✮✮✮
- Judul Buku : Wither (Layu)
- Pengarang : Lauren DiStefano
- Penerbit : Kantera
Pernahkah
membayangkan apabila di masa depan terjadi krisis penurunan populasi manusia akibat sebuah virus? Di mana virus ini membuat umur manusia hanya sepanjang 20 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria. Lalu sesudah
itu manusia akan mati.
Akibat dari keadaan tersebut, maka akan banyak terjadi pernikahan dini dan akan banyak anak-anak yatim piatu berada di jalanan akibat orang tua mereka mati muda, dan karena ingin menambah populasi secara cepat dalam waktu singkat, maka paraktek pernikahan poligami saat itu dianggap sangat wajar dan terutama usia pengantin wanita yang sangat muda, misal 13 tahun sudah dianggap pantas untuk menikah dan mengandung bayi.
Protagonis dalam buku ini adalah Rhine, gadis berusia 16 tahun yang diculik oleh para pengumpul, para pengumpul disini adalah sebutan untuk profesi penculik gadis-gadis muda untuk dijual kepada tuan rumah kaya untuk dijadikan istri-istri atau rumah prostitusi. Rhine diculik dan dijual ke seorang tuan rumah kaya yang bermaksud untuk menjadikan Rhine salah satu istrinya. Meskipun menjadi istri dari seorang tuan rumah kaya, Rhine tidak bahagia terkurung dalam rumah mewah tanpa kebebasan, dan Rhine mencari segala cara untuk bisa melarikan diri.
Kesan saya :
Lagi-lagi buku bergenre dystopia, dan ini buku ketiga yang saya baca yang bergenre dystopia. Pertama Uglies dan kedua the famous one,
The Hunger Games. Jujur kata-kata dystopia sebenarnya baru bagi saya,
dan ternyata setelah saya cek di gugel kata itu adalah kebalikan dari utopia. Bila utopia adalah
sesuatu atau keadaan atau sistem yang ideal, baik, sempurna, maka
dystopia adalah kebalikannya, dimana segala sesuatunya serba
diatur, tidak menyenangkan dan jauh dari sempurna dan universe dalam
dystopia biasanya mengambil setting masa depan atau post apocalypse,
dunia setelah kehancuran besar baik itu karena bencana alam, wabah penyakit ataupun
perang besar macam perang dunia.
Sama halnya dengan Wither, mengambil setting masa depan, di mana keadaaan dunia kacau balau akibat eksistensi umat manusia terancam punah karena suatu virus mematikan yang membuat umur manusia pendek dan virus ini hanya menyerang para generasi muda. Karena itu banyak kekacauan dimana-mana, banyak anak-anak yatim piatu berada di jalanan, prostitusi bagi gadis-gadis muda adalah pekerjaan yang biasa, begitu pula dengan human trafficking, poligami dan praktek pedofilia. Karena manusia, terutama para perempuan sulit mencari pekerjaan pada masa itu akibat banyak kantor-kantor yang ditutup untuk dijadikan pabrik atau laboratorium. Mengapa laboratorium, karena banyak orang yang menjadi ilmuwan untuk mencari antidot atau obat untuk mengatasi virus mati muda yang menyerang anak-anak mereka. Namun para ilmuwan pun mendapat tentangan dari kaum pro naturalis yang ingin kehidupan berjalan tanpa intervensi percobaan genetik lagi. Sebab kaum naturalis menyalahkan keadaan sekarang adalah akibat dari perbuatan kaum ilmuwan.
Sayangnya cerita bukan mengenai perang kaum pro naturalis vs kaum ilmuwan ataupun kaum pro ilmu pengetahuan, tapi lebih seputar drama mengenai kehidupan Rhine saat dia dijual para penculiknya ke seorang tuan rumah kaya untuk dijadikan pengantin. Bagaimana perasaannya yang selalu rindu dengan rumah dan saudara kembarnya.
