Rabu, 30 April 2014

PARIS: ALINE (SETIAP TEMPAT PUNYA CERITA #1)

Judul Buku: Paris: Aline (STPC #1)
Pengarang: Prisca Primasari
Penerbit: Gagas Media
Editor: eNHa
Proofreader: Gita Romadhona, Ibnu Rizal
Penata letak: Dian Novitasari
Desain sampul: Jeffri Fernando
Ilustrasi Isi: Diani Apsari
Jumlah Halaman: 212 Halaman 
Terbit: Cetakan kedua, 2013
Segmen: Remaja
Genre: Romance
Rate: ★★½
Catatan: Buntelan dari ultah Gagas Media #unforgotTEN (kado untuk blogger)

Siapa Aeolus Sena? Hanya dari penemuan sebuah porselin yang dibuang, hari-hari Aline di Paris mendadak jadi dipenuhi misteri seputar pria itu. 

Tidak ada yang biasa tentang Sena. 
- Pertama pria itu mengajaknya bertemu tepat tengah malam di sebuah tempat yang dulunya dipergunakan untuk mengeksekusi mati para tahanan. 
- Kedua, pria itu berani berjanji akan mengabulkan apapun 3 permintaan Aline.
- Ketiga, pria itu  membuat janji dengan cap darah.
- Keempat, pria itu selalu muncul dan menghilang dengan tiba-tiba. 
- Kelima, pria itu menyukai tempat-tempat yang gelap dan seram seperti kuburan.
- Keenam, pria itu bekerja di tukang reparasi mesin tik. 
- Ketujuh, setiap ekspresi di wajah pria itu tidak bisa ditebak, sedetik ia tampak usil dan sedetik kemudian ia serius.

Siapa Aeolus Sena? Mengapa ia selalu datang dan pergi dengan tiba-tiba? Di mana ia tinggal? Sena tidak pernah memberikan jawaban langsung pada Aline. Untuk mencari tahu jawabannya, Aline berusaha mengumpulkan setiap kepingan puzzle dengan menyusuri setiap tempat di Paris

Semua Serba Kentang. 
(baca: alias kena tanggung)

Selesai membaca buku ini, mendadak dalam kepala saya terbayang adegan ini:

Editor: Tolong buat buku dengan setting Paris dan konsep utama misteri
Penulis: Oke, misteri tentang apa? Thriller? Horror?
Editor: Bukan, STPC ini tetap dimaksudkan untuk pembaca romens, jadi jangan yang berat yah, yang penting aura misterinya dapet.
Penulis: Oke, kapan deadlinenya?
Editor: Bulan depan.

Sebulan kemudian:

Masakan ternyata masih belum matang. Iya, saya memang menganalogikan novel ini dengan sebuah masakan. Karena ibarat masakan, novel ini terasa belum matang. Semuanya serba tanggung. Bumbunya masih kurang, olahan utamanya masih terasa mentah, hanya penyajiannya yang bagus. Dalam hal ini, desain sampulnya, dan yang paling saya suka adalah bonus postcardnya. (Harusnya Gagas bikin merchandise cover-cover buku Gagas dalam bentuk kartu pos)


Balik ke masalah kentang atau nanggung. Bukunya sendiri termasuk tipis (212 hal) dan saya pribadi kurang ngerti, maksud apa yang sebenarnya ingin disampaikan penulis melalui buku ini. Konflik utama hanya berputar-putar mengenai Sena dan menurut saya pribadi sebagai karakter pun, Sena juga kurang digali, saya hanya tahu Sena itu termasuk karakter eksentrik atau antik. Plot ceritanya juga tidak jelas, dan yang paling mengganjal, bila saya membaca cerita berkonsep misteri, saya selalu butuh alasan yang kuat dan believeble dibalik setiap misteri.

Untuk karakter Aline sendiri juga terasa aneh, banyak tindakannya yang tidak logis menurut saya. Seperti mau-maunya menemui orang asing sendirian tepat tengah malam, sudah 2 tahun bertetangga dengan sesama mahasiswa Indonesia, tapi tidak pernah bertanya apapun, mengambil cuti seminggu hanya karena patah hati yang sebenarnya sudah terjadi agak lama, mungkin seperti kata buku ini, Aline terlalu cuek untuk hal-hal yang penting dan terlalu peduli untuk hal-hal yang tidak penting. 

Tapi bahkan pengungkapan alasan di akhir plot pun terasa aneh dan kurang kuat. Konsep misterinya juga terasa maksa, dan untuk romancenya sendiri juga kurang terasa karena semuanya serba instant. Lalu karakter Ezra, hmmm saya tidak tahu apa ia ada untuk sekedar bumbu penyedap, tapi daripada karakter utama, menurut saya Ezra justru karakternya paling realistis, ia kalem dan pendiam, tapi sebenarnya Ezra itu galauan. Sayang perannya cuma sekedar pemanis saja dalam cerita.

Setiap tempat punya cerita

Place de la Bastille
Karena ini STPC, tentunya buku ini harus banyak menjabarkan tempat. Yang karena bukunya sendiri tipis, walaupun ada, tapi tempat-tempatnya sendiri lebih banyak sekedar disebutkan saja alih-alih dijabarkan lebih detil. Memang ada beberapa yang punya kisah seperti Place de la Bastille, yang sempat diceritakan bagaimana cara tahanan dieksekusi dengan kejam dengan cara tubuhnya diikat pada 4 ekor kuda lalu ditarik ke segala arah. Place de la Bastille termasuk salah satu tempat bersejarah wajib dikunjungi di Prancis, karena dulu revolusi Prancis juga terjadi di sini.

Beberapa tempat lain yang disebut adalah:



Beaumarchais Boulangerie, sejenis kafe & bake shop.
Place des Vosges, kompleks kediaman para tokoh sejarah Prancis dan juga alun-alun kota.

Pere Lachaise, kompleks pemakaman keren bergaya gothic. 

Jardin du Luxembourg, taman kota

Mariage Freres, tea shop and gourmet

Akhir kata, buku ini bukan yang terbaik dari seri STPC, saya merasa penulis terburu-buru menulis buku ini karena dikejar singa mati dan akibatnya banyak plot cerita yang terasa janggal, kentang dan maksa. Sebenarnya awalnya saya berniat membaca Bangkok-nya Moemoe Rizal, yang paling banyak mendapat review bagus dari seri-seri STPC yang sudah terbit, hanya saja untuk lebih amannya saya ingin memilih yang tipis terlebih dahulu supaya bisa cepat selesai dan kembali membaca buku The Night Circus yang sempat saya tinggalkan untuk membaca The Help dan buku ini. Selain itu, saya pilih seri STPC alih-alih buku traveling non fiksi karena saya ingin ada kemajuan untuk IRRC, yang baru bisa saya mulai akhir April ini. (inilah akibatnya kebanyakan ikut RC)



2 komentar:

  1. hmmm..agak males ya kalo baca buku kentang XD dan sepertinya tempat2nya lebih seperti tempelan setting aja ya? *sotoy* oiya setuju tuh lin ttg ide gagas bikin merchandise kartu pos cover, model2 penguin books gitu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, Gagas kan kavernya bagus-bagus, berguna buat yg banci kaver tapi malas baca karena takut ceritanya ngga berselera :P

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...