Jumat, 30 Mei 2014

GOOD OMENS: IT'S NOT RIGHT BUT IT'S ALL RIGHT

Judul Buku: Good Omens (The Nice and Accrate Propecies of Agnes Nutter, Witch)
Pengarang: Neil Gaiman & Terry Pratchett
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Lulu Wijaya
Desain Sampul: Satya Utama Jadi
Jumlah Halaman: 520 Halaman
Cetakan pertama, April 2010
Segmen: Dewasa
Genre: Fantasi, humor, komedi satir, cerita absurd
Harga: lupa, sudah beli sejak tahun 2010 waktu Gramedia masih diskon 30 % all items kecuali elektronik)
Rate: ★★★

Catatan: Review absurd, aneh dan tidak penting ini dibuat oleh penulis sebagai bentuk eksperimennya terhadap imajinasinya yang suka terlalu aktif. Jika anda tidak mengerti, disarankan untuk tidak melanjutkannya sebelum kepala anda tambah cenat-cenut. 

Para pelakon:


Monky, alias provokator amatir & tukang cela


Detektif RedFox, alias penyidik swasta


Krebi, alias kepala pengurus rumah tangga


Oniyon, alias Kritikus sotoy
Lady Tell Storytelling, sebagai narator moody yang sering galau

Bulan purnama bersinar amat terang. Bentuk bulan pada malam itu begitu bulat sempurna dan juga sangat besar, seolah bulan tersebut tampak akan terjatuh di negeri Bookworm. Sinar bulan menerangi nyaris seluruh penjuru kota Bookworm, menjadikan malam seolah penuh cahaya, kecuali satu tempat. Tempat itu adalah sebuah kedai teh bobrok yang terletak di ujung jalan dan berada paling pojok dari sebuah jalan kecil nan sempit yang untuk masuknya hanya bisa dilalui satu persatu orang.

Kedai teh itu gelap dan lampu penerangannya pun sering padam dan menyala, menimbulkan suasana remang-remang, namun suasana seperti itu memang sengaja di cari oleh 3 mahluk yang tampak sedang berdiskusi serius di suatu meja kecil di pojok ruangan.

Ketiga sosok mahluk tersebut adalah seekor monyet berbulu coklat dengan ekor panjang, lalu sesiung bawang putih dengan jambul yang kurang menonjol dan mahluk terakhir adalah seekor rubah berwarna merah yang selalu membawa kaca pembesar dan teropong.

"Jadi 2 manusia homo itu adalah..." si monyet berbulu coklat tak dapat melanjutkan ucapannya.

"Tapi, mereka bukan manusia, dan homo itu hanya karena penampilan saja" koreksi si bawang putih.

Si rubah menatap mereka berdua dengan serius, lalu ia melirik ke seluruh penjuru ruangan, memastikan bahwa tidak ada orang lain selain mereka bertiga yang mendengar perkataannya. "Mereka bukan manusia. Pria parlente yang itu adalah malaikat, namanya Arizaphale, sedangkan pria aneh satu lagi, yang tampak seperti Man in Black karena selalu memakai kacamata hitam adalah Crowley, si iblis."

"Dan tepatnya bagaimana kau yakin kalau mereka seperti yang kau bilang?" dengus Oniyon tak percaya.

Si rubah mau tak mau kembali mengingat-ingat kejadian aneh yang beberapa saat lalu menimpanya. Semua ini terjadi karena dia menerima tugas yang diberikan kepadanya oleh 2 kliennya, yaitu seekor monyet bernama Monky dan mahluk berwujud bawang putih yang bernama Oniyon. Tampaknya kedua mahluk tersebut mempunyai seorang majikan yang eksentrik yang suka memberikan mereka perintah yang aneh-aneh, salah satunya adalah menafsirkan ramalan kuno berusia 300 tahun tentang .... akhir jaman. Sungguh kalau orang waras, daripada meramalkan akhir jaman, akan lebih baik meramalkan prakiraan cuaca, jadi mereka bisa tahu apakah pada hari itu mereka perlu membawa payung atau tidak.

