✮✮✮½
Judul Buku : Kristalisasi (Sepulah Kisah Vandaria Saga)
Pengarang : Various
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 282 Halaman
Tahun Terbit : 2012
Segmen : Remaja
Harga : Rp 55.000
Pendahuluan (ribet ama yah gue pake ada prolog segala, padahal cuma ripiu):
Sepertinya tidak lengkap bila saya tidak membaca minimal 1 cerita Vandaria Saga, sebagai bagian dari tema membaca kumcer fikfan lokal bulan Agustus kemarin (oke, saya tahu agak terlambat karena sekarang sudah September, tapi yang penting sudah terbaca). Mengingat novel-novel Vandaria Saga termasuk yang sukses diterbitkan oleh major publishing di Indonesia dan dunia Vandaria Saga sendiri sangat luas dan termasuk yang paling berkembang di tanah air karena menawarkan konsep open world, yang bermula dari permainan trading card. Hmmm atau coba cek saja di internet apa itu Vandaria Saga, karena bakal terlalu panjang kalau saya jelaskan di sini (males.com). Gampangnya Vandaria Saga itu adalah suatu franchise tentang universe dalam suatu dunia high-fantasy, yang melingkupi trading card, video games, novel, komik, bahkan ada film animasinya juga. Silakan gugel kalau mau tahu persisnya :D
Saya sendiri meski sering dengar tentang Vandaria Saga, tapi saya belum benar-benar tertarik untuk menyentuhnya (novelnya maksud saya). Sejujurnya walau dulu, saya suka main games, bahkan pernah punya account dan karakter di MMORPG Ragnarok Online (Hunter lv 60 dan Priest full support lv 70) tapi sudah lama saya meninggalkan dunia games, selain karena kesibukan pekerjaan dan faktor u, mungkin karena hobby saya juga sudah berubah. Karena itu sewaktu terbit buku kumpulan cerpennya dan yang terpenting harganya ngga mahal-mahal amir, saya putuskan untuk beli 1 karena penasaran, seperti apa sih Vadaria Saga itu.
And this are what I thought :
Cover : Pada dasarnya saya selalu suka sama cover bergaya ilustrasi ala video games. Covernya sendiri ingetin saya sama ilustrasi ala games macam Ragnarok Online, Lineage, DotA. Saya selalu suka ilustrasi cover yang digambar memakai sketsa tangan alih-alih terlalu banyak permainan photoshop. Kalau melihat cover dan isi cerpennya, sepertinya cover ini untuk cerpen nomor 1.
Bukunya ngga terlalu tebal, cuma ada 282 halaman untuk keseluruhan dan 253 halaman untuk isi cerpennya, Tapi kok ngga ada daftar isi yah? (bolak-balik halaman, tunggu apa daftar isinya itu di peta?) lalu sebelum masuk ke cerpen ada penjelasan singkat banget mengenai dunia Vandaria secara sekilas yang dihiasi dengan ilustrasi. Mengenai terciptanya dunia Vandaria, lalu ras-ras utama Vandaria (cuma 2 sih yang dibahas, yaitu ras frameless dan manusia) dan terakhir peta. Cuma yang saya bingung dari peta ini kan ada penjelasan mengenai waktu atau timeline dari kapan cerpen-cerpen tersebut bersetting tapi malah ngga ada penjelasan apa arti dari I.V, A.V, A.R. Bingung? sama saya juga bingung, mengingat saya ini nubie. Sepertinya saya baca kumcer ini bakal seperti menebak-nebak kesimpulan essay.
1. Bisikan Sang Angin, penulis Alexia DeeChen.
Cerita langsung dibuka dengan adegan perang dan pertempuran. Saya cukup suka sama cerita ini, terutama karena penuturan atau gaya bahasanya yang mirip novel terjemahan. Cuma sepanjang membacanya ada yang mengganggu saya, entah karena karakter utamanya terlalu telmi atau memang sengaja dieksekusinya seperti itu dengan maksud jadi plot twist, kalau saya jadi karakter utamanya, pasti saya bakal keluarin kalimat, "Why are you helping me?" di awal-awal adegan. Meskipun udah ketebak, tapi sepertinya alasan why-nya itu terkesan maksa dan mirip mie instant. Mungkin kalau ada alasan yang lebih reasonable dan believable saya bisa kasih 4 stars, secara saya suka sama penuturannya.
Rate : ✭✭✭½
2. Padamnya Bintang-Bintang Vaeran, penulis Melody Violine.
Adegan dibuka dengan kalimat-kalimat puitis. Dalam hati saya cuma berdoa agar kalimat puitisnya tidak terlalu berlebihan, karena jujur saja akhir-akhir ini saya suka sakit kepala cenat-cenut, kalau terlalu banyak membaca kalimat puitis (saya memang bukan orang yang romantis, sekiranya yang lewat kata-kata). Ceritanya tentang kegalauan. Semua tokohnya galau. Ehem untuk saya pribadi, saya lebih suka galauisme tidak menjadi tema utama dalam cerita bersetting high-fantasy. Selain itu, entah mengapa saya merasa ada yang mengganjal di penamaan tokoh-tokohnya, macam Atwirya.
