✮✮✮½
- Judul Buku : Discord (Ther Melian #3)
- Pengarang : Shienny M.S.
- Penerbit : Elex Media Komputindo
Sinospsis :
- Sejauh ini sudah ada 4 relik elemental (Safir, Ruby, Aquamarine, Emerald) yang berhasil didapat oleh Valadin dkk, jadi kira-kira berhasil tidak Valadin dkk dapat 3 lainnya?
- Terus bagaimana nasib Lei, hidup atau mati?
- Mengapa ayah Vrey meninggalkan Vrey sewaktu dia masih kecil?
- Apa Valadin masih labil mengenai perasaannya terhadap Vrey?
Kesan saya :
Saya baca buku ini tanggal 17 Januari 2013. Mungkin itu cuma tanggalan biasa, tapi kalau anda tinggal di Jakarta, anda akan ingat ini adalah hari dimana terjadi banjir besar di Jakarta yang menyebabkan semua aktivitas ibukota lumpuh, dan korban banjirnya merata mulai dari rumah kumuh, rumah mewah sampai istana kepresidenan. Terus apa hubungannnya sama review buku ini? well, ngga ada hubungannya sih sama ceritanya, saya cuma mau sekalian curcol kalau buku ini saya baca sambil mengamati banjir yang masuk perlahan ke rumah saya dan karena internet konkesi lemot plus TV ga dinyalain takut listriknya konslet, jadilah buku ini menemani saya sebagai hiburan di kala banjir, sisi positifnya adalah progress baca saya jadi cepat.
Secara cerita saya lebih suka Chronicle dibanding Discord. Ngga tau mengapa, mungkin karena ingin menuntaskan misi mengumpulkan relik elemental, jadinya berasa tema cerita repetitif (bagian battle vs guardian templia) meskipun ujian templianya sendiri beda-beda tapi yah rata-rata pembaca sudah nebak pasti bakal berhasil. Untungnya ada banyak informasi yang diperoleh dari ujian-ujian templia itu meski informasinya tambah bikin penasaran, saya rasa semua jawabannya disimpan untuk buku ke-4. Tapi ada kalanya saya berharap ujian templianya jangan fisik melulu,sesekali ujiannya teka-teki atau quest lagi (misal).
Terus kecewa sama karakter Reuven, yah bukan Vrey saja yang kecewa, saya pun sebagai pembaca juga kecewa, soal dia itu digambarkan sebagai Elvar bijaksana tapi tindak tanduknya ngga ada yang mencerminkan sifat bijaksana sama sekali, yang terlihat malah ngga bertanggung jawab (ingetin aku sama ibunya Katniss Everdeen dari THG).
Soal karakter lain, masih sebelas-dua belas sama buku-buku sebelumnya. Valadin masih bunuh dulu nyesel belakangan dan cocok dapat sebutan Mr Galau dan memenangkan galau award, Karth tetap cool, Eizen mulutnya tetap nyablak, Ellanese masih tetap digambarkan tidak simpatik dan sasaran bully pembaca (dan Eizen tentunya) dan Laruen masih tetap galau soal Valadin meskipun Karth jelas-jelas sudah kasih sinyalemen kalau dia suka sama Laruen. Duh Laruen, terima aja si Karth, ngapain ngarepin cowok plin plan macam Valadin.
Vrey dan Lei makin menunjukkan arah traditional hero, yang menurut saya bagus karena sebagai pembaca konservatif (eh), saya lebih nyaman dengan hero yang tidak neko-neko. Maksud tradisional hero adalah hero dengan sifat mulia, macam suka menolong, rela berkorban, setia kawan, baik hati, ramah dan tidak sombong (eh).
Lalu Putri Ascha, hmm rada ribet membayangkan dia membawa semua tabung dengan cairan berbahaya sebagai perhiasan dan dimana raja atau ratu atau pangeran dan putri kerajaan Lavanya yang lain, mengapa hanya Ascha yang terlibat padahal skalanya sudah mulai global.
