Judul: 4 Dozen Roses - Aku Mencintaimu Tanpa Syarat
Pengarang: Bey Tobing
Penerbit: Sunray Books
Editor: Beby Yunina
Jumlah halaman: 164 halaman
Cetakan 1, Maret 2012
ISBN: 978-602-8325-14-1
Segmen: Dewasa
Genre: Domestic romance, chiclit, metro-pop
Rate: ★★★½
Pengarang: Bey Tobing
Penerbit: Sunray Books
Editor: Beby Yunina
Jumlah halaman: 164 halaman
Cetakan 1, Maret 2012
ISBN: 978-602-8325-14-1
Segmen: Dewasa
Genre: Domestic romance, chiclit, metro-pop
Rate: ★★★½
Ada doktrin yang tertanam dalam pikiran Odilia, sebelum ia memutuskan untuk menikah.
Bahwa laki-laki yang menyayangi keluarganya adalah laki-laki yang pantas untuk dijadikan suami. Karena bagaimana mungkin seorang suami bisa menyayangi keluarga istrinya jika ia bahkan tidak menyayangi keluarganya sendiri? ~hal 10.
Namun ternyata tahun pertama mengarungi kehidupan rumah tangga bersama Alan, membuat Odilia menyesali keputusannya sendiri, karena ia harus berbagi perhatian dan finansial suaminya dengan keluarga suaminya. Karena keluarga Alan masih membutuhkan bantuan Alan untuk membiayai kuliah adik Alan, Laura. Tambah lagi ketiadaan anak membuat Odilia tidak bisa menuntut penuh perhatian suaminya.
Karenanya Odilia berpikir bahwa ia harus segera hamil, karena mempunyai anak akan mengubah prioritas Alan untuk lebih mengurangi perhatiannya terhadap keluarganya. Namun ternyata dokter memvonis Odilia akan sulit mempunyai keturunan.
Namun bukan itu saja masalahnya, karena akibat ego masing-masing masalah lain pun berdatangan dan rumah tangga mereka terancam hancur berantakan.
My thought:
Kalau melihat tren romance di Indonesia, boleh dibilang saat ini lagi tren domestic romance. Domestic romance adalah romance yang membahas masalah-masalah dalam kehidupan rumah tangga atau pernikalahan. Ada Elex Media dengan Le Marriage-nya lalu ada Grasindo yang (setahu saya) 5 buku terbarunya bergenre domestic romance. Dan buku terbaru dari Christian Simamora juga menyangkut pernikahan.
Kebetulan juga saat ini mood saya untuk bacaaan romantis lebih ke arah domestic romance. Karena saya ingin tahu mengenai seluk beluk masalah-masalah yang umumnya terjadi dalam rumah tangga. Tapi alih-alih beberapa buku domestic romance yang baru terbit, saya malah tertarik untuk membaca buku ini. Review Dinoy dan juga ketipisan buku, membuat saya memilih 4 Dozen Roses (karena saat ini saya sedang malas membaca buku-buku tebal). Ternyata memang buku ini cukup recommended untuk dibaca.
Pertama, saya suka narasinya yang nyaman dan terasa mengalir saat dibaca. Pemilihan kalimat singkat namun padat dan tidak ada kalimat yang muter-muter atau kalimat basa-basi. Pokoknya semuanya to the point langsung ke inti masalah deh, termasuk dialog-dialog yang ada dalam buku.
Kedua, ide cerita. Sebenarnya ide ceritanya biasa saja sih, tidak ada yang baru. Masalah ketiadaan anak sering diangkat dalam novel domestic romance, namun masalah keberatan istri karena suami juga menjadi tulang punggung keluarga sejujurnya masih agak jarang diangkat (atau saya saja yang baru membaca tema ini). Mungkin karena kultur masyarakat kita yang kekeluargaan, jadi meskipun pasangan tidak suka namun hal tersebut tidak pantas diumbar. Berbeda dengan kultur barat yang individualis.
Ketiga, karakter. Saya suka bagaimana penulis mengeksekusi karakteristik tokoh-tokohnya. Odilia yang sukses membuat jengkel pembaca di paruh pertama buku karena egois dan terlalu mengontrol suaminya, istilahnya istri yang makan hati suami, Namun di satu sisi ada alasan mengapa Odilia berbuat seperti itu yang juga disebabkan oleh ketidakjujuran Alan. Begitupun ada alasan dibalik sikap ketidakjujuran Alan terhadap Odilia. Pokoknya setiap masalah mempunyai sebab dan akibat. Saya tidak tahu sih apakah sesudah menikah sebaiknya sama sekali tidak ada rahasia di antara suami-istri, karena ada juga yang berpendapat beberapa hal sebaiknya tetap private milik pribadi tanpa harus disharing ke pasangan.
Untuk karakter Alan, awalnya saya cukup suka, karena ia suami yang baik, care dan sabar menghadapi istrinya saat bad mood. Cuma saya tidak suka adegan tampar menampar baik suami ke istri ataupun sebaliknya (prinsip saya dalam rumah tangga adalah tidak boleh ada kekerasan fisik dalam bentuk apapun apalagi karena alasan emosi sesaat). Begitupun saat Alan mencurigai Odilia selingkuh dan langsung minta cerai tanpa diselidiki lebih dahulu. O ya, saya juga kurang suka panggilan sayang Alan ke Odilia, Bunda karena kesannya tua eh ini selera saja sih.
