Sabtu, 27 September 2014

THE COUNT OF MONTE CRISTO: EPIC STORY ABOUT MONEY, REVENGE AND KARMA

Judul: The Count of Monte Cristo
Pengarang: Alexandre Dumas
Penerbit: Bentang Pustaka (Mizan Grup)
Penerjemah: Nin Bakdi Soemanto
Editor: Dhewiberta
Desainer Sampul: Edi Jatmiko
Proofreader: Nunung Wiyati, Intan Ren
Penata aksara: Supardi
Jumlah halaman: 568 halaman
Cetakan kedua, Juli 2011
Segmen: Universal
Genre: Historical fiction, classic lit
Harga: RP 20.000, beli di obralan Mizan.
Rate: ★★★★½


Edmon Dantes seharusnya mempunyai kehidupan dan karir yang cemerlang. Pertama, dia akan dipromosikan menjadi seorang kapten kapal. Kedua, dia akan menikahi gadis cantik dan berhati emas yang telah menjadi pujaan hatinya. Ketiga, ia akhirnya akan berkumpul kembali dengan ayahnya setelah lama berpisah karena Edmon adalah seorang pelaut. Nyaris semua orang juga suka pada Edmon, karena Edmon adalah seorang pemuda yang baik hati, ramah dan menyenangkan. Namun semua harapan indah itu hilang darinya saat beberapa orang yang iri pada masa depan dan kesuksesan Edmon telah merebut paksa semua itu.

Edmon mendapati dirinya terkurung dalam sebuah penjara yang sepi dan gelap. Kekasihnya direbut dan ayahnya meninggal dalam kemiskinan, kesepian dan kelaparan. Putus asa, nyaris membuat Edmon menjadi gila dan mati. Di tengah semua duka dan kemalangan bertubi-tubi datanglah sebuah harapan saat dia menemukan seorang teman di penjara. Seorang teman yang yang memberitahu mengenai suatu rahasia untuk dapat menikmati kembali kehidupannya yang telah hilang. 

Dengan rahasia itu Edmon bersumpah untuk membalas dendam pada mereka yang telah mengambil semua kehidupan Edmon Dantes yang penuh masa depan dan mengubahnya menjadi seorang Count of Monte Cristo yang penuh kepahitan. 

What I thought:

Epic. Satu kata meluncur dalam mulut saya saat selesai membaca buku ini. Padahal awalnya saya sangat malas membaca buku ini. Karena buku ini selain tebal, tulisannya juga kecil-kecil, sungguh membuat mata tidak nyaman saat membacanya. Yah, saya maklum seandainya font buku dibuat normal seperti buku-buku cetak lain, kemungkinan tebalnya bisa 800 - 1000 halaman dan akan membuat ongkos produksi membengkak dan harga jualnya juga menjadi mahal. 

Namun saya bertekad untuk menuntaskan salah satu Challenge yang mengharuskan saya membaca minimal 2 jenis buku klasik. Sebenarnya saya punya lumayan banyak timbunan buku klasik dan awalnya sih mau memilih judul lain yang lebih tipis dan ringan. Tapi entah otak saya sepertinya  sedang menganut paham "tuntaskan yang tebal dahulu". Akhirnya pilihan saya jatuh pada buku ini. 

Walau sering mendengar mengenai nama Monte Cristo, namun saya sama sekali tidak tahu mengenai jalan ceritanya. meski novelnya sudah beberapa kali diadaptasi ke layar lebar, namun tak sekalipun saya pernah menontonnya. jadi saya benar-benar buta akan kisahnya. Yang saya rasa justru bagus, karena saya jadi tidak punya sesuatu untuk menjadi penilaian atau perbandingan. Film adaptasi terakhir dari Count of Monte Cristo adalah tahun 2002 yang dibintangi oleh Jim Caviezel, Guy Pearce dan Henry Cavill.  Film tersebut menurut saya hanya sekedar inspirasi saja, karena jalinan ceritanya banyak yang melenceng dari bukunya.




