✭✭✭
Judul : Pippi si Kaus Panjang
Pengarang : Astrid Lindgren
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah : Agus Setiadi
Jumlah Halaman : 168 Halaman
Segmen : Anak-anak
Genre : Fantasi, Humor
Harga : Rp 10.000 (obralan Gramedia)
Harga : Rp 10.000 (obralan Gramedia)
Malam itu hujan turun dengan deras, angin bertiup kencang dan udara terasa dingin. Namun suasana di ruang santai sebuah rumah tetap hangat karena api di pendiangan tampak berkibar-kibar terang. Di ruangan itu juga banyak terdapat kursi malas dan sofa dengan bantal-batal empuk. Lantainya dilapisi oleh karpet yang empuk. Dinding ruangan terbuat dari panel-panel kayu yang memberikan kesan cozy menyenangkan.
Seorang wanita sedang duduk di salah satu kursi malas, satu tangannya memegang sebuah buku dan satu tangannya lagi tampak memegangi bingkai kacamata merahnya yang suka merosot dari hidungnya. Sesekali terukir sebuah senyuman di wajahnya yang bulat telur tapi sesekali tampak keningnya berkerut. Tidak jauh dari kursi malas tersebut, seekor kucing kecil tampak asyik bermain-main dengan sebuah bola, si kucing memantul-mantulkan bola tersebut di lantai.
"Ini absurd," sebuah suara terdengar dari wanita berkacamata tersebut. Sebuah buku bersampul biru dengan gambar seorang anak perempuan berambut semerah wortel sekarang menggeletak di lantai dekat kursi malasnya.
Ia melanjutkan gumamannya, "Bagaimana mungkin ada anak berumur 9 tahun bisa tinggal sendirian tanpa ada pengawasan. Dan yang paling membingungkan anak sekecil itu bisa kuat mengangkat kuda dan sapi dengan kedua tangannya. Dan juga ia bukan anak yang sopan dan suka membual."
Si kucing masih tetap tak acuh dan asyik memantul-mantulkan bolanya ke lantai. Merasa diabaikan, akhirnya wanita berkacamata tersebut memanggil si kucing kecil, "Puss, Kitten, kemarilah, ayo bahas buku ini, kita kan baca bareng."
Si anak kucing segera menghampiri perempuan berkacamata tersebut.
"Meooongggg, Kitten melayani milady."
Kitten mengendus-ngendus buku bersampul biru tersebut, lalu dia kembali mengeong, "Meonggg, Kitten sudah membuat reviewnya, milady, waktu itu Kitten ketik di laptop."
"Aku tahu, Kitten," jawab Lady Storytelling. "Tapi bagaimana bisa, kau memberi buku ini 5 bintang? ceritanya saja absurd. Pippi itu nakal dan tidak mau mendengar perkataan orang dewasa. Dan aku tidak tau pesan moral buku ini apa?"
"Meooongg, Pippi bukan anak nakal. Pippi hanya melakukan hal-hal yang ia suka. Selain itu Pippi selalu memberi hadiah kepada teman-temannya. Kitten suka dengan Pippi karena Pippi itu sangat bebas."
"Tetap saja Kitten, tidak sepantasnya anak-anak tinggal sendiri tanpa orang tua dan juga tidak bersekolah. Lihat akibatnya Pippi jadi tidak bisa berhitung dan menulis," jawab sang Lady, kacamatanya tampak melorot lagi.
"Meonggg, Kitten suka karena tidak ada orang tua, jadi tidak ada yang memerintah makan, tidak ada yang menyuruh tidur dan Kitten bisa melakukan hal apa saja yang Kitten suka. Kitten punya banyak hal yang Kitten sukai dan pengin Kitten lakukan tanpa ada larangan," ujar Kitten, kali ini mulai melakukan kebiasaannya yaitu berbicara sambil berguling-guling di lantai yang berkarpet.
Ladi Storytelling tampak tertarik, kedua alisnya terangkat, "Memang, Kitten mau melakukan apa saja kalau tidak ada orang dewasa?"
"Meoong, banyak yang akan Kitten lakukan, pertama Kitten akan mencoba minum teh Starbucks,
Terus Kitten akan bermain di celah-celah gorden kantor,
Terus Kitten akan mencuci muka di mangkok penuh popcorn,
Lalu Kitten akan pergi ke Jepang dan minum sake hingga mabuk."
"Kitten, kau kucing kecil nakal," Lady Storytelling mengeleng-gelengkan kepalanya. "Sedih hatiku karena ternyata kau lebih suka bila aku tak ada di sisimu."
"Meonggg, Kitten suka dengan milady kok. Karena milady suka mengelus-elus Kitten. Selain itu Kitten juga suka menjilati jari-jari tangan milady.
Lady Storytelling hanya mendesah, akhirnya ia membuka laptopnya dan merevisi hasil review Kitten menjadi 3 bintang. Mungkin benar kata Kitten, logika orang dewasa berbeda dengan logika anak-anak. Pasti bagi anak-anak sangat menyenangkan bisa bebas bermain apa pun yang disuka setiap hari, tidak perlu bersekolah dan mengerjakan PR, tidak ada orang dewasa menyebalkan yang membatasi, tidak ada tanggung jawab dan kewajiban. Tapi Lady Storytelling tetap berpikir, Pippi Si Kaus Panjang adalah buku yang aneh dan tidak serius dan jadilah ia memberi 3 bintang.
huahahahahahaha.. mi like this review :))
BalasHapusbtw, buat gua juga seri Pippi ini termasuk buku yang ga lagi kerasa segitu asyiknya ketika dibaca ulang kala umur udah bertambah :p
somewhat gua jadi sebel ma thomas and annika yang too goody-goody and menurut gua karena ingin menyenangkan serta me.buat mereka terkesan lah maka pippi melakukan 'kenakalan' dan hal2 yang membahayakan. and gua ga suka itu :p
kelupaan.. alamaaakk.. itu gambar kucing2 di atas lucu2 bangets :))
BalasHapusbeda rasa saat anak2 dan dewasa yah :D
HapusSoal waktu anak2 masih polos, belum benar2 paham benar dan salah. Beda pas udah dewasa :D
Thomas dan Annika sejenis provokator ya :P
Gambar kucing2nya dari tumblr
Gramedia mana yang diskon mbak??? :O huwaaaa mau banget buku ini u.u
BalasHapusudah luammaaa, mkn 2 tahun yg lalu. Beli di Artha gading sih. Agak nyesel cuma beli dikit :(
Hapus