Pesan Moral
Tapi saya suka karena penulis menyisipkan pesan untuk pembaca bahwa untuk menyelamatkan rumah tangga bukan dengan cara mencoba mengubah pasangan, namun justru harus mengubah diri sendiri dahulu. Odilia yang awalnya suka memaksakan kehendaknya di paruh akhir berubah sikap dan berusaha mati-matian mempertahankan rumah tangganya.
Ending
Entah mengapa, rata-rata buku domestic romance yang temanya sulit memiliki keturunan yang saya baca, selalu berakhir dengan adopsi. Yah nggak salah sama sekali sih, kalau pasangan mau punya anak, memang salah satu jalan adalah adopsi. Tapi saya pengen aja baca buku domestic romance yang endingnya tuh grow old together can be happy even without having a child. Seperti video klip dari film UP Disney - Pixar di bawah yang sukses bikin saya mewek.
BTW, saya bukannya benci atau nggak suka anak kecil yah, cuma sekarang ini banyak kasus orang tua kesepian karena pas sudah besar anak-anaknya malah meninggalkan mereka.
Cinta tanpa syarat
Novel ini memakai sub judul Aku Mencintaimu Tanpa Syarat. Sebenarnya saya kurang setuju dengan istilah cinta tanpa syarat atau unconditional love, karena menurut saya unconditional love itu justru asking for many conditions LOL. Dan unconditional love itu terkesan membuat pernikahan hanya take it for granted. For better & for worst you always love me (iya kan karena sudah jadi suami istri, kamu harus selalu menerima keadaanku donk, apakah itu baik atau buruk). Jadi ingat kutipan dari Gone Girl
Lucky Number No. 15 RC: Who Are You Again?
NARC 2015: Support Local Author
Ketiga, karakter. Saya suka bagaimana penulis mengeksekusi karakteristik tokoh-tokohnya. Odilia yang sukses membuat jengkel pembaca di paruh pertama buku karena egois dan terlalu mengontrol suaminya, istilahnya istri yang makan hati suami, Namun di satu sisi ada alasan mengapa Odilia berbuat seperti itu yang juga disebabkan oleh ketidakjujuran Alan. Begitupun ada alasan dibalik sikap ketidakjujuran Alan terhadap Odilia. Pokoknya setiap masalah mempunyai sebab dan akibat. Saya tidak tahu sih apakah sesudah menikah sebaiknya sama sekali tidak ada rahasia di antara suami-istri, karena ada juga yang berpendapat beberapa hal sebaiknya tetap private milik pribadi tanpa harus disharing ke pasangan.
Untuk karakter Alan, awalnya saya cukup suka, karena ia suami yang baik, care dan sabar menghadapi istrinya saat bad mood. Cuma saya tidak suka adegan tampar menampar baik suami ke istri ataupun sebaliknya (prinsip saya dalam rumah tangga adalah tidak boleh ada kekerasan fisik dalam bentuk apapun apalagi karena alasan emosi sesaat). Begitupun saat Alan mencurigai Odilia selingkuh dan langsung minta cerai tanpa diselidiki lebih dahulu. O ya, saya juga kurang suka panggilan sayang Alan ke Odilia, Bunda karena kesannya tua eh ini selera saja sih.
Pesan Moral
Tapi saya suka karena penulis menyisipkan pesan untuk pembaca bahwa untuk menyelamatkan rumah tangga bukan dengan cara mencoba mengubah pasangan, namun justru harus mengubah diri sendiri dahulu. Odilia yang awalnya suka memaksakan kehendaknya di paruh akhir berubah sikap dan berusaha mati-matian mempertahankan rumah tangganya.
Ending
Entah mengapa, rata-rata buku domestic romance yang temanya sulit memiliki keturunan yang saya baca, selalu berakhir dengan adopsi. Yah nggak salah sama sekali sih, kalau pasangan mau punya anak, memang salah satu jalan adalah adopsi. Tapi saya pengen aja baca buku domestic romance yang endingnya tuh grow old together can be happy even without having a child. Seperti video klip dari film UP Disney - Pixar di bawah yang sukses bikin saya mewek.
BTW, saya bukannya benci atau nggak suka anak kecil yah, cuma sekarang ini banyak kasus orang tua kesepian karena pas sudah besar anak-anaknya malah meninggalkan mereka.
Cinta tanpa syarat
Novel ini memakai sub judul Aku Mencintaimu Tanpa Syarat. Sebenarnya saya kurang setuju dengan istilah cinta tanpa syarat atau unconditional love, karena menurut saya unconditional love itu justru asking for many conditions LOL. Dan unconditional love itu terkesan membuat pernikahan hanya take it for granted. For better & for worst you always love me (iya kan karena sudah jadi suami istri, kamu harus selalu menerima keadaanku donk, apakah itu baik atau buruk). Jadi ingat kutipan dari Gone Girl
Yah, untuk kali ini, saya setuju sama Amazing Amy, meskipun dia psycho."Ini membuatku berpikir semua orang sangat salah, bahwa cinta seharusnya memiliki banyak syarat. Cinta seharusnya menuntut kedua orang untuk menjadi yang terbaik setiap saat. Cinta tanpa syarat adalah cinta yang tidak disiplin dan seperti yang kita semua sudah lihat, cinta yang tidak disiplin adalah bencana." ~Gillian Flynn (Gone Girl)
Reviewed by:
NARC 2015: Support Local Author
Tidak ada komentar:
Posting Komentar