Senin, 16 September 2013

BOOK REVIEW: THE HOBBIT

✭✭✭✭✭
Judul Buku : The Hobbit
Pengarang : J.R.R. Tolkien
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah : A.Adiwiyoto
Jumlah Halaman : 352 Halaman
Segmen : Semua Umur dan semua yang menyukai fantasi
Genre : Fantasi, Buku Anak
Harga : Rp 42.000

Alkisah ada 2 orang sahabat, yaitu :
Monky dan Oniyon
Kedua sahabat ini bekerja pada suatu perusahaan yang ajaib (sebenarnya lebih tepat dibilang aneh daripada ajaib, tapi ajaib lebih halus dan enak didengar daripada aneh) yang bernama Story-Telling. Boss mereka, seorang perempuan muda yang aneh dan nyentrik. Mengapa disebut begitu? Karena kegemarannya akan petualangan. Lebih tepatnya petualangan dalam buku-buku yang gemar dibacanya. 

Lady Storytelling, begitulah ia dikenal. Sehabis berpetualang, sang lady pasti akan menceritakan kisah-kisahnya kepada anak buahnya untuk dicatat dalam jurnal mereka. Namun tidak seperti boss mereka yang suka berpetualang, Monky dan Oniyon lebih suka hidup damai, tentram dan teratur di ruang kerja mereka yang nyaman dan sejuk. Lihat saja perut Monky yang gembul karena hobby makannya. Sedangkan Oniyon tidak pernah melewatkan rutinitas minum teh di sore hari. 

Tapi, di sore itu, ketenangan mereka berdua terusik, karena Lady Storytelling ternyata pulang lebih cepat dari rencana. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kepulangan lady Storytelling, mengingat ini memang rumah sang lady dan sudah sewajarnya seorang pemilik rumah pasti pulang ke rumahnya. Namun biasanya sang lady pergi cukup lama, kurang lebih sebulan. Sedangkan ini baru 1 minggu dari kepergian sang lady, mengapa ia cepat kembali?

"Monky, Oniyon," dari jauh suara sang lady terdengar mengalun bagaikan nyanyian putri duyung yang ingin menenggelamkan kapal para pelaut.

Monky dan Oniyon saling pandang, firasat mereka berdua langsung tidak enak, rasanya seperti mendengar pengumuman siapa saja yang naik dan tinggal kelas. Dalam sekejap, sang lady sudah masuk ke dalam ruangan mereka, bingkai kacamatanya yang merah menyala tampak mengilat terkena cahaya matahari sore, tapi bagi Monky dan Oniyon rasanya seperti sambaran petir di siang bolong. 

"Kami siap melayani anda, Milady," ucap Monky dan Oniyon bersamaan walaupun dalam hati mereka berkata sebaliknya.

Sang lady mengambil sebuah kursi dan duduk, "Monky, Oniyon, coba tebak, kali ini kemana aku pergi?"

"Hamba, hanya bawang putih. Hamba tidak tahu, milady," jawab Oniyon.

"Dan hamba hanyalah seekor monyet kecil milady, bagaimana hamba bisa tahu," timpal Monky.

Lady Storytelling mengeluarkan sebuah peta, "Coba lihat dan bacalah," ia menyodorkan sebuah kertas yang tampak seperti peta pada Monky dan Oniyon. 

"Middle-earth," ujar Monky. 
"Liang hobbit," sambung Oniyon.
"Kerajaan Peri," timpal Monky lagi.
"Naga?" tanya Oniyon serak. 

"Benar," jawab sang lady terkekeh. "Aku baru saja kembali dari Middle-earth. Menemani pertualangan seorang hobbit dan 13 kurcaci serta seorang penyihir untuk membasmi seekor naga ganas bernama Smaug. Kalian tidak tahu kesulitan apa saja yang kami alami hanya untuk menuju ke tempat di mana Smaug berada."

"Mengapa sampai anda, maksud saya para kurcaci dan hobbit sampai ingin bersusah payah membasmi naga?" tanya Monky

"Quest for glory," pekik sang Lady. "Dan juga untuk emas dan harta benda lainnya, sebab Naga itu mencuri emas milik para kurcaci."

Sembari sang lady bercerita,  Monky dan Oniyon hanya mengangguk-angguk dan tentu saja mencatat kisah petualangan yang baru saja dilalui oleh sang lady, tapi mereka masih bingung dan cemas mengapa sang lady kembali lebih cepat. 

"Ah ya, aku tahu, kalian pasti bingung mengapa aku kembali lebih cepat dari biasanya?" potong sang lady tiba-tiba, seolah ia bisa membaca isi kepala Monky dan Oniyon. 

"Begini," sambung sang lady. "Aku bermaksud untuk mengunjungi sebuah kastil tua di Transylvania dan sesudah itu dilanjutkan pergi ke hutan rimba di belantara Amazon. Tapi aku tersadar, sebaiknya untuk kali ini aku tidak sendirian pergi kesana."

Inilah firasat buruk Monky dan Oniyon, bahkan sebelum sang lady meneruskan ucapannya, kedua mahluk tersebut sudah bisa menduga apa yang akan dikatakan oleh Lady Storytelling selanjutnya. 

"Aku ingin kalian berdua ikut denganku kali ini," sang lady berkata mantap.

"Maaf milady, tapi kalau kami ikut, siapa yang akan menjaga tempat ini dan juga menulis jurnal-jurnal untuk blog anda?" tanya Oniyon.

