Sabtu, 20 Desember 2014

THERE YOU'LL FIND ME: MENEMUKAN TUHAN ITU SEDERHANA

Judul: There You'll Find Me (Menemukan-Mu)
Pengarang: Jenny B. Jones
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Dharmawati
Desain sampul: Martin Dima
Jumlah halaman: 376 halaman
Cetakan 1, Agustus 2014
Segmen: Remaja, dewasa muda
Genre: Realistic fiction, drama, romance, Christian fiction
Harga: Rp 73.000 , bisa dibeli di KoBu
Rate: ★★★★


Sejak kematian Will, kakak laki-laki tersayangnya yang tewas terbunuh dalam ledakan bom di Afganistan, hidup Finley Sinclair seolah menjadi kacau. Ia marah terhadap Tuhan karena telah mengambil kakaknya, Will. 

Mengapa harus Will? Pemuda baik hati dan beriman teguh yang sedang mengemban misi mulia di Afganistan.  Kepercayaan Finley pada Tuhan pun seolah ikut menipis. Karenanya Finley memilih  untuk melakukan suatu perjalanan ke Abbeyglen, Irlandia dalam suatu program pertukaran pelajar. 

Perjalanan itu dilakukan dengan berpegangan teguh pada jurnal Will, sebuah buku harian yang ditinggalkan sang kakak. Dalam jurnal tersebut, Will menulis bahwa ia merasakan kehadiran Tuhan yang sangat besar dalam perjalanannya ke Irlandia. Karena itulah Finley ingin melakukan perjalanan itu, ia ingin kembali menemukan Tuhan yang selama ini seolah diam atas musibah yang menimpa keluarganya.

Selama di Irlandia, Finley pun mulai melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang ditulis oleh Will dalam jurnalnya. Di sana Finley berjumpa dengan berbagai jenis orang, mulai dari aktor tampan yang sifatnya menyebalkan, nenek tua yang galak dan pemarah, biarawati bijaksana dan juga jahil. Semua peristiwa yang dialami Finley bersama mereka seolah menjadi suatu rencana dari Tuhan, agar Finley menemukan kembali imannya yang hilang, kembali menemukan Tuhan yang selalu dicarinya sejak kematian Will. 

Dan Finley pun sadar, bukan Tuhan yang menghilang darinya, tapi ia sendirilah yang menjauh dari Tuhan. 

Lebih berat ke romance

Saya bingung mereview buku ini. Yah bukan bingung dalam artian sulit tapi sejauh ini menurut saya ceritanya biasa saja. Bukan jelek tapi istilahnya tipikal drama romantis. Saya tertarik membeli buku ini karena embel-embel Christian romance pada bukunya. Selama ini buku-buku yang saya baca, apalagi YA, hampir semuanya buku sekuler yang tidak pernah menyinggung mengenai keberadaan Tuhan. 

Jadi dalam rangka Natal, saya memutuskan untuk membaca buku yang mempunyai unsur iman sebagai perenungan Natal saya #sokreligius dan jadilah saya memilih buku ini. Nah sekarang saya akan mereview buku ini menjadi 2. Yaitu membahas secara kritik dan membahas secara perenungan akan temanya. 

Secara kritik.

Seperti yang saya telah tulis di atas, dari segi cerita buku ini sangat tipikal drama romantis. Buat yang mencari buku romens yang ringan dan aman (dari adegan seksual tension), dengan cerita yang sweet,  konflik yang masih seputar salah paham atau istilahnya bukan konflik berat, buku ini sangat saya rekomendasikan. 

