✮✮
Judul Buku : Faith
Pengarang : Ca
Penerbit : Grasindo
Jumlah Halaman : 255 Halaman
Segmen : Remaja
Pengarang : Ca
Penerbit : Grasindo
Jumlah Halaman : 255 Halaman
Segmen : Remaja
Seumur hidup saya (oke, emang terdengar lebay, tapi memang begitulah kenyataannya),tidak pernah saya memenangkan yang namanya buntelan atau giveaway. Tapi bulan Juli ini boleh dibilang bulan keberuntungan saya dalam hal buntelan buku, karena hingga post ini saya tulis, saya berhasil mendapatkan kesempatan untuk memperoleh 3 buntelan buku gratis dari 3 pihak pemberi giveaway yang berbeda.
Untuk buntelan pertama, saya dapat dari angelnya buntelan BBI yaitu mas Dion Yulianto dari blog Baca Biar Beken untuk buntelannya sendiri kami diperkenankan memilih salah satu dari beberapa buku yang ditawarkan oleh Mbak Yudith dari GPU. Beberapa pilihan bukunya ada yang terjemahan, ada yang lokal. Berhubung buku-buku terjemahannya rata-rata sekuel atau sambungan (sedangkan saya belum baca seri pertamanya) maka saya putuskan untuk memilih buku lokal. Pilihan saya jatuh pada buku Faith, alasan saya memilih buku tersebut selain faktor yang tidak terlalu tebal (mengingat keadaan saya yang so many books, so little time), saya juga penasaran sama tulisan Hangul disamping judul buku, karena sejujurnya saya belum pernah sekali pun membaca genre berbau Korea. Apakah itu K-Lit asli yang ditulis oleh pengarang Korea atau pun fiksi berbau Korea yang ditulis oleh penulis lokal. Karena itu saya sangat senang saat mengetahui bahwa saya berhasil mendapatkan bukunya.
Beberapa hari kemudian, buku tersebut tiba di rumah, saya sama sekali tidak mengira kalau buku tersebut adalah fanfiction, sekiranya itulah label yang tercantum di sudut kiri atas buku. Saya tau akhir-akhir ini segala sesuatu yang berbau Korea sedang menjadi trend di Indonesia, mulai dari munculnya boyband dan girlband ala Korea hingga buku fiksi. Secara garis besar saya tau apa itu fanfiction, karena saya juga pernah baca fanfic di internet walaupun bukan yang berbau Korea. Karena sejujurnya secara pribadi saya biasa saja dengan K-Pop ataupun K-Drama. Bahkan boleh dibilang drama Korea terakhir yang saya tonton, sudah sejak 2 tahun yang lalu yaitu Boys Before Flower #gakadayangtanya. Selanjutnya saya sudah tidak mengikuti lagi perkembangan drama Korea, sedangkan untuk musik atau artis pop, saya hanya sebatas menyukai lagu-lagunya saja kalau memang ada yang nyantel di telinga saya.
Sekarang mari membahas bukunya. Melihat dari cover, buku ini mempunyai cover yang cantik, warna kuning lemon dengan ilustrasi-ilustrasi yang seolah dilukis cat air. Begitu pun sinopsis belakang buku mempunyai kalimat-kalimat premis yang tampak menjanjikan :
Ini bukan dongeng, tapi realita.Lupakan pangeran tampan berkuda putih, ibu peri, dan kurcaci. Ini cerita romansa beberapa pribadi beserta keunikan masing-masing.
Dari pencarian cinta sejati sampai pembuktian komitmen masa depan. Dari Seoul sampai London. Dari bus kota sampai tembok besar Cina.
Cerita ini adalah mengenai orang-orang yang menemukan cinta mereka masing-masing. Seseorang yang berusaha mencintai kebodohan pasangannya. Seorang sahabat yang tak bisa melepaskan sahabatnya. Seseorang yang rela menggantikan orang lain. Seseorang yang tak bisa melupakan cinta sejati. Seseorang yang mencoba membahagiakan pasangannya dengan mengorbankan dirinya.