Rating yang cukup bagus di goodreads membuat rasa malas saya sedikit berkurang dan ternyata buku ini memang bagus. Bukunya memang tebal tapi plotnya terbilang cepat untuk ukuran buku klasik, mungkin itulah yang membuat saya bisa betah dan fokus dalam membacanya. Rasanya saya tidak ada masalah sama sekali dalam membacanya. Masalah yang saya maksud adalah rasa bosan dan kesulitan connect dengan ceritanya. Sebaliknya saya selalu dibuat penasaran oleh petualangan Count of Monte Cristo dalam menuntaskan dendam terhadap musuh-musuhnya. Buku ini termasuk jenis buku yang page turn over bagi saya karena rangkaian ceritanya yang padat. 

Say Hello to Napoleon.

Source
Novel ini banyak mengambil setting revolusi Prancis saat Napoleon Bonaparte mengalami pasang surut dalam kekuasaannya (tahun 1815). Setting utama berpusat antara Marseilles, Paris dan terakhir Roma. Bagi saya saat membaca novel dengan setting sejarah, yang membuat menarik adalah saya bisa mengetahui kehidupan masyarakat pada zaman tersebut. Keseharian masyarakat tidak terlalu diumbar pada buku ini, tapi skandal masyarakat kelas atas banyak mewarnai kisah dibalik pembalasan dendam sang Count.

Dan jujur saja, cerita tentang skandal itu memang enak untuk dibaca :P 

BTW, meski mengambil setting di era revolusi Prancis, tapi buku ini tidak banyak adegan action, karena plot lebih banyak bercerita mengenai intrik dari setiap peristiwa yang dialami oleh karakter-karakternya. 

Uang adalah kekuasaan dan kekuatan

Sebagian mungkin berpikir kalau buku ini hanya tentang uang, Karena sepertinya buku ini memberikan gambaran kalau uang dapat memberi kemudahan bagi seseorang untuk bisa melakukan apapun. Dan suka atau tidak suka, pada dasarnya memang itulah faktanya. Suatu fakta yang akan terus bertahan hingga saat ini. 

Karakter

Buku ini termasuk buku yang mempunyai banyak karakter dan kisahnya juga berlangsung lama, yaitu 15 tahun lebih. Karakter utama di sini tentu saja Edmon Dantes atau yang bergelar Count of Monte Cristo.  Penulis sangat kuat menggambarkan karakter Monte Cristo ini. Saya bisa merasakan kepahitan Count pada kehidupan setelah dipenjara, sungguh berbeda saat namanya masih Edmon Dantes. 

Karakter-karakter pembantu lain pun digambarkan dengan baik. Seperti Danglars yang licik dan angkuh. Caderousse yang serakah. Villeford yang ambisius dan licik. Monseur Morrel yang baik hati dan tulus.  Sedikit banyak saya jadi tahu juga mengenai penyebutan Tuan dan Nyonya dalam bahasa Prancis. Tuan disebut dengan Monseur baik itu sudah menikah atau belum, dan Nyonya disebut Madame sedangkan kalau masih muda dan belum menikah maka dipanggil Mademoiselle. 

Hal-hal teknis

Terjemahannya cukup oke bagi saya, ada beberapa typo tapi saya tidak catat dan ada beberapa terjemahan yang aneh, saya cuma ingat 1 yaitu saat menemukan kata blak-blakan dalam sebuah percakapan. Rasanya aneh saja dengan kata blak-blakan dalam novel klasik bersetting masyarakat kelas atas Prancis. Masih ada beberapa kata lain tapi karena saya tak mencatat jadi saya lupa yang mana saja. Tapi secara keseluruhan terjemahannya sudah oke. 
"Semua kebijaksanaan manusia termuat dalam dua kata ini: tunggulah dan berharaplah."
Review ini juga untuk RC:
Lucky No 14 Reading Challenge: Chunky Brick

Reviewed by:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...