Minggu, 22 September 2013

BOOK REVIEW : MIMPI SEJUTA DOLAR

✭✭✭½
Judul Buku : Mimpi Sejuta Dolar
Pengarang : Merry Riana
Penulis : Alberthiene Endah
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 370 Halaman
Segmen : Semua yang mempunyai passion sebagai sales dan marketing, wiraswasta
Genre : Non Fiksi
Harga : Rp 63.000

Sebenarnya saya tidak suka dengan buku-buku yang berbau unsur motivasi (karena saya baca buku untuk escapism dan baca buku motivasi, yang ada malah suka bikin galau, karena berasa umur udah tua bangka tapi masih belum meraih kebebasan finansial #sigh). Tapi berhubung salah satu tema baca bareng BBI bulan September adalah buku bertema biografi, dan satu-satunya buku yang mengandung unsur biografi yang bisa saya temukan di rumah adalah Mimpi Sejuta Dolar. Buku yang mengisahkan perjuangan Merry Riana dalam menggapai impiannya untuk memiliki kebebasan finansial sebelum berumur 30 tahun. Maka saya pun memutuskan untuk membacanya. 

Ngomong-ngomong apa itu kebebasan finansial? Kebebasan finansial itu (kalau menurut saya) adalah hidup tanpa memikirkan masalah uang, tanpa tergantung oleh gaji, dan tanpa dibebani hutang. 

Semua bermula dari kehidupan serba prihatin sebagai mahasiswa miskin di NTU Singapura. 
Merry lulus dari SMU pada tahun 1998. Sayangnya pada tahun itu, negara Indonesia sedang banyak pergolakan  ekonomi, politik dan sosial yang berujung pada kerusuhan Mei 1998. Namun keluarga Merry sangat mengutamakan pendidikan dan apa pun yang terjadi, Merry tetap harus melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas. Namun berhubung kondisi keamanan di Indonesia saat itu serba tak menentu, terutama bagi para WNI keturunan tionghua, maka keluarganya memutuskan untuk mengirim Merry kuliah ke luar negeri. Dan dipilihlah Singapura, selain karena dekat dengan tanah air, salah satu kampus di negeri Singa itu juga ada yang menyediakan fasilitas kredit untuk biaya pendidikan yang bekerja sama dengan bank DBS. Para mahasiswa dapat meminjam uang untuk biaya pendidikan mereka yang hutangnya dapat dilunasi setelah mereka lulus dengan cara bekerja di perusahaan-perusahaan Singapore. (Di Indonesia ada gak yah yang seperti itu? maksud saya dari pemerintahnya, setau saya kalau dari perusahaan atau organisasi ada). 

Keluarga Merry bukanlah keluarga kaya, walau tidak hidup miskin, namun  selama 18 tahun kehidupannya, Merry selalu serba tercukupi. Namun biaya pendidikan di Singapura sangat mahal, berkali-kali lipat dari biaya pendidikan di Indonesia (kurang lebih 300 juta rupiah pada saat itu - 1998), karena itu keluarga Merry benar-benar mengandalkan dana pendidikan yang didapat dari pihak DBS. Namun ternyata setelah tiba di NTU dan menerima dana pinjaman yang diberikan setiap 6 bulan, dan setelah di potong-potong dengan biaya hidup lain macam sewa asrama, buku-buku dan foto copy, ternyata jumlah uang saku untuk makan yang diterima Merry hanya SGD 10 untuk seminggu. 