Buat yang yang suka romance, mungkin bakal demen sama Discord, secara scene romance-nya cukup jelas disini. Walau beberapa kalimat narasinya ada yang bikin saya nyengir kuda karena berasa norak, misal "Mereka berciuman untuk kedua kalinya, dan kali ini, jauh lebih hangat dan jauh lebih :D MEMBARA :D dari ciuman pertama." (saking membaranya saya jadi keringatan :P )
BTW, saya tidak anti-romantisme atau adegan keju, hanya saja kalau dalam fantasy (bukan paranormal romance) ada beberapa takaran yang perlu diperhatikan dalam memasukkan bumbu romance agar jangan sampai pembaca merasa terlalu lebay atau terlalu dipaksakan. Saya pribadi merasa takaran romance dalam Ther Melian masih dalam kadar wajar meskipun eksekusinya mirip manga, (terutama adegan Karth dan Laruen, itu berasa membayangkan adegan dalam manga shoujo) mungkin karena pengarang juga dulu seorang mangaka.
Sayangnya ada 2 karakter yang mati disini, tapi tidak terlalu pengaruh sih, secara mereka bukan karakter utama, kalau istilah dalam dunia penulisan disebut plot device yang sudah tidak terpakai lagi dalam cerita. Walaupun 1 karakter lain yang mati, cukup saya sayangkan.
Ohhh tidak !!!
Last paragraph, buku ini tetap ringan dan gampang diikuti walaupun ada point-point yang menurut saya sebaiknya lebih dipadatkan macam pembahasan perasaan Valadin yang galau melulu :D
Terus kecewa sama karakter Reuven, yah bukan Vrey saja yang kecewa, saya pun sebagai pembaca juga kecewa, soal dia itu digambarkan sebagai Elvar bijaksana tapi tindak tanduknya ngga ada yang mencerminkan sifat bijaksana sama sekali, yang terlihat malah ngga bertanggung jawab (ingetin aku sama ibunya Katniss Everdeen dari THG).
Soal karakter lain, masih sebelas-dua belas sama buku-buku sebelumnya. Valadin masih bunuh dulu nyesel belakangan dan cocok dapat sebutan Mr Galau dan memenangkan galau award, Karth tetap cool, Eizen mulutnya tetap nyablak, Ellanese masih tetap digambarkan tidak simpatik dan sasaran bully pembaca (dan Eizen tentunya) dan Laruen masih tetap galau soal Valadin meskipun Karth jelas-jelas sudah kasih sinyalemen kalau dia suka sama Laruen. Duh Laruen, terima aja si Karth, ngapain ngarepin cowok plin plan macam Valadin.
Vrey dan Lei makin menunjukkan arah traditional hero, yang menurut saya bagus karena sebagai pembaca konservatif (eh), saya lebih nyaman dengan hero yang tidak neko-neko. Maksud tradisional hero adalah hero dengan sifat mulia, macam suka menolong, rela berkorban, setia kawan, baik hati, ramah dan tidak sombong (eh).
Lalu Putri Ascha, hmm rada ribet membayangkan dia membawa semua tabung dengan cairan berbahaya sebagai perhiasan dan dimana raja atau ratu atau pangeran dan putri kerajaan Lavanya yang lain, mengapa hanya Ascha yang terlibat padahal skalanya sudah mulai global.
Buat yang yang suka romance, mungkin bakal demen sama Discord, secara scene romance-nya cukup jelas disini. Walau beberapa kalimat narasinya ada yang bikin saya nyengir kuda karena berasa norak, misal "Mereka berciuman untuk kedua kalinya, dan kali ini, jauh lebih hangat dan jauh lebih :D MEMBARA :D dari ciuman pertama." (saking membaranya saya jadi keringatan :P )
BTW, saya tidak anti-romantisme atau adegan keju, hanya saja kalau dalam fantasy (bukan paranormal romance) ada beberapa takaran yang perlu diperhatikan dalam memasukkan bumbu romance agar jangan sampai pembaca merasa terlalu lebay atau terlalu dipaksakan. Saya pribadi merasa takaran romance dalam Ther Melian masih dalam kadar wajar meskipun eksekusinya mirip manga, (terutama adegan Karth dan Laruen, itu berasa membayangkan adegan dalam manga shoujo) mungkin karena pengarang juga dulu seorang mangaka.
Sayangnya ada 2 karakter yang mati disini, tapi tidak terlalu pengaruh sih, secara mereka bukan karakter utama, kalau istilah dalam dunia penulisan disebut plot device yang sudah tidak terpakai lagi dalam cerita. Walaupun 1 karakter lain yang mati, cukup saya sayangkan.
Yang mati adalah
:
Last paragraph, buku ini tetap ringan dan gampang diikuti walaupun ada point-point yang menurut saya sebaiknya lebih dipadatkan macam pembahasan perasaan Valadin yang galau melulu :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar