Judul: Explicit Love Story
Pengarang: Lee Sae In
Penerbit: Haru
Penerjemah: Dimitri Dairi
Penyunting: NyiBlo
Cover designer dan ilustrasi: Angelina Setiani
Proofreader: Dini Novita Sari
Jumlah Halaman: 384 halaman
Segmen: Dewasa
Genre: Romance, Comedy, Drama, Korean-Lit
Harga: Rp 48.750 (25% off) beli di @bukubukularis
Rate: ★★★
Pengarang: Lee Sae In
Penerbit: Haru
Penerjemah: Dimitri Dairi
Penyunting: NyiBlo
Cover designer dan ilustrasi: Angelina Setiani
Proofreader: Dini Novita Sari
Jumlah Halaman: 384 halaman
Segmen: Dewasa
Genre: Romance, Comedy, Drama, Korean-Lit
Harga: Rp 48.750 (25% off) beli di @bukubukularis
Rate: ★★★
Lady Storytelling menatap lurus ke arah jendela ruang bacanya, sore itu cuaca hangat dan langit tampak cerah dengan warna-warni lembayung senja yang bersinar oranye dan keemasan, Tapi Sang Lady tidak sedang menikmati pemandangan sore yang indah itu, pikirannya menerawang, matanya terkantuk-kantuk dan kadang terpejam.
"Selamat sore, milady. Dua tamu anda sudah datang."
Seekor monyet betina kecil masuk ke ruang baca dan menyapa Sang lady dengan riang. Namun tidak ada jawaban dari Lady Storytelling, si monyet pun berjalan mendekati tempat duduk Sang Lady, terdengar suara hembusan nafas ringan dan lembut, rupanya Sang Lady lagi-lagi tertidur di ruang baca. Dengan lembut, si monyet kecil menepuk tangan Sang Lady untuk membangunkannya.
Lady Storytelling mengerjap-ngerjap, dengan perlahan ia memalingkan wajahnya mencari siapa yang membangungkannya, tampak wajah seekor monyet yang penasaran.
"Oh, kau rupanya, Momon. Ada apa?"
"My Lady, Lady Wan dan Madam Shortcake sudah menunggu dibawah. Saya sudah menyiapkan teh dan kue-kue untuk mereka. Anda akan segera turun kan?"
Sang Lady terdiam selama 2 detik, lalu menjawab, "Tentu saja, tidak sopan membiarkan tamu menunggu bukan?"
Sang Lady pun langsung bangkit dari kursinya dan bergegas turun untuk menemui kedua tamunya tersebut. Dia bukannya lupa kalau sore ini, dia sudah mengundang Madam Shortcake dan Lady Wan untuk minum teh bersama di rumahnya sambil membahas buku yang baru saja mereka baca. Hanya saja selesai membaca buku tersebut, Sang Lady ternyata tidak menyukainya. tapi janji sudah janji, lagipula ia butuh sosialisasi setelah terlalu lama berpergian dalam cerita-cerita di buku.
Dari ruang tamu terdengar suara percakapan ringan, kadang terdengar suara kikikan melengking, yang Sang Lady duga adalah milik Lady Wan, karena Madame Shotcake terlalu menjaga sikap untuk tertawa cekikian seperti itu.
"Maafkan keterlambatanku," ujar Sang Lady sambil melangkah masuk, ia membetulkan letak kacamatanya lalu berjalan mendekati kedua tamunya dan menyalami Lady Wan dan Madam Shortcake yang dibalas oleh keduanya dengan pelukan.
"Tak mengapa, Lady Storytelling. Justru kami yang merepotkanmu karena sekarang kau harus menjamu kami," jawab Madam Shortcake sambil memeluk Sang Lady.
"Apa kabar Tell," sapa Lady Wan yang juga memeluk sang Lady dan memanggil Lady Storytelling dengan nama kecilnya.
"Aku baik, kuharap kalian baik dan sehat," jawab Sang Lady ramah lalu mereka bertiga pun duduk.
