Judul Buku : The Painted Veil (Stambul Cinta)
Pengarang : William Somerset Maugham
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa : Tanti Lesmana
Jumlah Halaman : 299 Halaman
Segmen: Dewasa
Cantik, ceria, ramah dan populer, begitulah Kitty selama ini dikenal, namun saat usianya 25 tahun, dia panik mengetahui kalau dirinya masih belum menemukan calon suami yang dia inginkan, sedangkan adiknya yang jauh lebih muda darinya akan segera bertunangan dengan seseorang yang mempunyai gelar bangsawan. Jadi saat ada seorang ahli bakteri bernama Walter Fane yang tertarik dan berniat untuk menikahinya, tawaran tersebut langsung diterima Kitty. Setelah menikah mereka berdua pergi ke Hongkong, tempat Walter ditugaskan oleh Koloni Inggris.
Namun Kitty tidak pernah mencintai Walter, pernikahannya dengan Walter terasa hambar. Ditambah lagi sifat suaminya yang kaku dan tertutup membuat Kitty kesepian. Pada suatu hari Kitty berkenalan dengan Charlie Townsend yang tampan, charming dan ramah.
Wanita kesepian + pria mata keranjang = nafsu, maka itulah yang terjadi, Kitty dan Charlie menjalin affair sampai suatu hari Walter memergoki mereka berdua.
Walter yang sakit hati memberikan 2 ultimatum pada Kitty, yaitu ikut dengannya ke Mei Tan Fu, sebuah wilayah di China yang sedang terjangkit wabah kolera hebat atau diceraikan dengan catatan bahwa Charlie juga harus menceraikan istrinya dan setelah itu Kitty dan Charlie harus menikah. Awalnya Kitty memilih pilihan kedua, karena dia sangat mencintai Charlie, namun ternyata Charlie tidak peduli dan lebih memilih istrinya daripada Kitty.
Tidak ada pilihan, maka Kitty ikut bersama Walter ke Mei Tan Fu dan menghadapi wabah kolera yang siap membunuhnya.
Kesan saya :
(Note : review kali ini akan banyak saya bandingkan sama filmnya dan juga banyak gambar-gambar dari adegan film)
Pahit. Begitulah yang saya rasakan selesai membaca novel ini. Saya mengetahui cerita ini dari filmnya terlebih dahulu, dan dari sana saya baru tau kalau cerita tersebut diangkat dari buku. Sejujurnya saya lebih menyukai versi filmnya, karena di versi film selain pahit, namun ada juga kisah manisnya.
Kalau cerita di filmnya tentang rekonsiliasi atau rujuk kembali, maka di bukunya lebih tentang perubahan karakter protagonis wanitanya, yaitu Kitty.
Bagaimana Kitty dari wanita yang taunya hanya sekedar bersenang-senang, berpikiran dangkal, berangan-angan bodoh dan pengkhayal muluk, perlahan-lahan berubah seiring dengan perjalanan hidup yang dilaluinya.
Bagi Kitty, suaminya Walter tidaklah mempunyai gairah dan pesona yang dapat membuat dirinya bergelora, suaminya pendiam, canggung, kikuk, tidak pandai bergaul dan Kitty pun merasakan kehidupan pernikahannya membosankan.
Oh well, di sini saya belajar arti gairah sesaat dan cinta. Padahal, dibalik semua karakter luarnya yang kurang menarik (atau julukan kontemporernya adalah kutu buku atau nerdy), Walter mempunyai semua sifat yangsaya para kaum hawa idamkan (ehem) sebagai suami, bagaimana tidak, bila :
Walter yang malang, untuk seseorang yang sangat cerdas, dirinya ternyata bisa jatuh cinta pada seseorang yang salah, tapi penyesalan selalu datang terlambat.
is there anyone to make pre-wed photo like those?
Kalau cerita di filmnya tentang rekonsiliasi atau rujuk kembali, maka di bukunya lebih tentang perubahan karakter protagonis wanitanya, yaitu Kitty.
Bagaimana Kitty dari wanita yang taunya hanya sekedar bersenang-senang, berpikiran dangkal, berangan-angan bodoh dan pengkhayal muluk, perlahan-lahan berubah seiring dengan perjalanan hidup yang dilaluinya.
“Kalau seorang lelaki tidak mempunyai apa yang dibutuhkan untuk
membuat seorang perempuan mencintainya, maka itu adalah kesalahan si lelaki,
bukan si perempuan.”
|
Oh well, di sini saya belajar arti gairah sesaat dan cinta. Padahal, dibalik semua karakter luarnya yang kurang menarik (atau julukan kontemporernya adalah kutu buku atau nerdy), Walter mempunyai semua sifat yang
- Sangat memerhatikan kenyamanan istri
- Istrinya ingin sesuatu atau butuh sesuatu, langsung segera dilaksanakan
- Memberikan hadiah-hadian kecil
- Sangat memanjakan saat sedang sakit
- Gentleman dan sopan (chivalry mode on)
- Sentimentil, sensual dan bergelora disaat intim
“Aku tidak punya ilusi apa pun tentang dirimu,” kata Walter.
“Aku tahu kau bodoh, dangkal, dan berkepala kosong. Tapi aku mencintaimu. Aku
tahu tujuan-tujuan dan cita-citamu vulgar dan norak. Tapi aku mencintaimu.