Ini bukan dongeng, jadi mungkinkah tiap-tiap ceritanya berujung happily ever after?
Maka saya pun mulai membacanya dengan ekspektasi positif. Namun sayangnya, hingga bab 1 selesai, saya tidak bisa klik ataupun masuk dalam cerita buku ini.
Buku ini mengambil banyak sudut pandang orang pertama. Banyak? yah banyak. Untuk bab 1 saja ada enam orang yang memakai 1st person POV. Sejujurnya menurut saya penuturan 1st person POV untuk banyak karakter itu sangat beresiko, terutama bila kepribadian antara 1 karakter dengan karakter lain itu mirip. Selama ini multiple 1st person POV yang pernah saya baca itu paling banyak 2 orang. Sedangkan buku ini mempunyai 6 sudut pandang orang pertama. Mereka adalah :
*Note, warna biru untuk laki-laki, warna merah untuk perempuan
- Park Sungyeol
- Baek Hyunji
- Kim Jongwan
- Kyung Subin
- Oh Haeri
- Hoon Sejung
Sejujurnya, saya tak terlalu merasakan perbedaan dari multiple POV tersebut, kecuali mungkin Subin dan Kim Jong yang memiliki kepribadian meledak-ledak. Menurut saya pribadi, apabila ada banyak karakter yang ingin diceritakan, daripada memakai banyak sudut pandang orang pertama, mengapa tidak sudut pandang orang ketiga saja, di mana penulis adalah penguasa. Atau cukup satu karakter utama yang mendapat 1st person POV, sisanya memakai 3rd person POV.
Untuk segi cerita, saya merasa cerita ini tidak dibangun berdasarkan plot cerita yang utuh tapi lebih seperti cerita yang dibangun berdasarkan adengan-adengan dalam drama Korea atau sinetron. Karena itu saya merasa banyak sekali adegan atau setting yang lompat-lompat dari satu adegan ke adegan lain tanpa penjelasan lebih lanjut dari adegan sebelumnya, sehingga membuat saya lebih lama memahami cerita dalam buku. Saya tidak tau apakah hal ini disengaja mengingat genre buku ini adalah fanfiction (yaitu potongan-potongan cerita yang diambil dari adegan film atau drama Korea) atau memang kelolosan editor saat mengedit? Kalau memang hal tersebut adalah gaya penulisan fanfiction, sepertinya saya tidak akan menyentuh genre fanfiction lagi.
Nah sekarang, kita bahas ceritanya. Buku ini berkisah mengenai 3 pasangan plus 2 pasangan tambahan yang saling mengenal satu-sama lain.
Pasangan pertama yaitu Baek Hyunji dan Park Sungyeol. Hyunji ini dikisahkan hanyalah gadis biasa saja, tampangnya juga biasa saja, personalitynya cenderung Mary Sue dan sering bikin repot orang lain (anehnya bisa disukai sama 3 orang pria), namun karena dia biasa saja inilah, Sungyeol si pemuda paling populer, kaya, tampan, yah pokoknya sempurna tanpa cela deh dengan pemberitahuan berulang kali dari penulis mengenai kesempurnaan fisik Sunyeol yang tiada tara, yang sukses bikin saya ilang filing, jadi ceritanya Sungyeol ini jatuh hati kepada Hyunji, cinta pun bersambut, Hyunji juga suka sama Sungyeol dan mereka pun resmi pacaran. Trus sudah selesai kah cerita mereka? O belum, untuk menambah bumbu maka dibuat konflik tambahan (yang menurut saya ngga perlu) ala Romeo & Juliet, di mana ternyata keluarga Park dan keluarga Baek ini saling bermusuhan akibat perseteruan turun temurun dari kakek-kakek mereka --> penyelesaian masalahnya pun ngga jauh-jauh dari buktikan dahulu kemampuanmu baru boleh pacaran.