"Kami baik dan sehat, juga terimakasih atas tehnya, Lady Sorytelling. Sangat harum." Madam Shortcake menghirup aroma teh di cangkirnya, tampak kelopak daun mawar berenang-renang dalam cangkir teh Madam Shortcake.
"Aku tahu kau suka dengan teh mawar, Madam. Karena itulah aku menyajikannya sore ini. Aku senang karena kau menikmatinya."
"Baiklah," ujar Lady Wan tiba-tiba. "Cukup basa basinya, aku sangat bersemangat hari ini, karena buku yang kita bahas kali ini sangat dewasa. Hohoho."
Berbanding terbalik dengan Lady Wan, Lady Storytelling tampak tidak bersemangat, ia menutupi helaan ringan nafasnya dengan menyesap tehnya. Ia melirik sekilas Madam Shortcake, meski malu-malu tapi mata Madam Shorcake tampak berbinar-binar dan raut wajahnya juga terlihat penasaran.
"Akhirnya kita membahas romens dewasa juga, dan karena kita di sini semua sudah dewasa, maka aku akan sangat-sangat terbuka dan gamblang dalam membahas adegan-adegan dewasa di sini," Lady Wan berhenti sejenak dan mengambil nafas sebelum lanjut. "Jadi aku akan mulai dari Madam Shortcake dulu, bagaimana buku ini menurutmu Madam?"
Madam Shortcake tampak merona, "Ah, kau tahu dalam lingkungan sosial kita, wanita selalu dibatasi saat membicarakan hubungan fisik, seolah bahwa itu hanya cocok untuk laki-laki. Tapi aku suka buku ini karena memperlihatkan kalau wanita pun juga sama seperti laki-laki, punya keinginan akan tubuh mereka dan pasangan mereka."
"Benar, benar," sahut Lady Wan bersemangat, lalu ia menoleh ke Lady Storytelling, "Dan bagaimana menurutmu, Tell?"
Sang Lady hanya memasang tampang acuh tak acuh, lalu menjawab, "Kalau menurutku buku ini tak ubahnya seperti novel romens dewasa pada umumnya yang ceritanya lebih seputar aktivitas ranjang. Nah buku ini kurang lebih seperti itu, garis besarnya tentang seorang perempuan 24 tahun yang hormonnya lagi bergelora dan bertingkah sudah ahli dalam hubungan ranjang, padahal masih perawan, lalu ia bertemu dengan seorang cowok, mereka pacaran, saling gelinjang bergelinjang dan begitulah seterusnya. Jadi kesimpukanku, ceritanya biasa saja dan cenderung membosankan."
Lady Wan tampak mengernyit sesaat mendengar jawaban Lady Storytelling, seolah Sang Lady sedang memberitahunya bahwa ia punya hutang.
"Tell, kau menjawab seperti itu karena kau merasa adegan intimnya kurang kan?" ejek Lady Wan.
"Seks maksudmu? Jika kau bertanya padaku, adegan intim dalam buku ini sudah diperhalus dan tidak sevulgar yang kubayangkan dan sejujurnya aku bukanlah penikmat adegan gelinjang, aku lebih suka kisah percintaan yang lebih melibatkan emosi. Tapi bukan itu maksudku. yang kumaksud adalah ceritanya yang sangat standar," Sang Lady memberi penekanan kuat pada kata standar. "Sepanjang 384 halaman hanya mengenai adegan pacaran saja, apa kau tidak bosan? Aku sih bosan."
"Ya tentu saja buku ini soal pacaran, judulnya saja Explicit Love Story, memangnya kau berharap apa?"
"Lho, aku kan sudah jawab kalau aku penikmat kisah cinta yang lebih melibatkan emosi."
Lady Wan masih tetap mendebat, "Lha di buku ini kan ada masalah juga dalam hubungan mereka?"
"Hanya kesalahpahaman kecil yang bisa diselasaikan dengan mudah, rata-rata orang pacaran juga ada salah paham."