Sebagai detektif yang sedang mengumpulkan reputasi, RedFox selalu merasa tertantang akan setiap kasus yang disodorkan padanya. Jadi tanpa ragu, ia menerimanya. Pertama-tama misi itu tampak mudah, yaitu mencari seorang gadis yang dicurigai sebagai keturunan peramal, lalu mencari seorang bocah yang diduga sebagai pangeran neraka, tapi sepertinya ada salah alamat mengenai bocah itu, yang membuat RedFox nyasar hingga ke Ujung genteng. Tapi petunjuk penting berikutnya adalah 2 manusia aneh yang ditemuinya sepanjang mencari petunjuk. Mulanya RedFox mengira mereka hanyalah 2 orang eksentrik (seperti orang Inggris pada umumnya) di mana yang satu sangat menyukai buku-buku ramalan bekas, dan yang satu lagi terlalu menyayangi mobil Bentley hitamnya, tapi alangkah kagetnya ia saat melihat kedua pria itu mengeluarkan sayap pada punggung mereka.

Untuk tebakan awal, mulanya RedFox mengira mereka berdua adalah malaikat, tapi tampaknya tebakannya hanya separuh benar. Sebab pria satunya (yang selalu memakai kacamata di setiap kesempatan, baik cuaca hujan maupun panas) ternyata tidak betul-betul malaikat, sebab ia jelas terlalu duniawi untuk ukuran malaikat, dan akhirnya RedFox mengambil kesimpulan kalau si pria yang selalu berkacamata hitam itu adalah seorang malaikat jatuh atau si iblis. Tapi setelah beberapa saat yang membuat ngantuk yang harus dilalui oleh RedFox  untuk mengamati kedua orang tersebut, RedFox pun sadar, kalau si iblis juga terlalu mempunyai hati untuk ukuran iblis.

Tapi tidak ada saat paling campur aduk bagi RedFox sepanjang karirnya, hanya karena sebuah ramalan, ia harus bertemu berbagai macam mahluk aneh, seperti cenayang palsu, lalu empat penunggang kuda, tidak lebih tepatnya empat pengendara motor dari neraka yang mempunyai nama-nama aneh yang sangat tidak enak didengar, seperti Perang, Kelaparan, Polusi dan Kematian. RedFox tahu sekarang ini orang suka menggunakan nama-nama aneh yang mereka pikir eksotis, walau nyatanya lebih mirip keseleo lidah.

O ya, masih lanjut soal mahluk aneh, selain itu ada juga sersan pemburu penyihir yang lebih mirip boneka ventriloquist raksasa. Namun yang paling membuatnya jengkel adalah hujan ikan di mana-mana (bagaimana tidak menjengkelkan saat kau sedang berjalan santai dan blukkk, ada ikan tuna besar jatuh menimpa kepalamu). Dan orang -orang aneh tersebut tidak sadar bila rumah mereka telah ia pasangi penyadap. Walau tampaknya penyadap itu tidak terlalu memberi banyak informasi terhadap RedFox. Pertama ia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan meski ia mengerti bahasa mereka.

Kedua, sering kali ia mengantuk saat sedang mendengarkan suara-suara dalam sadapannya. Terlalu banyak orang, pikir RedFox, sampai ia tidak tahu siapa sedang berbicara dengan siapa. Namun ia bisa menangkap beberapa inti, seperti: sering perbuatan manusia lebih menjijikan daripada iblis dan terkadang mereka tidak butuh iblis untuk melakukan hah-hal jahat karena manusia mempunyai 1 hal yang tidak dimiliki oleh malaikat dan iblis, yaitu kehendak bebas.

Malam semakin larut, si monyet tampak terkantuk-kantuk mendengar cerita si rubah. Sementara di sebelahnya, Oniyon tampak serius mencatat. Suasana tenang itu tiba-tiba dikejutkan oleh suara pintu yang menjeblak, membuat Monky yang mulai masuk ke alam mimpi langsung terbangun dan kepalanya membentur sisi meja.

Sebuah sosok aneh berdiri di ambang pintu, kedua sisi dari sosok aneh itu tampak tajam, Monky, Oniyon dan RedFox tampak makin mengerut di pojok, lalu dengan langkah yang aneh tersebut, sosok tersebut berjalan menuju meja counter, dan terdengarlah suara yang sangat familiar.

"Anu, permisi. Saya kehabisan teh English Breakfast, dan toko-toko sudah pada tutup. Apakah anda masih mempunyai sekaleng teh English Breakfast? Bisakah saya membelinya?" ujar suara dari sosok itu yang ternyata adalah seekor kepiting merah.