Pasangan kedua yaitu Kyung Subin dan Kim Jongwan. Subin ini digambarkan jenius matematika yang tergila-gila pada angka, sedangkan Jongwan ini BFF Hyunji which turn into have a feeling more than just friend for Hyunji. Tidak terlalu dijelaskan apa yang membuat Subin suka sama Jongwan, mengingat seharusnya Subin ini jengkel sama Jongwan yang sudah seenaknya merusak TTS kesayangannya, tapi dia malah bantu Jongwan. Trus konfliknya apa? konfliknya Subin suka sama Jongwan tapi masalahnya Jongwan suka sama Hyunji meskipun Hyunji had been taken by Sungyeol. Saking sukanya sama Jongwan, Subin rela jadi pengganti Hyunji agar Jongwan bisa bahagia --> penyelesaian masalahnya sepertinya paling gampang yang ini, karena semua masalah seolah beres dan menguap. Kalau saya jadi Subin sih mungkin no second chance.
Pasangan ketiga yaitu Sejung dan Zhaoyi. Awalnya konflik mereka karena LDR (Sejung di Korea, sedangkan Zhaoyi di China) namun masalah teratasi saat salah satu pergi meninggalkan negaranya untuk bertemu kekasihnya, selanjutnya cerita bergulir ala Endless Love dan Stairway To Heaven yang kisahnya sudah bisa ditebak dengan salah satu ilustrasi di cover belakang buku. Penyelesaiannya wokeh lah.
Sedangkan 2 pasangan lain, saya tidak tahu, khususnya Sherry & Ricky, saya benar-benar bingung apa pointnya menambah halaman dengan cerita mereka? Just canon fodder I think.
EDIT : Saya rasa daripada membuat kisah cerita romance antar pasangan, lebih baik pilih salah satu dari 3 kisah utama, misal yang Sejun dan Zhaoyi, itu kan berpotensi jadi sick lit yang sekarang ini lagi ngetrend macam The Fault in Our Star-nya John Green atau Me Before You-nya Jojo Moyes yang dengar-dengar sukses bikin banyak pembacanya mewek berjemaah. Atau cerita Subin dan Jongwan bisa dibuat jadi cerita yang fokusnya ke pengembangan karakter.
Nah sekarang masalah teknis, setahu saya editor buku ini ada 2 orang, tapi mengapa masih ada beberapa typo yang kelolosan (saya tidak hitung ada berapa tapi salah satunya di sinopsis belakang buku di mana kata pangeran ditulis pengeran). Bukan hanya typo, tapi juga beberapa kata yang penerapannya salah dan juga tatanan kalimat yang semraut atau kurang lengkap, misal hal 14 : Dia mentertawakan ekspresi gusarku saat aku menyambangi sosok mungilnya sudah ambil tempat di boncengan sepedaku. --> Bagaimana kalau seperti ini : Dia menertawakan ekspresi gusarku saat aku menyambangi sosok mungilnya yang sudah mengambil tempat di boncengan sepedaku.
Lalu halaman 165: Aku mengambil remote dan langsung mematikan TV tanpa menekan tombol 'pause', membiarkan cakram DVD terus berputar tanpa menampilkan gambarnya. Keheningan langsung mencekam suasana bersama kegelapan karena sumber cahaya lenyap-maksudnya agar efek bioskop muncul. Jongwan berinisiatif menekan sakelar lampu sehingga cahaya memperjelas wajah marahku.
Entah mengapa saya harus mengulangi paragraf tersebut berkali-kali untuk menangkap maksudnya karena saya sempat mengira "Bagaimana mungkin sumber cahaya satu-satunya (TV) sudah dimatikan tapi masih ada cahaya lain?"