Madam Shortcake langsung melerai, "Sudah, sudah. Lady Storytelling, hanya itukah alasanmu tidak suka buku ini? Karena ceritanya terlalu standar?"
"Itu salah satunya, Madam. Selain itu, aku juga tidak terlalu suka akan karakter-karakter dalam buku ini. Tidak ada yang istimewa. Ceweknya plin plan yang dalam hati mau tapi di mulut beda. Sedangkan cowoknya, cuma mikirin seks. Aku merasa chemistry mereka di sini lebih ke nafsu. Selain itu aku tidak suka dengan sex before marriage, padahal kukira Korea adalah negara yang konservatif."
Lady Wan mendengus, "Astaga Tell, kau ini hidup di abad sebelum masehi atau tahun 2014? Sekarang ini mau negara konservatif kek, mau negara religius kek, perawan itu sudah sulit ditemukan di mana-mana Dan mencoba dulu sebelum menikah itu sudah tidak aneh. Penikmat sex bebas itu wajar sekarang"
Wajah Sang Lady tampak sedih sesaat, namun dengan cepat ekspresinya kembali datar dan menjawab dengan ketus, "Aku sudah tahu."
"Hihihi," Lady Wan menampakan ekspresi usil, namun dengan nada mencela ia kembali berujar, "Siapa sangka, Lady Storytelling yang terkenal sotoy itu, ternyata masih lugu dan polos."
Madam Shortcake kembali angkat bicara, "Cukup Lady Wan, kembali ke topik. Kau sendiri belum memberikan pendapatmu."
"Aku?" Lady Wan memasang ekspresi genit dibuat-buat. "Madam, aku selalu ingin mengetahui seberapa jauh adegan intim itu disensor dalam novel. Menurutku sensor itu menyebalkan, padahal banyak yang bisa kita pelajari tanpa sensor. Misalnya untuk membangkitkan rangsangan, bisa dengan menjilati jari-jari pasangan kita, mulai dari telapak tangan hingga jari-jari lalu seluruh tubuh dijilat hingga basah oleh air liur."
Lady Storytelling tampak mengernyit jijik mendengarkan penjelasan Lady Wan. Namun kali ini ia memilih diam. Sementara Lady Wan kembali melanjutkan, "Dan, Madam, tidakkah kau merasa kangen dengan Mr Blackforest, saat membaca kata-kata ini, belum jauh dia bergerak, aku sudah merasa kesakitan dan serasa hampir menangis. Meskipun demikian, dia masih terus menggerakkan pinggangnya."
"Cukup, Lady Wan," sergah Lady Storytelling. "Mungkin saja ada pelayan-pelayanku di balik pintu itu yang mendengar ucapanmu."
Lady Storytelling tidak berkata bohong. Momon sempat merengek ingin diikut sertakan dalam jamuan minum teh sore itu, karena Momon sangat menyukai genre romantis, namun karena yang mereka bahas kali ini adalah novel dewasa, Lady Storytelling tidak bisa mengizinkannya. Namun ia tahu, kebiasaan jelek anak buahnya itu, kalau sudah penasaran akan sesuatu, perbuatan yang tidak sopan macam menguping pun akan dilakukan.
Lady Wan hanya mencibir lalu mengipas-ngipas dirinya, "Kau ini majikan, seandainya anak buahmu menguping, hukum saja mereka."
"Jangan mengatur bagaimana aku mendidik anak buahku, Lady Wan, saat banyak pelayan dalam rumahmu suka meyelinap keluar malam dan menimbulkan kegemparan karena tertangkap sedang berduaan di suatu motel."
Lady Wan bangkit berdiri dan ia terlihat marah, "Apa bedanya dengan yang barusan kau lakukan, Storytelling!"
"Berhenti!" Madam Shortcake nyaris berteriak. "Kalian seperti anak kecil tak tahu aturan saja."
