Minggu, 19 Mei 2013

PERFECT CHEMISTRY (PERFECT CHEMISTRY #1)

✮✮✮✮
Judul Buku : Perfect Chemistry
Pengarang : Simone Elkeles
Penerbit : Terakota

Akan kuceritakan kisah romantis padamu,(terlalu membosankan bo, jadi gue ganti aja yah gaya reviewnya jadi free style alias gaya bebas, hehehe). 

Oke darimana saya harus mulai (*pengakuan gue dulu aja kali yeh*)
  1. Saya sangat telat baca buku ini, saat orang-orang (khususnya teman-teman GRI) lagi pada heboh-hebohnya bahas buku ini, saya baru memasukkan buku ini ke dalam buy list saya dan untunglah sebelum buku ini ditarik kembali dari peredaran, saya sudah sempat membelinya. (Better late than never)
  2. Apa keistimewaan buku ini sampai pada dihebohkan dan sampai saya bisa kasih 4 stars padahal temanya standar aja, saya akan bahas point-point sotoy saya dibawah. 
  3. Alasan saya suka sama buku ini dan kasih rate tinggi karena Perfect Chemistry mengembalikan feel saya yang sempat hilang *bahasa apa sih gue* akan romantisme dan optimisme cinta remaja  akibat beberapa buku YA yang saya baca belakangan ini,  bagian romensnya terasa datar dan kurang chemistry (sorry yah, cuma pendapat pribadi, *curcol bentar* sejak taon kemaren, gue sempet mikir kalau gue udah bosan sama tema romantis, rada aneh karena mengingat buku-buku romantis dari lini Harlequin itu lah yang pertama kali bikin gue jadi suka baca novel *sebelumnya bacaan gue komik, ya mungkin ada juga novel-novel detektif macam STOP dan horror kayak Goosebumps tapi utamanya tetep komik, mulai ngalor ngidul* tapi gue rasa, gue cuma jenuh dan butuh variasi bacaan aja cuma sialnya bacaan YA yang gue baca belakangan ini, nyaris eksekusi bagian romensnya gue komplen semua yang berakibat gue jadi skeptis sama bagian cinta-cintaan di semua genre )
  4. Saya baca buku ini dengan ekspektasi biasa, karena beberapa kali buku yang saya baca dengan ekspektasi tinggi justru gagal memenuhi harapan saya, dan untunglah hal tersebut tidak kejadian pada buku ini, yang ada justru sebaliknya (it's far better than I expected)
Tema buku ini benernya standar aja dan banyak dijumpai dalam buku-buku YA macam :
- High school life. 
Alex dan Britanny murid SMU berusia 18 tahun yang berusaha menyelesaikan tahun   terakhir mereka di SMU dan dibebani dengan PR dan tugas-tugas sekolah. 
- Star-crossed lovers. (Bad boy and good girl, cliche huh)
Alex, pemuda latino mexico miskin, anak genk, tangannya penuh tatto, suka berkelahi dan selalu terlibat masalah yang bisa mengancamnya masuk penjara sedangkan Britanny, cewe baik-baik dan populer dari keluarga kaya, kapten cheer leader yang selalu berusaha tampil sempurna dan sebisa mungkin menghindari berurusan sama yang namanya anak genk macam Alex, cuma   karena di kelas kimia mereka berdua terpaksa dipasangkan. Alex pun yang mulanya memandang remeh Britanny tapi karena diajak taruhan sama temannya, maka dia coba menggaet Britanny. 
- Hate you but then I love you 
Selalu berawal dari prasangka buruk yang berlanjut ke sexual tension lalu saling rindu terus saling cinta dan berikutnya saling buka-bukaan #eh
- Macho guy 
Bad boy, ganteng, jaket kulit, otot bisep dan trisep, what can I say?
- Tough heroine 
Karena cewenya bisa bales ngerjain cowonya dan bakal ngelawan balik kalau ada yang ajak berantem, selain itu ngga apa-apa buat cewe kalau mau move duluan ke cowonya *contoh yang bagus dan harus ditiru*