Mungkin lebih enak bila seperti ini : Aku langsung mengambil remote dan mematikan TV tanpa turut menekan tombol pause pada DVD player, membiarkan cakram DVD tersebut tetap berputar tanpa menampilkan gambar dari TV. Keheningan dan kegelapan langsung muncul seketika, karena saat menonton film, kami selalu mematikan semua lampu untuk menampilkan efek bioskop. Namun Jongwan tidak membiarkan kegelapan itu berlama-lama menyelimutiku karena dengan seketika ia langung menyalakan sakelar lampu dan cahaya lampu memperjelas amarah pada wajahku. --> ini sih cuma menurut saya saja yah, karena untuk saya pribadi terdengar lebih luwes saat dibacanya.
Sejujurnya saya ini tipe yang tidak terlalu ambil pusing mengenai genre, karena genre itu cuma label. Begitu pun dengan tema. Karena sekarang ini sudah sulit sekali mencari tema yang original. Bagi saya asalkan suatu buku itu memiliki gaya penulisan yang enak dibaca, memiliki plot yang baik, pengembangan karakter yang baik, maka bagi saya itu saja sudah cukup bagus.
Sorry for the long review just my personal opinion, thanks to anyone who read it.
Nah sekarang, kita bahas ceritanya. Buku ini berkisah mengenai 3 pasangan plus 2 pasangan tambahan yang saling mengenal satu-sama lain.
Pasangan pertama yaitu Baek Hyunji dan Park Sungyeol. Hyunji ini dikisahkan hanyalah gadis biasa saja, tampangnya juga biasa saja, personalitynya cenderung Mary Sue dan sering bikin repot orang lain (anehnya bisa disukai sama 3 orang pria), namun karena dia biasa saja inilah, Sungyeol si pemuda paling populer, kaya, tampan, yah pokoknya sempurna tanpa cela deh dengan pemberitahuan berulang kali dari penulis mengenai kesempurnaan fisik Sunyeol yang tiada tara, yang sukses bikin saya ilang filing, jadi ceritanya Sungyeol ini jatuh hati kepada Hyunji, cinta pun bersambut, Hyunji juga suka sama Sungyeol dan mereka pun resmi pacaran. Trus sudah selesai kah cerita mereka? O belum, untuk menambah bumbu maka dibuat konflik tambahan (yang menurut saya ngga perlu) ala Romeo & Juliet, di mana ternyata keluarga Park dan keluarga Baek ini saling bermusuhan akibat perseteruan turun temurun dari kakek-kakek mereka --> penyelesaian masalahnya pun ngga jauh-jauh dari buktikan dahulu kemampuanmu baru boleh pacaran.
Pasangan kedua yaitu Kyung Subin dan Kim Jongwan. Subin ini digambarkan jenius matematika yang tergila-gila pada angka, sedangkan Jongwan ini BFF Hyunji which turn into have a feeling more than just friend for Hyunji. Tidak terlalu dijelaskan apa yang membuat Subin suka sama Jongwan, mengingat seharusnya Subin ini jengkel sama Jongwan yang sudah seenaknya merusak TTS kesayangannya, tapi dia malah bantu Jongwan. Trus konfliknya apa? konfliknya Subin suka sama Jongwan tapi masalahnya Jongwan suka sama Hyunji meskipun Hyunji had been taken by Sungyeol. Saking sukanya sama Jongwan, Subin rela jadi pengganti Hyunji agar Jongwan bisa bahagia --> penyelesaian masalahnya sepertinya paling gampang yang ini, karena semua masalah seolah beres dan menguap. Kalau saya jadi Subin sih mungkin no second chance.
Pasangan ketiga yaitu Sejung dan Zhaoyi. Awalnya konflik mereka karena LDR (Sejung di Korea, sedangkan Zhaoyi di China) namun masalah teratasi saat salah satu pergi meninggalkan negaranya untuk bertemu kekasihnya, selanjutnya cerita bergulir ala Endless Love dan Stairway To Heaven yang kisahnya sudah bisa ditebak dengan salah satu ilustrasi di cover belakang buku. Penyelesaiannya wokeh lah.
Sedangkan 2 pasangan lain, saya tidak tahu, khususnya Sherry & Ricky, saya benar-benar bingung apa pointnya menambah halaman dengan cerita mereka? Just canon fodder I think.