Mendengar hal itu, baik Lady Storytelling maupun Lady Wan langsung terdiam dan keduanya saling membuang muka. Lady Wan mengipas-ngipasi dirinya seraya memandang ke arah jendela besar yang menghadap ke taman bunga di halaman belakang, dalam pemadangan itu tampak seekor kepiting merah sedang memangkas duri-duri mawar. Sementara untuk menenangkan diri, Lady Storytelling langsung menyesap tehnya lalu menghela nafas perlahan.
"Seharusnya pembahasan buku kita berjalan santai dan menyenangkan, bukan ribut seperti pasar," Madam Shortcake kembali membuka percakapan. "Baiklah Lady Storytelling, jadi alasanmu tidak suka, karena ceritanya terlalu standar menurutmu, hanya seputar orang pacaran yang berkasih-kasihan saja?"
"Ya, Madam. Selain itu, aku ingin menekankan, bagiku pribadi untuk bisa menyukai suatu cerita romens, aku harus suka dengan OTP (One True Pairing) pengarangnya dulu. Nah karena aku tidak suka dengan," Lady Storytelling terdiam sebentar dan tampak mengintip sebuah kertas kecil di sakunya, "tidak suka dengan Ma Gyu Jin dan Han Lee Seon, maka jadinya aku juga tidak menikmati kisah percintaan mereka."
Sang Lady lalu berbisik ke telinga Madam Shorcake, "Madam, Han Lee Seon ini bacanya Han Lee Sun atau han Lee Se-On sih?"
"Aku juga bingung, mungkin Han Lee Sun kali, seperti ejaan tempo doeloe," Madam Shortcake menjawab bimbang.
"Kalau memang Han Lee Sun, tulis saja Han Lee Sun, yang ada orang jadi bingung bacanya."
"Ehem, ehem," terdengar suara batuk kecil dari arah lain, rupanya Lady Wan merasa dicuekin.
Madam Shorcake pun menoleh, "Ada yang ingin kau tambahkan, Lady Wan?"
"Madam, karena ini Korea, bagaimana kalau dibahas gambaran pemerannya juga?"
Madam Shortcake kembali bertanya, kali ini kepada Lady Wan, "Adakah aktor Korea yang kau bayangkan saat membaca buku ini, Lady Wan?"
"Madam, itu jelas sekali, bukakah penulisnya sendiri memberi bayangan kalau si cowok ini ganteng seperti aktor So Ji Sub."
Setetes darah merah keluar dari hidung Lady Wan, Madam Shortcake langsung cepat mengambil serbet dan mengelap darah di hidung Lady Wan, sementara Lady Storytelling hanya geleng-geleng kepala melihat Lady Wan yang mimisan.
"Astaga, baru melihat cowok topless saja kau sudah mimisan, Lady Wan,"
"Tell, kalau kau hanya bergeming melihat cowok setampan So Ji Sub, artinya hanya satu, yaitu kau adalah mahluk aseksual."
"Itu karena So Ji Sub bukanlah seleraku, apa yang aneh kalau aku tetap bergeming," tukas Sang Lady cuek.
Mimisan Lady Wan sudah berhenti, lalu ia duduk tegak sambil bergumam, "Oh, aku lupa seleramu itu kan dongseng."
"Dongseng itu apa?" tanya Madam Shortcake.
"Berondong Madam, Lady Storytelling suka sama yang muda-muda," Lady Wan memekik riang.
"Memang apa yang salah kalau aktor favoritku masih muda?" Lady Storytelling menjawab defensif. "Apa kau tidak tahu, Lady Wan, di Korea sedang trend casting nuna-dongseng. Adalah suatu kebanggaan bila seorang pria yang lebih muda bisa menaklukan seorang nuna, kau tahu kan, senioritas dan umur di sana itu penting."
"Aku setuju," sahut Madam Shortcake. "Karena itulah sepanjang membaca buku ini, mereka yang junior selalu memanggil soenbae kepada yang lebih senior, bahkan terhadap pacar sendiri."
