya yang sederhana tapi maknanya dalam. Begitupula dalam puisi-puisi yang dibawakan Slammed.
"Kematian. Satu-satunya hal yang tak terhindarkan dalam hidup...." ~hal 258
"Bukan kematian yang menonjok kalian, Layken. Kehidupanlah yang melakukannya. Kehidupan bergulir. Hal buruk terjadi. Dan ini sangat sering terjadi. Kepada sangat banyak orang." ~hal 225.Atau puisi yang romantis, seperti:
"satu juta lima puluh satu ribu dua ratus menit.
sebanyak itulah kau membuatku tersenyum,
sebanyak itulah kau membuatku bermimpi,
sebanyak itulah kau membuatku percaya,
sebanyak itulah kau membuatku menemukan
sebanyak itulah kau membuatku memuja,
sebanyak itulah kau membuatku gembira,
atas hidupku.
Dan tak lupa kutipan-kutipan bijaksana dari ibu Layken:
- Lampauilah keterbatasan itu. Keterbatasan itu ada untuk dilampaui.
- Jangan terlalu serius menyikapi hidup. Tonjoklah wajah kehidupan jika kehidupan memang butuh diberi tonjokan telak. Lalu tertawakan dia.
- Banyak-banyaklah tertawa. jangan pernah melewati satu hari pun tanpa tertawa sekurang-kurangnya satu kali.
- Jangan pernah menghakimi orang lain. Kalian berdua sudah paham benar bagaimana peristiwa-peristiwa tak terduga bisa mengubah jati diri seseorang. Ingatlah selalu hal ini. Kalian tidak pernah tahu apa yang sedang dialami orang lain dalam kehidupan mereka sendiri.
- Pertanyakan segala sesuatunya. Cintamu, keyakinanmu, kecintaanmu. Jika tidak punya pertanyaan, kau tidak akan menemukan jawaban.
- Terimalah. Terimalah segalanya. Perbedaan antaramanusia, kesamaan mereka, pilihan mereka, kepribadian mereka. Kadang dibutuhkan keragaman untuk menciptakan koleksi yang indah. Hal yang juga berlaku bagi manusia.
- Pilihlah pertarunganmu, tapi jangan pilih terlalu banyak.
- Tetaplah berpikiran terbuka; hanya dengan itulah hal-hal baru bisa masuk.
- Yang terakhir namun tak kalah penting, dan ini bukan yang paling remeh: Jangan pernah menyesal.
Favorite scene"Penyesalan itu kontraproduktif, karena kita menoleh ke masa lalu yang tidak bisa kita ubah. Mempertanyakan sesuatu saat peristiwa itu terjadi, bisa mencegah penyesalan di kemudian hari." ~hal 45
Percakapan antara Lake dan ibunya.
"Ada tiga pertanyaan yang mesti benar-benar bisa dijawab 'iya' oleh seorang perempuan sebelum dia mengikatkan dirinya pada seorang laki-laki. Kalau ada satu saja yang kau jawab 'tidak' , maka larilah sekencang-kencangnya.
"Ini kan cuma kencan." Aku tergelak. "Aku sangsi kami akan melakukan aksi ikat-mengikat."
"Aku tahu, Lake. Tapi aku serius. Kalau kau tidak bisa menjawab 'iya' untuk ketiga pertanyaan ini, jangan sia-siakan waktumu untuk menjalin hubungan."
Saat aku membuka mulut, aku merasa itu justru makin menguatkan kenyataan bahwa aku adalah putri Mom. Jadi, aku pun tidak menyela lagi.
"Apa laki-laki itu selalu memperlakukanmu dengan hormat? Itu pertanyaan pertama. Pertanyaan kedua adalah, misalkan dua puluh tahun lagi dia masih orang yang persis sama dengan dia yang sekarang, apakah kau tetap mau menikah dengannya? Terakhir, apakah laki-laki itu menggugah keinginnanmu menjadi orang yang lebih baik? Jika berhasil menemukan laki-laki yang bisa membuatmu menjawab iya untuk ketiga pertanyaan tadi, berarti kau sudah menemukan laki-laki yang baik."
Last but not the least: Translation
Seperti yang sudah saya tulis, terjemahan cukup bagus dan ngalir, karena itulah saya membaca buku ini lancar dan cepat. Mengingat akhir-akhir ini banyak keluhan mengenai buku terjemahan yang membuat pembaca jadi "tidak mengerti" bahasa Indonesia. Tapi terjemahan Miss Shandy Tan untuk Slammed ini cukup bagus kok. #thumbsup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar