Minggu, 31 Maret 2013

DELIRIUM (DELIRIUM #1)

✮✮✮✮
Judul Buku : Delirium
Pengarang  : Lauren Oliver
Penerbit     : Mizan
Jumlah Halaman : 518 Halaman
Penerjemah : Vici Alfanani Purnomo
Segmen : Remaja, Dewasa Muda
Genre : Dystopia

"Aku mencintaimu. Ingat. Mereka takkan bisa mengambilnya. " ~hal 515

"Kau takkan bahagia kecuali kau pernah merasa tak bahagia, kau tahu?" ~hal 34

Jadi kuberitahukan kau suatu cerita :

Pernahkan kau membayangkan kalau cinta itu adalah sebuah penyakit berbahaya? Dimana gejala-gejalanya adalah :

STADIUM SATU :
kegirangan; sulit berkonsentrasi
mulut kering
banyak berkeringat, telapak tangan berkeringat
pusing dan bingung
berkurangnya kesadaran mental; pikiran yang berpacu; hilangnya kemampuan menalar

STADIUM DUA :
periode euforia; tertawa histeris dan energi yang meluap-luap
periode putus asa; lesu
perubahan nafsu makan; penurunan atau penambahan berat badan yang cepat
keterpakuan terhadap satu hal; kehilangan minat terhadap hal-hal lain
kerusakan kemampuan logika; penolakan realitas
kacaunya pola tidur; insomnia atau kelelahan terus-menerus
pikiran dan tindakan yang obsesif
ketakutan berlebihan, cemas

STADIUM TIGA (KRITIS) :
sulit bernapas
nyeri di dada, tenggorokan, atau perut
sulit menelan; tidak mau makan
kehilangan akal sehat; tingkah laku yang tidak konsisten; pikiran dan fantasi yang bengis; halusinasi dan delusi

STADIUM EMAPT (FATAL) :
kelumpuhan emosi atau fisik (sebagian atau total)
kematian

Lena hidup dalam dunia yang dihantui oleh suatu penyakit yang bernama Amor Deliria Nervosa namun Lena tidak perlu khawatir lagi, sebab pada saat itu penawarnya sudah ditemukan dan setiap orang yang berusia 18 tahun akan menjalani prosedur berupa operasi agar mereka dapat disembuhkan dari penyakit cinta dan setelah disembuhkan mereka akan selalu merasa damai dan bahagia. 

Lena hidup dengan mempercayai CINTA adalah sebuah penyakit, namun beberapa minggu sebelum dia menjalani prosedur penyembuhan, hal yang tidak pernah diduga Lena terjadi padanya, hal yang tidak pernah diinginkannya, yaitu Lena mengalami jatuh cinta. 

Deliria menguasai Lena begitu hebat, membuat semua yang selama ini dipercayai dan menjadi pedoman hidupnya seolah runtuh dan terbalik, dan satu hal pasti Lena justru mengalami kebahagiaan yang sesungguhnya saat dia jatuh cinta atau terinfeksi dengan Deliria bersama.... Alex. 

Kesan Saya :

Saya baca versi lokal dan dalam versi lokal, ada beberapa premis di cover seperti ini :

"Versi distopia Romeo and Juliet yang layak menjadi sebesar Twilight."
"Kombinasi antara The Handmaid's Tale dan Twilight...."

Jujur yah baca premisnya, reaksi saya seperti ini  :




Oke, saya paham, lagi-lagi strategi marketing untuk menarik para Twihard, tapi sejujurnya, saya harap untuk berikutnya setiap novel YA dengan genre romance cukup pede untuk tidak menambahkan embel-embel Twilight version of bla-bla. Karena menurut saya pribadi, Twilight bahkan tidak cukup bagus untuk sebuah novel romance (sorry, just my humble opinion) dan tidak semua pembaca YA menyukai romance menye-menye dan dangkal ala Twilight. 

Ok, back with review :

Sejujurnya karena premis Twilight ala distopia, saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa waktu awal membaca novel ini. Selain itu yang membuat saya merasa bosan adalah deskripsi   yang terlalu detil dan panjang, dengan kata lain terlalu banyak penjelasan yang tidak perlu, macam saat suasana hati Lena sedang gelisah atau marah, pengarang juga menambahkan penggambarannya melalui perumpamaan cuaca, pemandangan, alam, dll. Oke, maksudnya mungkin agar terkesan puitis karena ini novel romantis, tapi bagi saya yang gemar berimajinasi, yang ada malah merasa terganggu, tidak fokus dan teralihkan. 

Untuk setengah bagian pertama buku, cerita cenderung lambat dan tampak normal (tidak ada sesuatu yang benar-benar "intense"), persahabatan Lena dan Hana, hari kelulusan, rutinitas Lena sehari-hari sebelum prosedur dan ditambah lagi gaya penulis dalam mendeskripsikan segala sesuatunya yang kadang terlalu panjang dan bertele-tele, membuat saya merasa bosan membacanya. Jadi saya awalnya berpikir, "The story is okay, I will rate this book 3 stars."




too much unnecessary description, maybe I will give 3 stars.

Lalu memasuki pertengahan cerita saat Lena dan Alex mulai saling pacaran diam-diam. Cerita lebih menarik, seperti informasi mengenai alam liar dengan gaya hidup ala hippie  atau seniman bohemian. Juga yang menarik adalah pengembangan karakter Lena, dari yang tadinya gadis biasa-biasa dengan low self esteem, menjadi rebel dan yang saya suka disini adalah meskipun jatuh cinta, Lena tidak melupakan BFF-nya Hana. Selain itu, saya suka bagaimana pengarang membuat kita menyukai karakter Alex melalui interaksi Alex dan Lena. Jadi pengarang tidak memberitahukan bahwa betapa perhatian, baik dan tidak sombongnya Alex untuk membuat pembaca menyukainya. Ini adalah salah satu contoh dari istilah "show it and don't tell" dan yang terpenting, Alex tidaklah digambarkan sebagai karakter yang sempurna ala Gary Stu. Flawless character is boring, isn't it?



I'm enjoying the story so far, I will rate 3 stars and half. 

Tapi menjelang ending, inilah reaksi saya :



this is so intense, I'm sleepy but I cannot put the book because I'm too curious to find out what will happen next. 

Dan hanya ada SATU KATA untuk endingnya : KLIMAX



why the book ending is like that? but that's way I LIKE IT, cannot wait for the sequel. 

Sekiranya saya tuntas dalam melaksanakan target saya untuk membaca 2 genre distopia sebagai tema reading challenge bulan Maret. Saya baca Divergent dan Delirium, dan tidak pernah saya terpikir untuk mengatakan ini, mengingat awal-awal Divergent adalah my kind of genre (action and fantasy) sedangkan Delirium adalah my second alternate genre because I only like romance as a spice. Namun setelah saya selesai membaca dua-duanya, saya rasa sebagai keseluruhan cerita, saya lebih menyukai Delirium, (I didn't said it's better but I prefer). Lauren Oliver membuat sebuah plot cerita yang baik : slow and detail at the beginning - interesting in the middle - intense near the end - climax ending. 

Review cover : Saya lebih suka yang aslinya, simpel dan tidak terlalu banyak main warna, yang versi Indonesia menurut saya agak norak dan seolah dibuat agar terkesan futuristik distopian, yang sebenarnya tidak perlu (IMO), I like simple and elegant, but it just my personal taste.

Terjemahan : bagus (luwes dan mengalir), saya tidak tau apakah ada typo, tapi kalau saya sampai tidak tau atau tidak merasakan ada typo, saya kira itu hal yang bagus :D

Pertanyaan selanjutnya : Kapan sekuelnya mau diterbitkan?

Is the story better than Twilight ? Are you kidding me ?

This is really good story compared with a girl who fall in love with sparkling vampire. And  let's stop said everything are better than Twilight. We make ourselves like a hater.  


Sumber gambar gif :

- monkey emoticon : www.laymarks.com
- gif lain adalah buatan saya dengan menggunakan gif generator, video diambil dari youtube (Vampire Sucks dan Hotel Transylvania) :D


bye-bye

4 komentar:

  1. Saya belum pernah baca buku Lauren Oliver sebelumnya. Dan seandainya saya tidak buka blog kamu ini, saya tidak akan ngeh kalo ternyata ada novel dengan judul Delirium ini. Padahal ini novel New York Times Bestseller. Ya ampun, pengetahuan perbukuanku ternyata masih sangat kurang. :(

    Well, saya suka review-mu. Bagus.
    Lengkap tapi gak spoiler.
    Bikin makin penasaran bawaannya.

    Tapi terus terang, saya fans Twilight Saga garis keras. Jadi saya agak tersinggung saat kamu nyebutin, Twilight itu bacaan yang dangkal. Itu sama saja secara tidak langsung kamu bilang kalo pembaca apalagi fans Twilight adalah pembaca yang dangkal. But, it's okay. Setiap orang kan punya opini masing-masing. :))

    Saya suka tulisan-tulisan Stephanie Meyer dan review novel Delirium ini mengingatkan saya sama novel The Host karya Stephanie Meyer. Ceritanya mirip. Saya suka genre young adult macam ini. Semoga saya bisa segera membaca novelnya. :))

    -Dian-
    @dianmayy
    danmayasariazis@gmail.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah ketemu Twihard :D
      ok, thanks atas sarannya

      Hapus
  2. aduh, aku ga selesai baca buku ini. ngantuk di bagian pertengahan. recommended untuk diselesaiin ya tapi? :/ #galau #mentalpenimbun xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga dibagian awal luamaa bacanya dan butuh usaha buat lanjutin. Tapi pas udah masuk pertengahan ke akhir seru. Jadi worth it kok utk diselesaikan.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...