"Dan juga memposting meme yang anda ikuti?" tambah Monky

"Ah, mengapa kalian mengkhawatirkan masalah sepele macam itu. Bukankah masih ada Momon, Chiky dan Kitten?" jawab Lady Storytelling enteng. 

"Ta-tapi milady," suara Oniyon agak terbata-bata, "mengapa harus saya? saya hanyalah bawang putih, apa guna saya dalam petualangan anda? Saya jelas tidak bisa mencuri seperti BilBo Baggins karena langkah saya terlalu berisik untuk menjadi pencuri."

"Dan saya hanya seekor moyet kecil. Saya bahkan tidak bisa bertarung, mengapa saya diikut-sertakan?" Monky tak mau kalah dalam usahanya untuk mengubah pendirian sang lady. 

"Astaga Oniyon, kau sendiri yang bertanya, kau sendiri yang menjawab. Bukankan tadi sudah kukatakan, kalau aku akan pergi ke sebuah kastil tua di Transylvania. Kau tau kan tempat itu dipenuhi apa. Dan kau ini sesiung bawang putih, nah coba pikirkan kembali, apa kelemahan nosferatu?" dengus sang lady tak sabar.


"Apakah maksud anda ingin menggunakan saya sebagai senjata untuk melawan vampir? Oniyon langsung pucat seketika, walaupun tidak terlalu kentara perbedaannya, mengingat dia sendiri sudah putih. 

"Benar," jawab sang lady ceria, lalu tanpa memberi Oniyon kesempatan untuk menyela, sang lady langsung mengalihkan pandangannya pada Monky. "Dan Monky, tugasmu nanti adalah menjadi pemandu di belantara Amazon, kau kan monyet, pasti mudah bagimu untuk naik ke pohon dan mengawasi keadaan untukku. Dan aku tak ingin ada bantahan lagi"
Melihat kedua anak buahnya merengut, Lady Storytelling mencoba untuk membesarkan hati mereka.

"Kalian tau, alasan utama aku mengajak kalian dan bukannya Chiky, Momon dan Kitten, karena aku melihat potensi pada diri kalian. Kalian takkan pernah tau sampai kalian mencoba. Mungkin kalian terbiasa dalam zona nyaman kalian, tapi tidakkah kalian ingin naik ke tingkatan yang lebih tinggi?" 

"Apakah petualangan ini aman?" tanya Monky, yang sebenarnya sudah tau jawabannya. 

"Aman atau tidak, tergantung pada dirimu," jawab sang lady datar, seolah itu hal yang tidak penting. "Dan apakah kalian sudah selesai mencatat ceritaku dalam The Hobbit?"

Oniyon yang menjawab, "Sudah, milady. tapi berapa rating yang akan anda berikan?"

"Kasih 5 bintang," tegas sang lady. 

"Setinggi itu milady?" Oniyon tampak tak rela, karena buku tersebut membuat sang lady memaksa dirinya ikut berpetualang. 

"Ya, karena buku itu menginspirasi, dan sudah ada dalam klausa, bahwa setiap buku yang menginspirasi, ratingnya adalah 5 bintang."

"Saya tak mengerti milady, bagaimana bisa menginspirasi? dan saya belum memeriksa, tapi mungkin saja ada hal-hal teknis yang kurang dari buku," tambah Monky yang juga tak rela diajak ikut berpetualang karena sebuah buku. 

"Kalau yang kaumaksud terjemahan, hal itu sangat baik, bahkan terjemahan puisi dan nyanyian pun punya lirik yang ritmenya terdengar senada," jawab sang lady cepat. "Soal inspirasi, lihat saja game-game yang sering dimainkan oleh Chiky, bukankah banyak yang mirip dengan The Hobbit, lalu cerita-cerita fantasi kontemporer yang sering kalian baca pun banyak yang mengambil inspirasi dari The Hobbit."

"Dan juga, menurutku buku ini adalah kitab wajib bagi siapa pun yang ingin menulis fantasi," sambung Lady Storytelling. "Pesan moral ada, penuturan enak diikuti, cerita petualangannya asyik, humornya tidak garing, dan yang terutama, karakternya tidak keren sama seperti kita semua. It's a complete zero from hero journey with favorable ending."

Sesudah itu, Lady Storytelling segera memerintah Monky dan Oniyon untuk segera berkemas. 

7 komentar:

  1. hahahaha.. review model gini tuh menarik yaa *jempol.com*

    oniyon and monky.. yang tabah yaa.. and selamat bertualang bersama lady storytelling!! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. syukurlah ada yang suka :D
      Trims sudah dibaca.

      Hapus
  2. Awalnya aku kira ini meme, atau semacam fanfict. Eh ternyata review juga :P lucu sih, jadi beda dari yang lain. Unik juga. Tapi buat orang yang keburu terkesannya nggak praktis. Mau lihat ratingnya aja harus ngikutin kisah Monky dan Oniyon dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, aku ada mikir juga kesana, soal bingung mau buat ripiu gimana, akhirnya coba ripiu ala fanfic

      Hapus
  3. review bukunya yang secara detail membuat yang bacanya jauh lebih tau isi bukunya :)
    dan ini salah satu dari postingan kamu yang aku suka :)

    BalasHapus
  4. Gyahahahaha...unyu banget ini review ala oniyon and monky (ʃƪ´▽`) (´▽`ʃƪ)!

    @lucktygs

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...