Melihat si kepiting merah, RedFox tampak tenang kembali, namun tidak demikian dengan kedua kliennya yang tampak bersembunyi di bawah meja. Si monyet menaikkan 1 jarinya ke mulut yang membuat isyarat agar si rubah merah tetap diam dan tidak menarik perhatian.

"Terima kasih banyak atas teh English Breakfast-nya," kepiting merah kembali berkata. "Sekarang aku bisa tenang, karena semua persiapan untuk sarapan besok pagi sudah lengkap. Lady-ku biasa meminum teh English Breakfast saat sarapan. Dia pasti akan kecewa kalau tehnya bukan English Breakfast."

Setelah si kepiting merah pergi meninggalkan kedai teh, Monky dan Oniyon perlahan-lahan menyeruak dari kolong meja. Keduanya saling berpandangan, lalu menghela nafas lega. Si rubah merah walau masih bingung, perlahan-lahan tampak mulai paham.

"Nah terima kasih atas penyelidikannya, Detektif RedFox. Tapi sekarang hampir tengah malam, kami harus pulang," Monky berkata cepat. "Kami senang menggunakan jasamu."

"Ini," Oniyon menyodorkan sekantong penuh kepingan uang logam kepada si rubah. "Semua lunas."

"Tunggu sebentar," si rubah merah menahan kedua kliennya, jelas menuntut penjelasan, "Kalian harus jelaskan mengapa kalian tiba-tiba pergi?"

Monky dan Oniyon kembali saling berpandangan, seolah saling melempar siapa yang akan menjelaskan. Akhirnya Oniyon kalah dan menjelaskan "Begini RedFox, seperti yang sudah dibilang oleh Monky, hari sudah hampir tengah malam, jadi tidak aneh kalau kami harus pulang. Dan kedua, kami memakai jasamu bukan untuk menyelidiki mengenai Armageddon. Maksudku siapa yang tahu kapan itu terjadi, kami berdua lebih suka dunia yang aman dan nyaman saja tanpa banyak kejadian aneh, jadi kenapa harus ribut-ribut soal itu, biarlah itu menjadi sebuah misteri yang tak dapat dikatakan oleh manusia. Tapi kami berdua mempunyai tugas untuk melaporkan mengenai buku yang menyangkut hal itu."

Oniyon mengambil nafas sejenak, tak mengira bahwa penjelasannya bakal panjang kali lebar, ia lalu menyikut Monky, yang artinya, 'sekarang giliranmu'.

Monky berdehem dan melanjutkan, "Tapi kami punya hal-hal lebih penting untuk dilakukan seperti bermain Hayday atau mengupdate status kami di sosial media, jadi kami agak eh lupa soal masalah membahas ramalan itu dan kami butuh seseorang untuk menggantikan tugas kami.

Singkat kata, kau adalah Ghost Writer kami," ujar Monky yang sekarang beneran mengantuk, meskipun yang didengarnya adalah perkataannya sendiri.

"Dan kepiting merah tadi?" tanya si rubah.

"Dia pengurus rumah tangga dari bos kami," jawab Monky.

"Karena itulah kami tidak boleh terlihat olehnya, karena semua akan sia-sia bila sampai ketahuan," Oniyon melanjutkan penjelasan Monky.

Singkat cerita, si monyet dan si bawang pun pergi meninggalkan si rubah merah yang masih berusaha memahami. Dan sejak saat itu, detektif RedFox lebih teliti sebelum menjual jasanya.

By:

Review ini juga untuk RC :

6 komentar:

  1. Buku ini masih di timbunan, padahal belinya 2 tahun lalu *kaburrrr

    BalasHapus
  2. Mirai Kiriyami loh gak moody dan galauan :v *run run small*

    BalasHapus
  3. Ini buku yang menurutku antiklimaks endingnya.

    BTW reviewnya bagus Lin, walau aku jujur sedikit ngga ngerti X)

    BalasHapus
  4. reviewnya unik! hehe.
    btw, aku juga masukin ini buku ke kategori it's been there forever loh, kayaknya emang udah khas buku ini berada di timbunan dulu, hehe ._.

    BalasHapus
  5. huahahahahaha.. hayday sampai nyempil direview good omens XD

    BalasHapus
  6. krebiiiii selalu jadi favoritku, sayang peranny di sini kecil hahaha... good omens ini buku aneh tapi seru menurutku. kapan2 mau baca ulang ah :D

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...