✮✮✮✮
Judul : Comanche Moon (Ramalan Cinta)
Pengarang : Catherine Anderson
Penerbit : Dastan
Kuceritakan padamu sebuah kisah cinta yang getir :
Loretta Simpson hidup pada suatu era perang sipil di Amerika, di mana segala sesuatunya serba kacau dan brutal, kedua orang tuanya dibunuh dengan kejam oleh para suku Indian Comanche dan Loretta menyaksikan sendiri bagaimana mereka disiksa dengan sangat sadis sebelum akhirnya dibunuh dan mati. Kejadian itu sangat membekas dalam benak Loretta dan membuatnya mengalami trauma hebat yang mengakibatkan Loretta kehilangan suaranya dan menjadi bisu.
Hunter of the Wolf, adalah pemimpin suku Indian Comanche dan dalam sebuah ramalan kuno, ia ditakdirkan untuk menikahi seorang gadis kulit putih agar dapat meneruskan garis keturunan Comanche. Bagi Hunter ini adalah dilema karena ia sangat membenci orang kulit putih yang telah banyak membantai sukunya dan tak terkecuali istrinya yang tengah mengandung anaknya, namun Hunter juga percaya dan menghormati ramalan kuno yang selalu dibicarakan oleh ibunya sejak saat Hunter masih kecil.
Namun bisakah baik Loretta dan Hunter saling jatuh cinta mengingat masyarakat mereka saling membenci satu sama lain dan baik Hunter dan Loretta sama-sama mempunyai dendam tersendiri. Kesalahpahaman, praduga, prasangka dan tentu saja kebencian dan rindu mewarnai setiap kisah Loretta dan Hunter, mampukan mereka melewati semua itu dan hidup dalam damai?
Kesan saya :
Saya sangat suka sama hisrom yang satu ini. Saya senang, Catherine Anderson tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak mengubah novelnya saat sang pengarang mencari penerbit untuk menerbitkan karya ini. Comanche Moon memang masuk kategori novel romantis dan untuk beberapa kategori seperti alpha male hero dan virgin heroine plus sexual tension pasti ada tapi, yah lebih tepatnya tapinya sangat banyak. Pertama, meskipun ini novel romantis tapi ceritanya sangat pahit (oh Amy). Kedua, banyak adegan kekerasan (termasuk perkosaan) dalam buku ini (secara settingnya era perang sipil githu lho). Ketiga, terlalu menguras emosi untuk novel romantis.
Hehehehe, kalau alasan ketiga itu justru yang bikin saya suka, secara saya suka cerita romantis yang deep and emotional. Cahterine Anderson pun bilang kalau banyak batasan-batasan dalam menerbitkan novel romantis, karena itu bagi yang suka cerita romantis yang manis dan menghibur mungkin bakal merasa aneh dan ngga nyaman kalau baca buku ini. Yah semuanya balik ke selera, tapi saya akan tetap rekomendasikan buku ini sebagai 100 novel romantis yang sebaiknya anda baca (terutama bagi yang suka kisah love and hate relationship dan star-crossed lovers)
Sekarang pembahasan mengenai buku ini, yah kalau alasan sukanya saya sudah sebut di paragraf atas, yang pasti cerita cinta di buku mengajarkan
Sometimes loves are sweet and beautiful but sometimes loves also can be painful and hurtful. And true love need sacrifice.
Itu kesimpulan sotoy ala saya :D untuk karakter sendiri saya ngga akan bahas banyak, karena secara garis besar baik hero maupun heroine itu masih stereotype novel-novel romance. Cowonya ganteng, kuat, perkasa, dan dibalik perangainya yang beringas ternyata hatinya lembut. Cewenya masih perawan dan walaupun secara fisik lemah tapi secara sifat keras kepala (yeah she also fall in love with the kidnapper, although at least the kidnapper here already ask permission to take her, but since the girl don't like it, I still considered it as kidnapping).
Selain itu saya selalu suka sama hero yang posesif dalam urusan cinta (posesif di sini bukan mengekang kebebasan pasangan tapi mempertahankan hubungan tetap utuh ngga peduli rintangan apapun yang menghadang termasuk dari pasangannya sendiri).
"Kemanapun kau pergi, aku akan selalu mencarimu dan saat aku menemukanmu, aku tidak akan pernah melepasmu lagi" ~bikin melting aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar