✮✮✮
Judul Buku : Graceling
Pengarang : Kristin Cashore
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kuceritakan sebuah kisah kepadamu :
Ini adalah kisah tentang negeri 7 kerajaan. Tujuh kerajaan dan 7 raja yang sama sekali tidak bisa ditebak. Tujuh kerajaan tersebut adalah :
1. Middluns
2. Wester
3. Nander
4. Estill
5. Sunder
6. Lienid
7. Monsea
Katsa berasal dari kerajaan Middluns, Katsa bukanlah sembarangan gadis, paman Katsa adalah Randa, raja dari Middluns selain itu yang membuat Katsa spesial adalah dia dianugrahi bakat atau yang disebut dengan Grace. Bakat atau Grace ini adalah sejenis kemampuan spesial yang hanya dimiliki oleh beberapa orang, sebutan untuk orang-orang langka ini adalah Graceling. Tanda paling jelas apabila seseorang memiliki Grace adalah dari mata mereka. Para Graceling memiliki warna bola mata yang berbeda di mata kanan dan kiri mereka. Seperti Katsa yang memiliki mata berwarna hijau dan biru. Bakat Katsa sendiri adalah membunuh.
Karena bakatnya itulah, Katsa dipekerjakan oleh sang paman, yaitu raja Middluns sebagai algojo raja yang bertugas untuk membereskan orang-orang yang dianggap menentang atau merugikan raja dengan kata lain sebagai tukang ancam. Bagi Katsa sendiri dia tidak pernah merasa nyaman dengan pekerjaannya, karena Katsa tidak suka mengancam, terutama mereka yang tidak berdaya. Namun Katsa juga menemukan hal lain, bahwa bakat membunuhnya juga bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat daripada sekedar untuk mengintimidasi lawan-lawannya.
Kesan saya sesudah baca :
Maksud buku atau moral cerita ini benarnya tentang apa sih?
Ada 1 kalimat yang saya ingat dari hal 150
"Monster yang, kadang-kadang, menolak bersikap seperti monster. Ketika monster berhenti bersikap seperti monster, apakah ia tidak lagi menjadi monster? Apakah ia menjadi sesuatu yang lain?" ~hal 150 - Graceling
Apa kegunaan bakat membunuh selain membunuh orang? dengan kata lain membunuh jelas-jelas adalah hal yang salah dan cerita dalam buku pun menekankan hal tersebut, bully atau ancaman pembunuhan juga bukanlah hal yang benar, karena itu Katsa mencoba melakukan hal lain dengan bakatnya selain membunuh, tapi apa?
Eniwei mari kita bahas dulu bakat Katsa :
SPOILER (highlight to view)
Bakat katsa sebenarnya adalah super human strength. Katsa memiliki kekuatan fisik dan daya tahan tubuh diatas rata-rata manusia pada umumnya dan hal ini sangat berguna untuk survival di medan yang sulit. Membunuh hanya salah satu pilihan dalam menggunakan bakat tersebut.
Eniwei mari kita bahas dulu bakat Katsa :
SPOILER (highlight to view)
Bakat katsa sebenarnya adalah super human strength. Katsa memiliki kekuatan fisik dan daya tahan tubuh diatas rata-rata manusia pada umumnya dan hal ini sangat berguna untuk survival di medan yang sulit. Membunuh hanya salah satu pilihan dalam menggunakan bakat tersebut.
Tapi karena Katsa pernah menggunakan kekuatannya untuk membunuh, dia mengira bahwa membunuh adalah bakatnya ditambah lagi perlakuan orang-orang sekitar dan sugesti dari pamannya sendiri. Saya jadi teringat akan pepatah bijak dalam film Spiderman, "From great power comes great responsibility." Pesan yang saya tangkap dari buku ini adalah bagaimana seseorang menggunakan kekuatannya tergantung dari pilihannya sendiri.
Mungkin
pertanyaan kita sebagai pembaca adalah, "Mengapa Katsa memilih menggunakan
bakatnya untuk membunuh atau mengintimidasi?" jawaban sotoy saya, karena
Katsa sendiri sebenarnya tidak tau benar apa bakat sesungguhnya dan dia baru menyadari
bahwa dia punya pilihan dalam menggunakan alternatif bakat/kekuatannya
seiring berjalannya waktu dan cerita.
Lalu
mengenai plot cerita, inti plot-nya sebenarnya simple yaitu :
Penculikan
seorang kerabat dari satu kerajaan dan walaupun orang tersebut telah
diselamatkan, namun motif dari penculikan ini tidak dimengerti dan tugas Katsa
dkk adalah menemukan motif tersebut dan mencari dalang sesungguhnya yang
bertanggung jawab atas penculikan tersebut.