Rate : ✭✭✭
Sampai sini saya mengambil kesimpulan kalau frameless itu seperti manusia planet Vulcan, miskin emosi, miskin ekspresi.
3. Batu Filsuf, penulis Aryo Pratomo.
Philosopher Stone tampaknya selalu menarik untuk dijadikan tema. Tidak dijelaskan tokohnya ini ras apa. Tapi yang menarik dari cerita ini adalah character's development yang ditampilkan penulis. Dari yang tadinya polos menjadi pemikir, dari yang tadinya emotionless mulai merasakan emosi. Untuk ceritanya sendiri biasa saja, tapi seperti yang saya bilang, kelebihannya ada pada pengembangan karakter.
Rate : ✭✭✭½
Rate : ✭✭✭½
4. Musim Gugur, penulis Harbowoputra.
Saya asli sama sekali ngga paham dengan ceritanya atau pun makna dari ceritanya. Terus yang bikin kepala saya cenat-cenut itu alurnya yang maju mundur pake cara selang-seling. Tema utamanya tentang plin-plan dan hingga akhir ceritanya saya juga tetap plin plan buat menyimpulkannya. Kalau lihat dari nama-nama yang dipakai macam Lena, Ivan, Yelen, Tsarik, Raspin, sepertinya sangat berbau Russia atau Slavik. Kalau saya lihat sih ini cerpennya lebih tentang cerita atau legenda mengenai Musim Gugur. Meski membingungkan tapi cerpennya mempunyai satu kesatuan utuh, ada awalan, tengah(permasalahan) dan akhir.
Rate : ✭✭½
5. Nyanyian Alam, penulis Andry Chang.
Awal cerpen dibuka dengan puisi. Sepertinya ini cerpen mengenai pesan moral bertema lingkungan yang ingin disampaikan penulis. Cuman gimana yah, penyampaiannya terlalu mirip cerita anak-anak tanpa ada narasi atau adegan sebagai filter. Trus terlalu banyak CAPS LOCK dan tanda seru dalam dialog juga agak mengganggu. ras Flavianus? Dan kenapa tokoh antagonis atau menyebalkan selalu digambarkan berperawakan kasar? agak klise sih cara pengambaran karakter-karakternya kalau kata saya.
Rate : ✭✭✭
6. Padang Hijau Atap Merah, penulis Pratama Wirya.
Cerpen yang cukup enjoyable, penuturannya lugas dan plotnya linear (lurus). Tapi yang bikin menghibur adalah tokoh-tokohnya yang kocak. Tokoh utamanya sih menurut saya bukan cerdik tapi nekat. Salah satu cerita yang punya plot utuh atau penuh sebagai cerpen. Walaupun tokoh-tokohnya sepertinya one dimensional semua. BTW baru ngeh, kok ngga ada ilustrasi yah di cerpen ini?
Rate : ✭✭✭½
7. Relik Agung Gallizur, penulis Rynaldo C. Hadi.
Ceritanya cukup oke, alur bagian awalnya cukup menarik, sehingga saya langsung tersedot mengikuti ceritanya, walau pas si tokoh utama mulai dapat citra, saya sudah bisa nebak siapa dia. Cuma saya merasa terganggu di bagian ending, entah apa endingnya terlalu terburu-buru atau penulis bermaksud membuat cerita bersambung, yang saya rasakan setelah konflik terpecahkan, ceritanya jadi menguap dan anti-klimaks. BTW hal 168, nama karakternya ada yang hilang.
Rate : ✭✭✭½
Rate : ✭✭✭½
8. Di Bawah Bulan Separuh, penulis Iris Aegis.
Terlalu banyak narasi, mungkin karena 1st POV. Dibanding tokoh-tokoh lain dalam 10 kisah, tokoh dalam cerpen ini mungkin yang paling 'terlihat' pemikirannya. Jujur, masalahnya saya tipe yang bosan dengan monolog yang terlalu banyak, apalagi monolog berupa pemikiran dan setelah beberapa halaman baru masuk ke konflik. Itu pun saya masih tidak paham apa maksud si gelandangan? Kok nggak dibahas lebih lanjut?
Rate : ✭✭✭
9. Beri Kami Damai, penulis Ami Raditya.
Sangat terlihat kalau penulisnya ingin menyampaikan pesan moral langsung. Dengan memakai tema perang dan propaganda, maka terciptalah cerita ini. It's okay lah, the story quite fine and easy to read. Cuma sepertinya asal usul si tokoh cowo masih misterius yah (saya lupa namanya). Tidak ada penjelasan kenapa dia bisa hidup abadi? Apakah dia Pejalan Cakrawala? Atau vampir? Atau apa githu?