EDIT : Saya rasa daripada membuat kisah cerita romance antar pasangan, lebih baik pilih salah satu dari 3 kisah utama, misal yang Sejun dan Zhaoyi, itu kan berpotensi jadi sick lit yang sekarang ini lagi ngetrend macam The Fault in Our Star-nya John Green atau Me Before You-nya Jojo Moyes yang dengar-dengar sukses bikin banyak pembacanya mewek berjemaah. Atau cerita Subin dan Jongwan bisa dibuat jadi cerita yang fokusnya ke pengembangan karakter.
Nah sekarang masalah teknis, setahu saya editor buku ini ada 2 orang, tapi mengapa masih ada beberapa typo yang kelolosan (saya tidak hitung ada berapa tapi salah satunya di sinopsis belakang buku di mana kata pangeran ditulis pengeran). Bukan hanya typo, tapi juga beberapa kata yang penerapannya salah dan juga tatanan kalimat yang semraut atau kurang lengkap, misal hal 14 : Dia mentertawakan ekspresi gusarku saat aku menyambangi sosok mungilnya sudah ambil tempat di boncengan sepedaku. --> Bagaimana kalau seperti ini : Dia menertawakan ekspresi gusarku saat aku menyambangi sosok mungilnya yang sudah mengambil tempat di boncengan sepedaku.
Lalu halaman 165: Aku mengambil remote dan langsung mematikan TV tanpa menekan tombol 'pause', membiarkan cakram DVD terus berputar tanpa menampilkan gambarnya. Keheningan langsung mencekam suasana bersama kegelapan karena sumber cahaya lenyap-maksudnya agar efek bioskop muncul. Jongwan berinisiatif menekan sakelar lampu sehingga cahaya memperjelas wajah marahku.
Entah mengapa saya harus mengulangi paragraf tersebut berkali-kali untuk menangkap maksudnya karena saya sempat mengira "Bagaimana mungkin sumber cahaya satu-satunya (TV) sudah dimatikan tapi masih ada cahaya lain?"
Mungkin lebih enak bila seperti ini : Aku langsung mengambil remote dan mematikan TV tanpa turut menekan tombol pause pada DVD player, membiarkan cakram DVD tersebut tetap berputar tanpa menampilkan gambar dari TV. Keheningan dan kegelapan langsung muncul seketika, karena saat menonton film, kami selalu mematikan semua lampu untuk menampilkan efek bioskop. Namun Jongwan tidak membiarkan kegelapan itu berlama-lama menyelimutiku karena dengan seketika ia langung menyalakan sakelar lampu dan cahaya lampu memperjelas amarah pada wajahku. --> ini sih cuma menurut saya saja yah, karena untuk saya pribadi terdengar lebih luwes saat dibacanya.
Sejujurnya saya ini tipe yang tidak terlalu ambil pusing mengenai genre, karena genre itu cuma label. Begitu pun dengan tema. Karena sekarang ini sudah sulit sekali mencari tema yang original. Bagi saya asalkan suatu buku itu memiliki gaya penulisan yang enak dibaca, memiliki plot yang baik, pengembangan karakter yang baik, maka bagi saya itu saja sudah cukup bagus.
Sorry for the long review just my personal opinion, thanks to anyone who read it.
terima kasih buat reviewnya.
BalasHapusbakal jadi pembelajaran buat next time..
iya jangan patah semangat yah, HWAITING^0^
HapusWew, pusing juga ya ada 6 tokoh utama gitu? Dan masalah editingnya juga lumayan disayangkan :( berarti memang jangan hanya terkecoh dengan cover apik, isi harus sangat diperhatikan, daripada kesel sendiri pas baca buku.. huhuhu...
BalasHapuswah Dinoy main ke blog aku ^0^
Hapusiya noy, waktu baca buku ini, aku sih pikir maslaahnya lebih ke editing. Makin respek sama para editor dan proofreader. Karena tugas mereka memastikan buku enak dibaca.