Konyol kalau kupikir-pikir betapa kerasnya aku berusaha merasa terhibur
dengan hal-hal yang kausukai, dan betapa inginnya aku menyembunyikan darimu
bahwa aku tidaklah bebal, vulgar, suka bergosip, dan tolol. Aku tahu betapa
takutnya kau pada kecerdasan, dan aku berusaha sebisa mungkin untuk membuatmu
mengira bahwa aku sama tololnya seperti lelaki-lelaki yang kaukenal. Aku tahu
kau mau menikah denganku hanya supaya tidak kehilangan muka. Tapi aku sangat
mencintaimu, jadi aku tidak peduli. Kebanyakan orang, sejauh yang kulihat,
kalau mereka mencintai seseorang dan cinta mereka tidak berbalas, mereka akan merasa sangat
sedih. Mereka menjadi marah dan getir. Aku tidak seperti itu. Aku tidak
pernah mengharapkan kau mencintaiku, aku tidak melihat alasan apa pun yang
membuatmu bisa mencintaiku, aku tidak pernah menganggap diriku sangat layak
dicintai. Aku bersyukur sudah diperbolehkan mencintaimu, dan aku sangat
bahagia kalau sesekali kupikir kau merasa senang padaku, atau kalau kulihat
dimatamu ada sedikit saja binar-binar rasa sayang. Aku mencoba tidak
membuatmu bosan dengan cintaku; aku tahu itu tidak boleh terjadi, dan aku
selalu waspada memperhatikan kalau ada tanda-tanda kau mulai tidak sabar
dengan kasih sayangku. Apa yang oleh sebagian besar suami dianggap sebagai
hak mereka, rela kuterima sebagai sesuatu yang diberikan karena belas
kasihan.” ~Hal 82-83.
|
Walter yang malang, untuk seseorang yang sangat cerdas, dirinya ternyata bisa jatuh cinta pada seseorang yang salah, tapi penyesalan selalu datang terlambat.
Source
Saya sempat baca review dari teman-teman lain di goodreads yang bingung sama jalan pikiran Walter. Saya tidak tau bagian mana yang bingung, tapi kalau bingung, mengapa Walter yang pintar bisa sampai jatuh cinta pada Kitty yang dangkal dan hanya melihat permukaan luar, jawabannya mungkin ada pada sepenggal bait dalam lagu Agnes Monica yang berbunyi, ♪cinta ini kadang-kadang tak ada logika, ilusi sebuah hasrat dalam hati, dan hanya ingin dapat memiliki dirimu hanya untuk sesaat ♫ dan bait lagu tersebut juga berlaku untuk penyebab perselingkuhan Kitty dan Charlie.
Tapi kalau maksud jalan pikiran Walter untuk mengajak istrinya ke daerah epidemik wabah Kolera, saya kira untuk untuk membalas dendam atas perbuatan istrinya, tapi akhirnya justru kalah dan seperti yang Kitty bilang, suaminya meninggal karena patah hati, kolera hanyalah alat untuk itu.Kalau dari analisis personality sotoy saya, nih orang tipe Cancerian banget, moody, super sensitif, terlihat tertutup dan kaku di luar tapi lembut dan penyayang di dalam. Biasanya saat Cancerian terluka, mereka akan masuk ke cangkang kepiting mereka dan membangun dinding beton karena mereka takut terluka lagi.
Sama seperti kebanyakan literatur klasik, banyak quote-quote yang notable dan memorable, misal :
Tapi kalau maksud jalan pikiran Walter untuk mengajak istrinya ke daerah epidemik wabah Kolera, saya kira untuk untuk membalas dendam atas perbuatan istrinya, tapi akhirnya justru kalah dan seperti yang Kitty bilang, suaminya meninggal karena patah hati, kolera hanyalah alat untuk itu.
Sama seperti kebanyakan literatur klasik, banyak quote-quote yang notable dan memorable, misal :
"Ada apakah dengan hati manusia, sehingga kau memandang rendah orang yang mencintaimu" ~hal 154
"Anakku, orang tidak bisa menemukan kedamaian dalam pekerjaan atau bersenang-senang, di dunia maupun di dalam biara. Kedamaian hanya bisa ditemukan di dalam jiwa." ~hal 170
"Ketenangan itu baru akan kau peroleh kalau kau sudah berhenti menghasratinya." ~ hal 216Saya sarankan selain baca bukunya, tonton juga filmnya, mengingat bukunya hanya terasa bitter, untuk saya pribadi, saya lebih suka bitter sweet ending seperti filmnya (tambah lagi akting dan chemistry Edward Norton dan Naomi Watts juga bagus). Mungkin karena itulah bukunya, baik yang original maupun terjemahan dicetak ulang dengan cover filmnya.
woaaah belom pernah baca maupun nonton filmya :D noted, mending nonton dulu (dan membayangkan edward norton pas baca bukunya)
BalasHapusiya kak Astrid, filmnya bagus kok, aku rekomendasi untuk film romantis. Buku dan film agak beda, jadi ga bakal ngaruh teringat film melulu.
Hapusbaca review ini aku jadi bisa ngerasain emosinya Walter T__T
BalasHapusnonton filmnya aja mbak Dian. Bukunya terlalu bitter kataku sih
Hapus