Rate : ✭✭✭½
10. Pentagon, penulis Hans J. Gumulia.
Duh, sudah ini cerita pendek, masih dibagi lagi menjadi 5 cerita pendek. Membaca cerpen ini, ibaratnya saya seperti disuruh menyusun puzzle dan dikasih potongan-potongan puzzle yang tidak utuh. Cerita-ceritanya lebih seperti adegan-adegan singkat yang dicomot dari suatu bab dalam novel. Cerita 1 seperti sebuah permulaan dan ya sudah itu saja permulaan, terus nyambung ke cerita 2 yang sama sekali beda dan seterusnya, kecuali cerita nomor 4 dan 5 yang masih nyambung atau ada hubungan. Membaca Pentagon ini seperti membaca sebuah sampel dari buku. Mungkin cerpen ini memang ada hubungannya dengan cerita-cerita dalam novel satuan Vandaria Saga sebagai suatu cara marketing dalam bentuk cerpen. Cuma bagaimana dengan saya yang nubie?
Rate : ✭✭✭
Itu saja, kalau ditanya cerita mana saja yang saya suka terlepas dari segala bentuk kekurangannya termasuk typo, maka jawabannya : Cerpen nomor 1, 3, 6 dan 7.
Dan kesimpulan saya sendiri mengenai Vandaria Saga? Well this is just another fantasy story set in universe of high fantasy, there are war, kingsom, magic, battle, but not enough monster or beast or any magical creatures, too much writer's thought and opinion karena kumcer ini tidak terlalu banyak menjelaskan apa itu Vandaria Saga. Perang, sihir, pertempuran, iya saya sudah tau, tapi mengenai ras-rasnya, saya hanya tetap tahu 2, sama seperti penjelasan awal dalam kumcer (padahal kan sepertinya banyak ras dalam VS, oke memang ada sekilas mengenai Flavianus, tapi saya tetap bingung, di cerpen nomor 5, saya nangkepnya Flavianus itu manusia tapi di cerpen terakhir ternyata itu sejenis frameless). Trus kritalisasinya sendiri ngga dibahas apa. Apakah cara kerjanya sama dengan kristal dalam game Final Fantasy XIII?
Saya ngga akan lihat masalah teknis macam tatanan kalimat, typo, aksara, dll karena saya hanya mereview secara garis besar, dari sisi pembaca awam, bukan editor. Kesimpulan saya sendiri mengenai Kristalisasi, cukup oke, beberapa cerita cukup menghibur tapi masih dibawah ekspektasi saya.
Rate : ✭✭✭½
10. Pentagon, penulis Hans J. Gumulia.
Duh, sudah ini cerita pendek, masih dibagi lagi menjadi 5 cerita pendek. Membaca cerpen ini, ibaratnya saya seperti disuruh menyusun puzzle dan dikasih potongan-potongan puzzle yang tidak utuh. Cerita-ceritanya lebih seperti adegan-adegan singkat yang dicomot dari suatu bab dalam novel. Cerita 1 seperti sebuah permulaan dan ya sudah itu saja permulaan, terus nyambung ke cerita 2 yang sama sekali beda dan seterusnya, kecuali cerita nomor 4 dan 5 yang masih nyambung atau ada hubungan. Membaca Pentagon ini seperti membaca sebuah sampel dari buku. Mungkin cerpen ini memang ada hubungannya dengan cerita-cerita dalam novel satuan Vandaria Saga sebagai suatu cara marketing dalam bentuk cerpen. Cuma bagaimana dengan saya yang nubie?
Rate : ✭✭✭
Itu saja, kalau ditanya cerita mana saja yang saya suka terlepas dari segala bentuk kekurangannya termasuk typo, maka jawabannya : Cerpen nomor 1, 3, 6 dan 7.
Dan kesimpulan saya sendiri mengenai Vandaria Saga? Well this is just another fantasy story set in universe of high fantasy, there are war, kingsom, magic, battle, but not enough monster or beast or any magical creatures, too much writer's thought and opinion karena kumcer ini tidak terlalu banyak menjelaskan apa itu Vandaria Saga. Perang, sihir, pertempuran, iya saya sudah tau, tapi mengenai ras-rasnya, saya hanya tetap tahu 2, sama seperti penjelasan awal dalam kumcer (padahal kan sepertinya banyak ras dalam VS, oke memang ada sekilas mengenai Flavianus, tapi saya tetap bingung, di cerpen nomor 5, saya nangkepnya Flavianus itu manusia tapi di cerpen terakhir ternyata itu sejenis frameless). Trus kritalisasinya sendiri ngga dibahas apa. Apakah cara kerjanya sama dengan kristal dalam game Final Fantasy XIII?
Saya ngga akan lihat masalah teknis macam tatanan kalimat, typo, aksara, dll karena saya hanya mereview secara garis besar, dari sisi pembaca awam, bukan editor. Kesimpulan saya sendiri mengenai Kristalisasi, cukup oke, beberapa cerita cukup menghibur tapi masih dibawah ekspektasi saya.
aku suka Bisikan Sang Angin :)
BalasHapussama, kayaknya kita suka cerita yg ada potensi romens ya :D
HapusHmmm....too much writer's though and opinion ya? IMO, setiap fantasi Indonesia yang pernah aku baca rata2 memang kaya gitu. Jadinya kurang greget dan malah bikin gregetan :D
BalasHapusJadi makin penasaran pengen baca Kristalisasi. Tapi semoga sy yg newbie banget sama Vandaria Saga tidak bengong ntar bacanya ^_^