Bagaimana mungkin 10 dolar bisa mencukupi kebutuhan makan di Singapura selama seminggu? jadilah Merry hidup dalam hari-hari yang serba memprihatinkan. Berbeda dengan teman-temannya yang lebih berada, Merry benar-benar harus berhemat dan mengencangkan ikat pinggang untuk bertahan menghadapi semester-semester awal yang sangat berat di NTU. Ia tidak ingin membebani orang tuanya lagi, karena itu Merry tidak pernah memberitahukan pada orang tuanya bagaimana ia menjalani hidup di NTU. Merry berusaha menjaga nilai-nilainya tetap baik di kampus NTU yang terkenal sulit, namun yang paling membuatnya menderita bukan tuntutan nilai tapi perjuangan menahan rasa lapar selama awal-awal kuliah di NTU. Merry berusaha berhemat dengan berbagai macam cara, setiap pagi ia sarapan mie instant, lalu ketika siang ia makan roti tawar tanpa selai atau kalau pun ia makan siang (yang tidak bisa setiap hari dilakukan), Merry akan  memilih menu paling murah yang bisa ia temukan di kantin NTU, dan malam biasanya ia tidak makan malam. Itulah pola makan Merry selama masa awal kuliah di NTU. Namun dari sana, suatu tekad mulai bangkit dalam diri Merry, yaitu bahwa ia tidak ingin hidup miskin, ia tidak ingin merasakan kelaparan lagi, dan yang terutama ia tidak ingin hidup dalam lilitan serba kekurangan uang. Ia harus bisa mempunyai kebebasaan finansial sebelum berumur 30 tahun. Harus dan tak bisa ditawar-tawar lagi. 

Jadi bagaimana cara Merry bisa meraih itu semua di usianya yang terbilang muda?

Hehehe, ngga mungkin semua saya ceritakan di sini, nanti jadinya bukan resensi malah spoiler. Saya sengaja memberi penekanan pada kata harus dan tak bisa ditawar-tawar lagi untuk menjelaskan betapa ambisius dan gigihnya seorang Merry Riana dalam memperjuangkan impian dan tekadnya. 

Pada dasarnya sebenarnya saya sudah tahu gambaran umum buku-buku motivasi. Bahwa sukses dan kekayaan itu hanya bisa diraih dengan :

  1. Kerja keras (mutlak hukumnya, tidak ada yang serba instant), saat orang lain bekerja 8 jam sehari, Merry bisa bekerja hingga 14 jam sehari. 
  2. Disiplin (ini juga wajib hukumnya, termasuk galak dengan diri sendiri), Merry tidak akan  mengendurkan kinerja bila belum mencapai target yang diinginkan. 
  3. Tekun (pantang menyerah)
  4. Kreatif (saya lebih suka menyebutnya kreatif daripada jeli melihat peluang)
Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.

Pepatah kuno, tapi itu benar. Saat gagal jangan terus menyalahkan keadaan, tapi justru sebaliknya belajarlah dari kegagalan. Pikirkan apa yang membuat gagal. Saya suka dengan kalimat dari hal. 244 ini,"Jangan beri kesempatan pada diri sendiri untuk mendramatisir kesulitan."

Tapi memang perjuangan dan kegigihaan Merry untuk mewujudkan impiannya ini benar-benar bikin saya salut. Dan itu bukan sesuatu yang gampang. Di buku ini banyak dikisahkan jatuh bangun seorang Merry Riana dalam meraih impiannya. Ada saat-saatnya di mana ia down dan patah semangat. Dan sebelum Merry sukses meraih pendapatan 1 juta dolar, ia harus mengalami banyak kegagalan. 

Kegagalan berbisnis, penolakan berkali-kali, hinaan dan cemooh orang-orang pada pilihan jalan hidupnya (termasuk dari teman-temannya sendiri). Merry mengalami semua hal itu (rasa sakit hati, rendah diri, air mata), tapi yang saya salut, ia tidak membiarkan semua hal itu membuatnya terpuruk terus menerus. Ia tidak ingin semua kesulitannya membuatnya putus asa dan menjadi sebuah alasan untuk menyerah. 

Saat sedang down dan sedih, Merry terus membayangkan wajah kedua orang tuanya, begitu besar keinginannya untuk membahagiakan kedua orang tuanya, dan itulah yang menjadi motivasi Merry untuk terus berusaha dan mengalahkan segala rintangan yang menghadang. Kebebasan finansial bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang dicinta. 