Lady Wan tampak mengernyit sesaat mendengar jawaban Lady Storytelling, seolah Sang Lady sedang memberitahunya bahwa ia punya hutang.
"Tell, kau menjawab seperti itu karena kau merasa adegan intimnya kurang kan?" ejek Lady Wan.
"Seks maksudmu? Jika kau bertanya padaku, adegan intim dalam buku ini sudah diperhalus dan tidak sevulgar yang kubayangkan dan sejujurnya aku bukanlah penikmat adegan gelinjang, aku lebih suka kisah percintaan yang lebih melibatkan emosi. Tapi bukan itu maksudku. yang kumaksud adalah ceritanya yang sangat standar," Sang Lady memberi penekanan kuat pada kata standar. "Sepanjang 384 halaman hanya mengenai adegan pacaran saja, apa kau tidak bosan? Aku sih bosan."
"Ya tentu saja buku ini soal pacaran, judulnya saja Explicit Love Story, memangnya kau berharap apa?"
"Lho, aku kan sudah jawab kalau aku penikmat kisah cinta yang lebih melibatkan emosi."
Lady Wan masih tetap mendebat, "Lha di buku ini kan ada masalah juga dalam hubungan mereka?"
"Hanya kesalahpahaman kecil yang bisa diselasaikan dengan mudah, rata-rata orang pacaran juga ada salah paham."
Madam Shortcake langsung melerai, "Sudah, sudah. Lady Storytelling, hanya itukah alasanmu tidak suka buku ini? Karena ceritanya terlalu standar?"
"Itu salah satunya, Madam. Selain itu, aku juga tidak terlalu suka akan karakter-karakter dalam buku ini. Tidak ada yang istimewa. Ceweknya plin plan yang dalam hati mau tapi di mulut beda. Sedangkan cowoknya, cuma mikirin seks. Aku merasa chemistry mereka di sini lebih ke nafsu. Selain itu aku tidak suka dengan sex before marriage, padahal kukira Korea adalah negara yang konservatif."
Lady Wan mendengus, "Astaga Tell, kau ini hidup di abad sebelum masehi atau tahun 2014? Sekarang ini mau negara konservatif kek, mau negara religius kek, perawan itu sudah sulit ditemukan di mana-mana Dan mencoba dulu sebelum menikah itu sudah tidak aneh. Penikmat sex bebas itu wajar sekarang"
Wajah Sang Lady tampak sedih sesaat, namun dengan cepat ekspresinya kembali datar dan menjawab dengan ketus, "Aku sudah tahu."
"Hihihi," Lady Wan menampakan ekspresi usil, namun dengan nada mencela ia kembali berujar, "Siapa sangka, Lady Storytelling yang terkenal sotoy itu, ternyata masih lugu dan polos."
Madam Shortcake kembali angkat bicara, "Cukup Lady Wan, kembali ke topik. Kau sendiri belum memberikan pendapatmu."
"Aku?" Lady Wan memasang ekspresi genit dibuat-buat. "Madam, aku selalu ingin mengetahui seberapa jauh adegan intim itu disensor dalam novel. Menurutku sensor itu menyebalkan, padahal banyak yang bisa kita pelajari tanpa sensor. Misalnya untuk membangkitkan rangsangan, bisa dengan menjilati jari-jari pasangan kita, mulai dari telapak tangan hingga jari-jari lalu seluruh tubuh dijilat hingga basah oleh air liur."
Lady Storytelling tampak mengernyit jijik mendengarkan penjelasan Lady Wan. Namun kali ini ia memilih diam. Sementara Lady Wan kembali melanjutkan, "Dan, Madam, tidakkah kau merasa kangen dengan Mr Blackforest, saat membaca kata-kata ini, belum jauh dia bergerak, aku sudah merasa kesakitan dan serasa hampir menangis. Meskipun demikian, dia masih terus menggerakkan pinggangnya."
"Cukup, Lady Wan," sergah Lady Storytelling. "Mungkin saja ada pelayan-pelayanku di balik pintu itu yang mendengar ucapanmu."
Lady Storytelling tidak berkata bohong. Momon sempat merengek ingin diikut sertakan dalam jamuan minum teh sore itu, karena Momon sangat menyukai genre romantis, namun karena yang mereka bahas kali ini adalah novel dewasa, Lady Storytelling tidak bisa mengizinkannya. Namun ia tahu, kebiasaan jelek anak buahnya itu, kalau sudah penasaran akan sesuatu, perbuatan yang tidak sopan macam menguping pun akan dilakukan.
Lady Wan hanya mencibir lalu mengipas-ngipas dirinya, "Kau ini majikan, seandainya anak buahmu menguping, hukum saja mereka."
"Jangan mengatur bagaimana aku mendidik anak buahku, Lady Wan, saat banyak pelayan dalam rumahmu suka meyelinap keluar malam dan menimbulkan kegemparan karena tertangkap sedang berduaan di suatu motel."
Lady Wan bangkit berdiri dan ia terlihat marah, "Apa bedanya dengan yang barusan kau lakukan, Storytelling!"
"Berhenti!" Madam Shortcake nyaris berteriak. "Kalian seperti anak kecil tak tahu aturan saja."
Mendengar hal itu, baik Lady Storytelling maupun Lady Wan langsung terdiam dan keduanya saling membuang muka. Lady Wan mengipas-ngipasi dirinya seraya memandang ke arah jendela besar yang menghadap ke taman bunga di halaman belakang, dalam pemadangan itu tampak seekor kepiting merah sedang memangkas duri-duri mawar. Sementara untuk menenangkan diri, Lady Storytelling langsung menyesap tehnya lalu menghela nafas perlahan.
"Seharusnya pembahasan buku kita berjalan santai dan menyenangkan, bukan ribut seperti pasar," Madam Shortcake kembali membuka percakapan. "Baiklah Lady Storytelling, jadi alasanmu tidak suka, karena ceritanya terlalu standar menurutmu, hanya seputar orang pacaran yang berkasih-kasihan saja?"
"Ya, Madam. Selain itu, aku ingin menekankan, bagiku pribadi untuk bisa menyukai suatu cerita romens, aku harus suka dengan OTP (One True Pairing) pengarangnya dulu. Nah karena aku tidak suka dengan," Lady Storytelling terdiam sebentar dan tampak mengintip sebuah kertas kecil di sakunya, "tidak suka dengan Ma Gyu Jin dan Han Lee Seon, maka jadinya aku juga tidak menikmati kisah percintaan mereka."
Sang Lady lalu berbisik ke telinga Madam Shorcake, "Madam, Han Lee Seon ini bacanya Han Lee Sun atau han Lee Se-On sih?"
"Aku juga bingung, mungkin Han Lee Sun kali, seperti ejaan tempo doeloe," Madam Shortcake menjawab bimbang.
"Kalau memang Han Lee Sun, tulis saja Han Lee Sun, yang ada orang jadi bingung bacanya."
"Ehem, ehem," terdengar suara batuk kecil dari arah lain, rupanya Lady Wan merasa dicuekin.
Madam Shorcake pun menoleh, "Ada yang ingin kau tambahkan, Lady Wan?"
"Madam, karena ini Korea, bagaimana kalau dibahas gambaran pemerannya juga?"
Madam Shortcake kembali bertanya, kali ini kepada Lady Wan, "Adakah aktor Korea yang kau bayangkan saat membaca buku ini, Lady Wan?"
"Madam, itu jelas sekali, bukakah penulisnya sendiri memberi bayangan kalau si cowok ini ganteng seperti aktor So Ji Sub."
sumber |
sumber |
"Astaga, baru melihat cowok topless saja kau sudah mimisan, Lady Wan,"
"Tell, kalau kau hanya bergeming melihat cowok setampan So Ji Sub, artinya hanya satu, yaitu kau adalah mahluk aseksual."