Dan
dari sinilah pengarang mulai memutar-mutar ceritanya, mulai dari pertemuan
Katsa dengan Po lalu tugas-tugas Katsa sebagai algojo raja terus petualangan
Katsa dan Po dalam mencari petunjuk yang berlanjut sampai tersangkanya ditemukan
dan seterusnya. Kadang muter-muternya ini terasa lama dan membosankan, terutama
saat bersama Po lengkap dengan galaunya Katsa yang takut jatuh cinta
karena dia ngga mau menikah.
Yang
tentu saja karena ini adalah YA maka banyak bumbu romance-nya dan inilah
masalahnya, tidak tau mengapa tapi saya kurang klik sama romansa di buku ini.
Pertama mari kita bahas karakter dulu.
Katsa sebagai heroine atau karakter utama,
memang digambarkan tangguh, mandiri, pintar bertarung dan keras kepala
isitilahnya bad-ass lah. Selain itu seiring berjalannya waktu Katsa punya kode
etiknya tersendiri dalam menggunakan bakatnya. Tapi untuk saya pribadi ada
kalanya dia annoying. Kemampuan skill-nya dalam menggunakan panah dan
berburu ada kalanya mengingatkan saya sama Katniss Everdeen dari THG begitupun
insting melindungi Katsa terhadap mereka yang lebih lemah dan anak-anak
(Bitterblue - I hope there are better name which are not bitter) juga
mengingatkan saya sama Katniss dan Rue hanya saja saya tidak merasakan charmnya
Katniss dalam diri Katsa. Saya tidak tau apa yang kurang tapi saya merasakan
cara pengarang menggambarkan Katsa agak datar dan bahkan pada satu sisi Katsa
cenderung sempurna (one dimensional character). Apakah masalah POV, saya tidak
tau. Dalam karakter Katniss, saya merasakan dia kuat tapi sekaligus rapuh yang
bisa membuat pembaca mendalami dan memahami karakternya, sedangkan Katsa ? saya
tidak merasakan "pendalaman" karakter Katsa, selain skill memanah,
survival instinct dan nama Kat yang mirip.
Lalu Po
(sama seperti sebagian besar pembaca yang kecewa sama namanya, saya pun
demikian, tapi bukan hal besar dan itu cuma nama). Sekiranya saya lega karena
pengarang tidak melukiskan Po seperti Gary Stu. Sejauh ini karakternya cukup
menyenangkan dan melalui interaksi-interaksinya dengan Katsa saya kira pembaca
akan menyukainya. Kalau mengenai perubahannya di akhir buku, saya kira masih
oke-lah. Tapi selain itu tidak ada yang istimewa banget yang bikin bisa dia
punya banyak fans (mungkin karena dia hanya tokoh pendamping). Grace-nya
sejujurnya agak membingungkan saya, terutama di akhir buku, tapi mungkin karena
saya tidak konsen bacanya, mengingat bagian 3 buku ini saya baca di salon yang
berisik dengan suara hair dryer :D
Selain
2 tokoh utama di atas, adalagi, macam Pangeran Raffin yang sejujurnya
dari semua tokoh, Raffin adalah favorit saya mungkin karena dia pintar,
perhatian, baik hati dan bijaksana. Sayangnya perannya ngga banyak dan
adegannya cuma sedikit.
Bitterblue, saya suka anak kecil tersebut, dia
cerdas dan tangguh, sayang kenapa namanya harus berarti pahit :D
Giddon, oke saya tidak tau bila di buku ini ada
kisah cinta segitiga, tapi yang jelas Giddon tidak cukup likeable ataupun
menonjol untuk menjadi saingan sebagai love interest Katsa. Bahkan
sejak awal, pengarang pun sudah menggiring pembaca untuk hanya sekedar
mengganggap Giddon sebagai karakter pelengkap saja.
Bagaimana
dengan villain atau antagonis?
Sejujurnya
antagonisnya cukup menarik terutama dengan Grace yang dimilikinya, hanya
sayang eksekusinya justru paling mengecewakan.