Selain itu apa kelebihannya dari buku-buku YA lain :
- Saya suka sama bagaimana pengarang mendeskripsikan para tokohnya, terutama hero dan heroine-nya.Walaupun keduanya digambarkan kuat, tangguh, cerdas, cool tapi ngga nyebelin dan jauh dari kesan sempurna. Masing-masing harus nanggung beban keluarga, dan mati-matian melindungi anggota keluarga yang mereka sayangi, jadi masing-masing ada pergumulan batin yang harus dihadapi. Jujur aja buat saya pribadi, saya selalu respek sama tokoh utama yang : 1. ngga egois 2. family oriented. Jadi teringat sama Katniss Everdeen dan Meghan Chase yang rela menceburkan diri dalam bahaya demi adik mereka. 
- Family matters, balik lagi ke masalah personal taste, dan karena saya juga suka ngalamin family matters somehow I feel connected with their situation, dan kadang family matters ini suka terlupakan di beberapa buku YA. 
- Tidak ada kalimat yang bertele-tele dan bahasa kiasan yang lebay. Kalimat berbunga-bunga atau metafora tak penting. Plot, narasi dan dialog berjalan secara natural dan apa adanya tanpa basa-basi ngga penting. Bukannya saya ngga suka bahasa puitis tapi kadang bahasa puitis membuat cerita jadi terasa tidak nyata dan lebih dipakai buat sekedar manjang-manjangin plot aja. Romantis kan ngga selalu harus lebay atau cheesy. 
- Friendship matters, saya suka dengan bahasan persahabatan dalam buku ini. Buku ini ngajarin kalau kita dapat teman baru, jangan tinggalkan teman lama kita tapi ajaklah teman baru dan teman lama kita saling berteman juga, tidak perlu memilih salah satu tapi perluaslah persahabatan dan jadilah jembatan antara yang satu dengan yang lain.
- Dua sudut pandang, penulis menggunakan 1st person POV (sudut pandang orang pertama) secara bergantian antara Alex dan Britanny, dan Mrs Elkeles mengeksekusinya dengan sangat baik, saat bagian Britanny, saya merasakan girlie-nya Britanny, sedangkan saat bagian Alex, terasa cowo banget lengkap dengan omongan kurang ajar khas cowok. 
-Cerita yang serius dan nyata, meskipun YA, konfliknya menurut saya cukup serius dan yang terpenting terasa real

Kalau soal masalah happy disney end, saya sih ngga masalah, justru untuk buku-buku romens saya lebih suka kalau akhirnya happy disney end daripada akhiran aneh-aneh gak jelas yang bikin depresi. 

Nice quote from this book :
"Kita ini aktor dalam hidup kita, berpura-pura jadi pribadi yang kita inginkan untuk dilihat orang lain."
Ada beberapa lagi benarnya, tapi saya lupa di halaman berapa. 

Last words untuk angelic zai-zai yang udah menerjemahkan buku ini, you are doing awesome works.  Terjemahannya sukses bikin saya jadi fans angelic zai-zai dalam hal penerjemah favorit. Begitu pula dengan Mery yang bertugas sebagai korektor yang bikin buku ini terasa nyaman saat dibaca.

5 komentar:

  1. Aku juga sukaaa sama buku ini. Buku ini yg bikin aku jadi suka baca YA dan suka dengan tipe buku yg multiple POV 1. Tapi ratingku cuma 3 bintang X)

    BalasHapus
  2. rating mah, kadang banyak orang suka jadi labil pas kasih rating, karena bingung sendiri (termasuk gue). Benernya untuk tema romens juga biasanya aku paling tinggi kasih rate 3-3.5 stars, cuman yah kalau plot nya bagus dan ngalir atau ada twist dan endingnya klimax macam Delirium, aku kasih pembulatan 4 :D

    BalasHapus
  3. Ahahahaha.. mau mengomentari komen soal kelabilan pas ngasih rating.. emang bener bangets yaa.. kalau gua sih pas ngasih rating itu mood2an karena kalau ditinjau ulang semua buku yang dikasih rating, belum tentu yang rating 4 itu ceritanya lebih bagus dari yang rating 3 :))

    BalasHapus
  4. biasanya kalau rating ada embel2 setengah di sampingnya tuh lagi labil atau antara rela dan ga rela

    BalasHapus
  5. Ini cerita emg biasa aja. Mngkin bbrp thn lalu sbelum YA booming ya bgus bgt kesannya. Tp setuju kalau crtnya ngalir secara alami. Chem nya jg bgs. Pov ga trdengar sama kyk YA lainnya.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...