Jadi cerita dalam buku 90% tentang kehidupan Rhine dalam rumah tuan muda kaya, Rhine menceritakan mengenai pernikahan poligami yang terpaksa dijalaninya, menceritakan mengenai persahabatannya dengan para istri lain dari tuan rumah, menceritakan mengenai rumah besar, megah dan mewah yang persis sangkar emas, menceritakan mengenai suaminya yang baik hati, lembut dan sabar dalam memperlakukan para istrinya dan tentu saja tujuan utama Rhine yaitu melarikan diri dari rumah tersebut, karena dia menganggap pernikahannya palsu sebab statusnya dia diculik dan dipaksa. Dalam setiap bab selalu disebutkan bagaimana Rhine mencari cara dan celah untuk kabur dari rumah tersebut dan mertuanya yang menyeramkan.
Mungkin karena buku pertama jadi penulis ingin pengenalan dulu mengenai universe dystopianya melalui POV Rhine. Tapi selain penjelasan mengenai universe dytopia, buku ini lebih banyak menuturkan mengenai dramanya dan bumbu romance Rhine dan si pelayan juga bagaimana Rhine mencoba menjaga dirinya agar tidak "disentuh" oleh suaminya. Sayangnya emosi karakter pendukung macam si suami dan si pelayan terasa kaku.
Sehabis baca, perasaan saya datar aja, tidak penasaran dengan cerita selanjutnya (saya dengar ini bakal trilogy) ataupun bersimpati & berempati dengan para tokoh di buku mungkin karena cerita yang beralur drama dengan penokohan karakter-karakter pendukung yang cenderung bersikap pasrah akibat keadaan pada masa itu, membuat cerita ini terasa kurang matang dan hambar.
Padahal bakal lebih bagus kalau fokusnya soal pertikaian antara kaum pro naturalis vs kaum ilmuwan. Dan alur ceritanya dibuat lebih berkisar action dan petualangan sebagaimana genre dystopia (IMO). Tapi seperti yang saya bilang ini baru buku pertama, belum fokus untuk mencari antidot atau penyembuhan dan juga Rhine adalah tawanan jadi bagaimana bisa beraksi dan berpetualang :D
Akibat dari keadaan tersebut, maka akan banyak terjadi pernikahan dini dan akan banyak anak-anak yatim piatu berada di jalanan akibat orang tua mereka mati muda, dan karena ingin menambah populasi secara cepat dalam waktu singkat, maka paraktek pernikahan poligami saat itu dianggap sangat wajar dan terutama usia pengantin wanita yang sangat muda, misal 13 tahun sudah dianggap pantas untuk menikah dan mengandung bayi.
Protagonis dalam buku ini adalah Rhine, gadis berusia 16 tahun yang diculik oleh para pengumpul, para pengumpul disini adalah sebutan untuk profesi penculik gadis-gadis muda untuk dijual kepada tuan rumah kaya untuk dijadikan istri-istri atau rumah prostitusi. Rhine diculik dan dijual ke seorang tuan rumah kaya yang bermaksud untuk menjadikan Rhine salah satu istrinya. Meskipun menjadi istri dari seorang tuan rumah kaya, Rhine tidak bahagia terkurung dalam rumah mewah tanpa kebebasan, dan Rhine mencari segala cara untuk bisa melarikan diri.
Kesan saya :
Sama halnya dengan Wither, mengambil setting masa depan, di mana keadaaan dunia kacau balau akibat eksistensi umat manusia terancam punah karena suatu virus mematikan yang membuat umur manusia pendek dan virus ini hanya menyerang para generasi muda. Karena itu banyak kekacauan dimana-mana, banyak anak-anak yatim piatu berada di jalanan, prostitusi bagi gadis-gadis muda adalah pekerjaan yang biasa, begitu pula dengan human trafficking, poligami dan praktek pedofilia. Karena manusia, terutama para perempuan sulit mencari pekerjaan pada masa itu akibat banyak kantor-kantor yang ditutup untuk dijadikan pabrik atau laboratorium. Mengapa laboratorium, karena banyak orang yang menjadi ilmuwan untuk mencari antidot atau obat untuk mengatasi virus mati muda yang menyerang anak-anak mereka. Namun para ilmuwan pun mendapat tentangan dari kaum pro naturalis yang ingin kehidupan berjalan tanpa intervensi percobaan genetik lagi. Sebab kaum naturalis menyalahkan keadaan sekarang adalah akibat dari perbuatan kaum ilmuwan.
Sayangnya cerita bukan mengenai perang kaum pro naturalis vs kaum ilmuwan ataupun kaum pro ilmu pengetahuan, tapi lebih seputar drama mengenai kehidupan Rhine saat dia dijual para penculiknya ke seorang tuan rumah kaya untuk dijadikan pengantin. Bagaimana perasaannya yang selalu rindu dengan rumah dan saudara kembarnya.
Jadi cerita dalam buku 90% tentang kehidupan Rhine dalam rumah tuan muda kaya, Rhine menceritakan mengenai pernikahan poligami yang terpaksa dijalaninya, menceritakan mengenai persahabatannya dengan para istri lain dari tuan rumah, menceritakan mengenai rumah besar, megah dan mewah yang persis sangkar emas, menceritakan mengenai suaminya yang baik hati, lembut dan sabar dalam memperlakukan para istrinya dan tentu saja tujuan utama Rhine yaitu melarikan diri dari rumah tersebut, karena dia menganggap pernikahannya palsu sebab statusnya dia diculik dan dipaksa. Dalam setiap bab selalu disebutkan bagaimana Rhine mencari cara dan celah untuk kabur dari rumah tersebut dan mertuanya yang menyeramkan.
Mungkin karena buku pertama jadi penulis ingin pengenalan dulu mengenai universe dystopianya melalui POV Rhine. Tapi selain penjelasan mengenai universe dytopia, buku ini lebih banyak menuturkan mengenai dramanya dan bumbu romance Rhine dan si pelayan juga bagaimana Rhine mencoba menjaga dirinya agar tidak "disentuh" oleh suaminya. Sayangnya emosi karakter pendukung macam si suami dan si pelayan terasa kaku.
Sehabis baca, perasaan saya datar aja, tidak penasaran dengan cerita selanjutnya (saya dengar ini bakal trilogy) ataupun bersimpati & berempati dengan para tokoh di buku mungkin karena cerita yang beralur drama dengan penokohan karakter-karakter pendukung yang cenderung bersikap pasrah akibat keadaan pada masa itu, membuat cerita ini terasa kurang matang dan hambar.
Padahal bakal lebih bagus kalau fokusnya soal pertikaian antara kaum pro naturalis vs kaum ilmuwan. Dan alur ceritanya dibuat lebih berkisar action dan petualangan sebagaimana genre dystopia (IMO). Tapi seperti yang saya bilang ini baru buku pertama, belum fokus untuk mencari antidot atau penyembuhan dan juga Rhine adalah tawanan jadi bagaimana bisa beraksi dan berpetualang :D
Covernya simple tapi menarik, walau kak Lina tidak terlalu menyukai buku ini tetapi aku sudah suka sejak pandangan yang pertama ^^ dan masalah THG dan Uglies, memang keren banget kak! THG aku sudah menonton filmnya untuk buku sih belum, kalau yang Uglies, aku sudah baca yang Pretties dan Specials, untuk yang Extras belum kak hehe :D Jadi aku mau banget baca buku yang mengangkat tema dystopia,.. Dan aku baru tahu dystopia itu apa ya dari baca review ini, maklum aku bukan tipe orang yang mengetahui segala macam tema *newbie* Makasih nih kak untuk pengetahuannya.
BalasHapus