SPOILER (highlight to view)
Review ini saya ikutkan dalam salah satu additional challenge dari Fantasy Reading Challenge yaitu Award Winner (buku ini memenang kan penghargaan Southern Independent Booksellers Alliance atau SIBA AWARD)
SPOILER (highlight to view)
Bayangkan setelah nyaris 1/3 buku Katsa dkk
susah payah melarikan diri menghindari si psikopat sinting ternyata setelah
ketemu, matinya cuma githu doank. Terus yang paling bikin kecewa saya, ngga
dijelaskan mengenai latar belakang dan asal-usul si psikopat sinting, padahal
karakternya cukup seru untuk dieskplorasi karena selain Grace-nya yang super
duper, si psikopat juga ada kecenderungan pedofil dan incest. Tapi hingga
halaman terakhir, pengarang tidak menjelaskan apa yang membuat orang tersebut
jadi psikopat sinting, pengarang hanya menuliskan dia bengis dan kejam. That's
all. O yeah, kita semua tau dia bengis dan kejam makanya dia disebut
psikopat.
Oke
balik ke romance dan juga satu point kontroversi yang banyak dibicarakan
pembaca, yaitu masalah sex before marriage (mengingat ini buku YA)
atau saya rasa bukan hal itu utamanya mengingat bagi sebagian orang itu
hanya masalah kultur, tapi pemahaman Katsa yang "anti
pernikahan".
Di
goodreads banyak yang membahas pemahaman feminis yang dimasukkan penulis ke
dalam karakter Katsa. Saya sejujurnya bingung dengan alasan Katsa yang menolak
menikah karena takut terikat dan juga karena dia tidak mau bergantung ataupun
kehilangan kebebasannya. Sebagai orang punya venus di Aquarius, saya
ngerti sih memang ada orang yang takut komitmen karena takut kehilangan
kebebasannya tapi rasanya aneh saat dimasukkan dalam suatu cerita YA fantasi,
apalagi mengingat cowonya juga ngga banyak tuntutan atau demanding dan cukup
pengertian. Sejujurnya saya jadi mikir, sebenarnya apa itu yang dimaksud
dengan feminis? yang jelas feminis lebih dari sekedar kesetaraan gender (udah
ah, mulai ngalor ngidul).
Overall
buku ini oke, tapi bagi saya pribadi banyak yang saya sayangkan dan beberapa
point penting yang harusnya berpotensi jadi plot twist atau klimaks yang bagus
malah tidak dieksekusi dengan baik, sebaliknya beberapa adegan petualangannya
terlalu lama dan bertele-tele yang terkadang bikin saya ngga sabaran bacanya.
Kalau untuk susunan plot cerita secara keseluruhan boleh dibilang rapih dan
teratur. Untuk bumbu romance-nya masih standar YA lah diluar pemahaman
feminisnya.
Buku
ini juga ada sekuel, tapi berhubung story-arc Katsa sudah selesai
di buku pertama. Maka buku kedua merupakan cerita tersendiri dengan karakter
baru namun masih dalam universe yang sama.
Review ini saya ikutkan dalam salah satu additional challenge dari Fantasy Reading Challenge yaitu Award Winner (buku ini memenang kan penghargaan Southern Independent Booksellers Alliance atau SIBA AWARD)
Wah ceritanya seru mba Lina
BalasHapusBtw, kenapa bny spoilernya =))
Tapi tenang aja, aku ga nyontek kok. Nunggu ada yg berbaik hati ngirimin buku ini padaku *siapaaa woooi*
cerita sih yah lumayan lha, cuma eksekusinya menhuju seru-nya itu yang bekin jengkel.
HapusEh ini juga ada tema feminis, bisa masukin bacaan April ga :D (tapi nanggung sih temanya)
Buahahahaha..........*jalan kepiting*
BalasHapusYou know, tiap kali baca review akan buku ini dan membandingkannya dengan reviewku, aku selalu mikir : "what the hell I was thinking back then?"
Tapi yah.,..aku males reread dan lebih males lagi ngereview ulang. So biar sajalah aku jadi salah satu reviewer yg kasi 4 bintang ke buku ini :))
Btw....klo aku malah saban baca nama bitterblue jadi keingat bitterballen. Trus ngebayangin si bitterblue itu bentuknya bulet dan berselimut gula kayak bitterballen. Aih jadi laper
abis meluncur dari TKP blog mbak Dewi, serunya compare review bisa liat perbandingan apa yg buat likes dan dislikes dari buku ini.
HapusAku jujur sih ngga terlalu gimana bgt sama romansa Katsa-Po (ngga tau apa emang mood lagi ngga suka yg romantis) atau romansa Kat-Po ngga dapet di aku karena terlalu byk baca buku YA sejenis jadi udah kebas :D
Bitterballen? butterbeer? kroket, risoles *kriuk ~ perut bunyi*
hahaha, sip reviewnya. TOP
BalasHapusAku aja kesulitan ngeripiu buku ini.
makasih mas Tezar, karena itu pas selesai baca, kesan pertamaku adalah, "ini buku benernya tentang apa sih" :D
Hapus