Buku ini juga remaja banget, karena:
  1. Adegan atau setting high school. Dan biasanya kalau adegan SMU itu pasti ada saingan atau gontok-gontokkan antara pemeran utama dengan genk cewek-cewek populer yang biasanya sifatnya bitchy. Dan Beatrice Plummer salah satu antagonis di buku ini memang digambarkan cewek bitchy. Bagi sebagian orang mungkin berpikir hal ini sangat klise. 
  2. Ditaksir cowok populer super ganteng. Saya bukan penggemar cowok yang berprofesi artis atau seleb. Tapi saya coba memahami segmen buku ini dalam konteks remaja. Rata-rata remaja pasti punya idola dan kebanyakan idola remaja profesinya nggak jauh-jauh dari artis film atau anak band. Kalau anak-anak abegeh sekarang rata-rata demennya para bintang K-Pop macam EXO atau Suju. Dan fans K-Pop mana yang tidak kepengen berpacaran dengan Baekhyun  :D
  3. Insecurities. Pada dasarnya setiap orang punya sesuatu yang bikin mereka insecure. Dan yang paling umum adalah penampilan, terutama bagi remaja. Meski berasal dari keluarga kaya raya dan anggota tim pemandu sorak, Finley tetap merasa tidak percaya diri bila berhadapan dengan Beckett yang digambarkan super duper keren dan selalu bikin semua cewek klepek-klepek. Biasanya saya sinis kalau penggambaran hero yang terlalu keren atau flawless,  karena jatuhnya suka lebay tapi sepanjang saya membaca, saya oke saja karena meski keren, Beckett tidak digambarkan Bad Boy, malah Beckett itu good boy dan ada kalanya tampak kelemahannya juga. 
Sering saya sempet merasa sebal sama Finley karena suka buang-buang makanan, tapi lambat laun penulis menunjukkan bahwa Finley punya masalah serius dan itu salah satu hal yang bikin dia struggling. Selain itu yang saya suka dari kisah romensnya meski Finley menganggap Beckett keren selangit, penulis tidak menggambarkan Finley sampai tergila-gila karena Beckett. 

Yang saya gagal paham adalah kurangnya gambaran hubungan antara Finley dengan almarhum kakaknya Will. Penulis hanya menceritakan betapa sedih dan terlukanya Finley akibat kehilangan kakaknya tapi rasanya nyaris tidak diceritakan sama sekali kenangan antara Finley dan Will, jadi pembaca hanya mengambil kesimpulan Finley dan Will dekat dari kepahitan Finley setelah kematian Will. Dan saya jadi penasaran, sedekat apa?

Selebihnya, saya merasa masalah Finley tidak terlalu kompleks atau rumit karena lebih mengatasi duka dan rasa kehilangan (loss and grief). Mungkin akan lain seandainya Will itu tulang punggung keluarga atau seperti yang saya tulis di paragraf atas, penulis lebih memperlihatkan kedekatan hubungan Will dan Finley. 

Visit The Country

Selain itu buku ini juga banyak mengambil beberapa tempat-tempat menarik di Irlandia, seperti:

Tebing Moher


Biara St. Ciaran
Juga kebiasaan orang Irlandia yang senang berkumpul dan bermain musik di pub




Abbeyglen
Yah, tampaknya menarik juga kalau saya masukkan Abbeyglen sebagai salah satu kota yang ingin saya kunjungi di Irlandia dalam doa jangka panjang saya.

God are you there? It's me (put your name here).

Buku ini saya baca barengan sama Indah, namun sebenarnya sayalah yang meminta Indah untuk temenin saya baca, hehehe. Jadi jangan lupa cek juga review Indah. Jujur saja beberapa tahun belakangan ini saya juga merasa sulit merasakan keberadaan Tuhan.  Penantian panjang dan harapan yang selalu pupus membuat saya merasa Tuhan tidak pernah mendengar doa saya. 


Namun dalam hati saya sebenarnya tahu, bukan Tuhan yang menjauh apalagi menghilang. Tuhan selalu ada tapi saya yang memilih tidak mempercayai. Saya percaya Tuhan tapi saya tidak merasakan kehadiranNya dalam hidup saya karena saya yang tidak mau mempercayakan hidup saya kepadaNya.  Dan saat saya tidak merasakan kasih Tuhan, maka saya juga merasa kehilangan harapan. Untuk punya harapan harus ada keyakinan atau iman percaya dan saat harapan tergenapi, kita akan merasakan kasihNya senantiasa. Let's have faith, hope and Love.

Buku ini ditutup dengan 1 ayat yang menyatakan kuatnya kasih setia Tuhan, saya lebih suka versi Holy Biblenya:
Nor height nor depth, nor anything else in all creation will be able to separate us from the love of God which is in Christ Jesus our Lord.
Amen

1 komentar:

  1. Sering saya sempet merasa sebal sama Finley karena suka buang-buang makanan

    huahahaha.. apalagi makanannya kayanya enak2 yaa XD

    terkadang mungkin bukannya Tuhan ga menjawab doa kita juga sih.. mungkin saja jawabannya "tunggu" ataupun "tidak" tapi kita-nya yang masih ngeyel mendahulukan apa yang menjadi kehendak kita :)

    may peace, hope and joy always fill your heart, Lin, in any time of the year ^o^

    nb. thanks for the book ;)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...