"Itu karena So Ji Sub bukanlah seleraku, apa yang aneh kalau aku tetap bergeming," tukas Sang Lady cuek.
Mimisan Lady Wan sudah berhenti, lalu ia duduk tegak sambil bergumam, "Oh, aku lupa seleramu itu kan dongseng."
"Dongseng itu apa?" tanya Madam Shortcake.
"Berondong Madam, Lady Storytelling suka sama yang muda-muda," Lady Wan memekik riang.
"Memang apa yang salah kalau aktor favoritku masih muda?" Lady Storytelling menjawab defensif. "Apa kau tidak tahu, Lady Wan, di Korea sedang trend casting nuna-dongseng. Adalah suatu kebanggaan bila seorang pria yang lebih muda bisa menaklukan seorang nuna, kau tahu kan, senioritas dan umur di sana itu penting."
"Aku setuju," sahut Madam Shortcake. "Karena itulah sepanjang membaca buku ini, mereka yang junior selalu memanggil soenbae kepada yang lebih senior, bahkan terhadap pacar sendiri."
***
Maaf kalau ceritanya garing, tapi saya terpaksa akhiri sampai di sini, karena saat membuat review ini sempat tertunda dan mood saya sudah hilang untuk melanjutkannya. Tapi masih ada kelanjutan yang lain tapi bukan review:
***
Sesudah semua tamunya pulang, sang Lady memanggil Oniyon.
"Oniyon, siapkan buku berikutnya, aku mau pergi."
"Milady, apakah anda akan pergi ke tempat pertunjukkan circus malam?"
Lady Storytelling tampak berpikir sejenak, "Apakah ada romensnya?"
"Berdasarkan data dari para users Goodreads, 1234 users mengatakan ya, ini romens."
"Oke, pass dulu, siapkan buku lain."
"Bagaimana bila melihat harimau yang bisa menjelma menjadi Pangeran?" usul Oniyon.
"Dari kalimatmu saja, aku sudah menduga itu pasti romens."
"Eh benarkah begitu?" Oniyon tampak malu. "Baiklah bagaimana dengan Good Omens, Milady? Kudengar itu ceritanya absurd."
"Aku berniat membaca buku humor itu untuk bulan Mei, Oniyon, karena ada tema humor di grup blogger, jadi pilihkan lagi buku lain."
"Baiklah, kalau begitu tampaknya Milady tidak punya pilihan lain dan harus berurusan dengan kasus dan hukum," cetus Oniyon.
"Apa maksudmu, Oniyon?"
"Karena buku yang akan anda baca, berhubungan dengan pengacara jalanan."
Review ini untuk RC:
ini review sekaligus cerita tentang lady dan tell ya? :D
BalasHapuskreatip :)
Makasih Sari, benernya ini reviewnya model absurd
Hapushihi kangen deh sama momon, nggak muncul banyak ya dia disini XD btw, ternyata buku2 romens korea juga udah musim kipas2an ya sekarang, hehehe...
BalasHapusiya Kak Astrid, soal ini novel dewasa, jadi Momon belum cukup umur. Kipas-kipasnya masih lebih hot bule kok :P
HapusWiiih ini dewasa ya?
BalasHapusCovernya pink unyu unyu kaya buat remaja ahaha xD
iya rata2 kavernya novel-novel Haru emang unyu-unyu dan kalau diperhatikan lebih jelas, dari kavernya ketahuan kok kalau ini buku dewasa.
Hapusuhuyyy.. kangen dhe ama model review-nya Lina yang seperti ini :))
BalasHapusyang kali ini feelnya kurang kerasa.
Hapusini komen OOT yah mba, yang pake dasi buka so ji sub tapi song seung hun.. sama mba, aku juga nggak terlalu suka sama novel ini :(
BalasHapusmakasih atas koreksnya mbak Lilis. Sudah aku benerin.
Hapus