Kamis, 15 Mei 2014

KEDAI 1001 MIMPI: MENERTAWAKAN IRONI NASIB DI NEGERI 1001 MALAM

Judul Buku: Kedai 1001 Mimpi
Pengarang: Valiant Budi (Vabyo)
Penerbit: Gagas Media
Editor: Alit Tisna Palupi
Proof Reader: Christian Simamora
Penata letak: Dian Novitasari
Desainer sampul: Jeffri Fernando
Jumlah halaman: 444 halaman
Cetakan keempat, 2011
Segmen: Dewasa
Genre: Personal Literature, memoar, humor
Harga: Rp 46.750 (15% off beli di bukabuku)
Rate: ★★★

Keinginan untuk bekerja di Arab Saudi itu akhirnya tercapai. Dengan melamar posisi  sebagai barista untuk sebuah kafe, Valiant Budi atau Vibi akhirnya bisa mencoret salah satu dari banyak hal di daftar keinginannya, yaitu tinggal di Saudi Arabia. 

Namun setibanya di negeri 1001 malam itu, kenyataan ternyata tidak seperti harapan. Mulai dari seringnya disangka Filipini dan dilecehkan oleh para pria lokal, belum lagi menghadapi customer unik bin ajaib yang suka bikin darah tinggi naik hingga 100 derajat plus diperparah dengan praktek manajemen kafe yang kacrut dan sangat jauh dari teori kafe berstandar internasional dan semua itu ditambah lagi dengan suhu udara yang panasnya bisa di atas 50 derajat celcius. 

Jadi bagaimana cara Vibi bisa bertahan dan tetap waras menghadapi semua hal-hal aneh tersebut?
"Yah, setidaknya di negara yang mencanangkan dirinya religius ini berhasil membuatku ingat Tuhan, kok. Perlakuan orang-orang Saudi sering membuatku mengeluh 'Oh Tuhan, apa dosaku?'"
Itulah sedikit kutipan sarkasme Vibi alias Vabyo dalam menertawakan nasibnya selama bekerja di Arab Saudi.

Membaca buku ini mempunyai 2 rasa yang saling bertolak belakang, rasa itu adalah antara mau tertawa atau miris. Buku ini menceritakan pengalaman-pengalaman miris Vabyo selama bekerja sebagai Barista di 2 kota di Saudi, yaitu Alkhobar dan Dammam. Tapi cara Vabyo menuliskannya yang lebay bin hiperbola justru membuat bacanya menjadi penuh cengiran.
"Uang banyak tanpa pendidikan membuat manusia tampak monster."
Kekesalan utama Vabyo ada pada orang-orang Saudi yang arogan, karena merasa mereka kaya dan penduduk asli jadi pasti kebal hukum dan suka bertindak sewenang-wenang kepada para pekerja migran (TKI/TKW).

Belum lagi, akibat banyaknya orang Filipina yang bekerja di Saudi dan kebetulan muka orang Indonesia agak-agak mirip dengan orang Filipina, sering saat sedang berjalan di jalan raya, Vabyo dikejar-kejar oleh om-om nakal dan ditawar untuk menemani mereka. (Yah, taukan maksudnya menemani apa).

Lalu kekesalan lain ada pada pekerjaannya. Yang alih-alih barista, cara kerjanya lebih mirip babu dan merangkap segala macam. Tapi yang bikin ngos-ngosan adalah melayani customer yang suka minta yang aneh-aneh. Belum lagi betapa terkejutnya Vabyo saat mengetahui kalau kafe tempatnya bekerja juga sering digunakan sebagai tempat transaksi jual beli ayam (ngerti kan ayam apa yang dimaksud).

Awal-awal di Saudi, Vabyo kesepian karena hanya ia yang orang Indonesia, sementara pekerja asing lain rata-rata warga Filipina. Namun untunglah setelah beberapa saat, akhirnya ia bertemu dengan beberapa TKI yang juga bekerja di Alkhobar. Ada Joko yang dipanggil Mas Blitar, yang selain bekerja sebagai supir juga merangkap pelayan ranjang majikan perempuannya (dan ternyata yang dilayani bukan cuma 1 tapi ada... baca sendiri bukunya).

Lalu ada Mas Bambang, seorang gay yang suka disewa untuk teman kencan. Tapi yang paling sukses adalah Yuti yang dari pembantu berhasil naik pangkat menjadi istri ketiga sang Baba yang mengisi hari-harinya dengan berbelanja di Mal.
"Lagi pula, semua kebusukan negara saya, Indonesia, ada di negara lain, kok. Tapi keindahan Indonesia belum tentu dimiliki negara lain."
Saya agak telat baru baca buku ini sekarang, di mana orang -orang lagi ngomongin Kedai 1002 mimpi, yaitu sekuel dari Kedai 1001 mimpi yang baru saya baru baca sekarang, saya baru saja selesai baca 1001 mimpi atau justru timingnya tepat, karena kan masih tetap ada hubungannya. #plinplan

Mungkin karena sebelumnya saya sudah pernah baca personal literature dalam bentuk komedi yang konsepnya juga menertawakan kelakuan manusia (TNSLOA) jadinya gaya bahasa Vabyo sudah terasa familier untuk saya.  Kalau mengenai Arab Saudi sendiri, saya sudah sering mendengar kisah-kisah pahit dari negeri 1001 malam tersebut, tapi memang penuturan Vabyo yang gamblang dan nyablak ini membuat mata lebih melek.

Eniwei buku ini selain informatif, juga enak dibaca sebagai pelepas stress karena gaya bahasa Vabyo yang seperti sarcastic stand-up comedian, sekaligus juga sebagai perenungan, terutama buat yang suka mengeluh tinggal di Indonesia. Mulai dari ngeluh kalau siang hari panasnya nggak ketulungan (masih belum separah Arab Saudi yang suhunya bisa mencapai hingga separonya dari 100 derajat celcius), ngeluh karena polusi udara dan debu (sekiranya masih nggak ada badai pasir), ngeluh karena di Indonesia, orang-orangnya suka kurang sopan (bukan cuma di Saudi tapi kalau pernah ke luar negeri, pasti sadar bangsa kita tuh memang ramah dan hangat). Ngeluh karena negara kita sering dibilang negara miskin (sekiranya rata-rata rakyat Indonesia masih well behave, coba saja kalau ke luar negeri, pemandu asing mungkin lebih senang melayani turis Indo yang walau narsis dan suka ngaret tapi juga royal). 

Merasa yang saya bilang nggak sepenuhnya benar, yah saya kan bilangnya rata-rata bukan semua, karena itu jangan mengeneralisasi seseorang hanya dari negara, etnis, agama, golongan, dan lain sebagainya tapi nilailah dari individu karakternya.

Review ini juga untuk RC :

1 komentar:

  1. kalo beli buku ini kemana yaaa....ada yg jual mau donk...bisa email aq ke antiepy2008@gmail.com makasih, buku kakakku dipinjem temenku, malah ilang,,, bencana banget aq harus ganti nih...mohon infonya yaaa
    makasih byk sebelumnya

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...