Buku ini juga mengajarkan pentingnya arti dukungan dari partner, karena dengan partner yang satu visi, maka akan lebih mudah untuk membentuk sinergi kerja sama yang saling mendukung. 

Dari sinilah saya menarik suatu kesimpulan mengenai arti "sukses". Sukses itu bukan hanya saat kita mencapai impian-impian kita, cita-cita kita. Tapi sukses itu adalah saat seseorang berhasil bangkit kembali setelah jatuh. 

Walaupun mungkin buku ini lebih cocok bagi mereka yang bergerak di bidang wirausaha, marketing dan sales, namun pesan dalam buku ini jelas, tetap miliki attitude yang baik dalam apa pun yang kita lakukan (passion) dan ingatlah untuk selalu berserah sama Tuhan, maka kita pun akan mendapat buah yang baik. 

Favorite quote :
"Kita tidak akan bisa mendapatkan perubahan apapun dalam hidup jika hanya berpikir dan berpikir." ~hal 10

"Berani bertindak belum tentu menjamin keberhasilan. Namun tidak bertindak sudah pasti menjamin kegagalan." ~hal 158

Saya jadi teringat bawah selama saya punya banyak impian, tapi ngga pernah kesampaian karena selama ini hanya diangankan doank. #EmangGakAdaAmbisi

17 komentar:

  1. Sepertinya buku ini menarik >.< tapi ya kayaknya gak bakalan ngaruh juga buat saya ._. hahaha
    saya juga tipe perempuan yang tidak punya ambisi dan ditambah lagi selalu merasa cukup :p jadi ya~ pinjem ajalah punya teman buku ini ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. toss, kita emang kayanya ngga bakal bisa di motivasi biar disuruh baca 10 buku motivasi sekalipun karena selalu merasa cukup dan gak punya ambisi yah :P

      Hapus
  2. ada masanya demen baca buku2 motivasi :)) tapi belakangan sih merasa picture2 quote di fb udah cukup memadai untuk mem-boost semangat di kala down :D

    BalasHapus
  3. iya sama, quote2 di fb atau tumblr sekarang udah cukup

    BalasHapus
  4. Wah reviewnya pas banget sama isi seminarnya Merry Riana di kota aku kemarin. Dia juga bilang intinya kalau mau sukses, harus tekun dan jangan mudah menyerah. Nice review :)

    BalasHapus
  5. naaah bener tuh, yang paling susah itu konsisten, kalo jatuh bangkit lagi...kalo galau nggak boleh keterusan ;p sama lin, aku juga masih banyak impian tapi kadang sudah kalah sebelum berjuang ;p

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener kak Astrid, misal niat mau menulis, trus baca2 karya orang lain, dan banyak yg bagus2, langsung ga pede dan kecil hati. Ide hanya disimpan di kepala tapi tidak eprnah benar-benar coba untuk dituangkan dalam kertas.

      Hapus
  6. wah, penulis favoritnya dion nih ._.

    aku belum pernah baca karyanya merry, kapan kapan pingin baca ah :D

    BalasHapus
  7. Iya, bagus banget kok. Komentarku kok ilang ya kmarin

    BalasHapus
    Balasan
    1. komentar hilang :| kadang blogspot emang suka githu yah

      Hapus
  8. Banyak yg bilang buku ini bagus.. :D:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, saya juga suka sama perjuangan Merry Riana

      Hapus
  9. wah, aku kayanya kebanyakan mikir deh, kurang aksinya

    BalasHapus
  10. Wah saya tertarik dengan buku ini. Katanya mau dibikin film ya? Ah jadi gak sabar.

    BalasHapus
  11. Terimakasih sharingnya mengenai buku ini, kakak, pengetahuan bertambah dari sebelumnya. Sungguh sebuah kebaikan bagi kakak penulis. Pacaran Memang Tidak Baik

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...