Senin, 02 September 2013

RATING, REVIEW & HONESTY

Saya mau laporan dulu buku-buku yang rencana saya mau baca untuk bukan September #penting #abaikan
Ternyata hingga Agustus berlalu, hutang Juli belum terlunasi (saya lagi coba pakai kata-kata puitis, gegara akhir-akhir ini banyak baca kalimat dengan kata-kata puitis). Setelah Agustus di mana bacaan saya 80% lokal, untuk September ini saya berencana kembali membaca buku-buku terjemahan yang sudah lama ditimbun. Untuk September ini temanya adalah :


NAGA. Salah satu mahluk paling populer dalam genre fantasi menurut saya itu adalah, naga. Mulai dari genre high fantasy sampai urban fantasy selalu bisa memakai naga sebagai tema. Cuma 3 saja nih bacaan saya? Saya tidak mau pasang banyak target, mengingat Juli masih ada hutang 2 buku trus Agustus masih ada hutang 1 buku. Jadi untuk sisa buku saya mau bereskan bacaan terhutang saya dulu. Dan syukur-syukur, saya bisa membaca dengan cepat tanpa banyak distraksi (internet) jadi bisa baca buku lain juga..

Terus saya mau bahas soal review dan rating. Mengenai rating sendiri, sebenarnya penjelasannya sudah ada di sidebar blog. Dan menurut saya, yang namanya rating maupun review itu sifatnya personal atau tergantung selera. Dua bintang untuk orang lain mungkin bisa 4 bintang untuk saya dan begitu pula sebaliknya. Umum atau sederhananya soal bintang dalam penilaian saya itu, begini :
  • Satu bintang : Kebangetan, ini editornya mikir apa sih sampai cerita kayak gini bisa diterbitin. Syukurlah, sejauh ini di blog saya belum ada yang sampai saya kasih 1 bintang :D
  • Dua bintang : Membosankan dari segi cerita (misal, plot terlalu lurus atau sebaliknya alias loncat-loncat, temanya terlalu basi, tokoh-tokohnya sifatnya hanya 1 dimensi) dan penuturan atau gaya bahasanya juga tidak menarik atau kurang enak di baca. Misal terlalu sederhana sekali atau sebaliknya terlalu puitis sampai ngejelimet.
  • Tiga bintang : Oke, dalam artian ceritanya biasa dan standar, tidak bagus, tidak jelek. Karakternya fifty-fifty. Biasanya hanya berakhir numpang lewat dalam ingatan saya.
  • Empat bintang : Bagus, sekiranya saya bisa ingat cerita di buku tersebut tentang apa. Penuturannya juga harus enak dibaca dan mudah dipahami. Biasanya ceritanya suka ada plot twist atau unsur kejutan menjelang ending. Kalau pun ceritanya klise, tapi pengemasannya sangat baik dan tidak membosankan. Trus cerita harus ada pesan moral.
  • Lima bintang : Memuaskan dan menginspirasi. Itu saja.  

Lalu bagaimana dengan 1/2 bintang, mengapa saya bisa kasih rating tambahan 1/2 bintang, jawaban gampangnya, lagi labil alias mau kasih lebih gede gak rela tapi kasih lebih rendah juga sepertinya tidak sepantasnya :D

Terus soal mereview. Saya tidak pernah pakai aturan kalau mereview. Jadi gaya bebas alias suka-suka saja yang penting jujur, dan sesuai dengan yang saya rasakan selesai membaca bukunya. Biasanya di paragraf awal, saya tuliskan dulu sinopsis ceritanya. Lalu kemudian saya tulis apa yang saya rasakan dari buku tersebut. 

Tapi ada satu peraturan utama dalam mereview, yaitu no spoiler. Jangan tuliskan jalan cerita secara menyeluruh apalagi endingnya. Walaupun, kalau saya cek review saya, pernah lho saya tulis review tuh benar-benar lebih mirip menulis ringkasan cerita daripada resensi, sampai endingnya saya kasih tahu pula. Memang bukan review yang baik, walaupun waktu saya menulis review tersebut sepertinya memang saya maksudkan untuk menulisnya seperti itu alias lengkap. Buat yang penasaran review mana yang saya tulis seperti itu, silakan cek ini saja. 

Satu hal yang saya pelajari, cobalah tidak terlalu berusaha keras menjadi kritikus saat mereview dengan mencari banyak celah dan cela, karena khusus saya pribadi, hanya mengurangi kenikmatan baca. Biasanya memang semakin banyak buku yang dibaca dan semakin sering kita menulis review, terkadang timbul kecenderungan monoton (saya juga merasakannya). Dalam mereview yang saya lihat itu, biasanya : 
  1. Penuturannya, iya bukan cerita tapi penuturan atau gaya bahasa yang dipakai si penulis trus plotnya juga terstruktur atau tidak. Karena kalau untuk cerita sendiri menurut saya lebih ke selera. Tema sudah jarang yang original. Bahkan tema basi asalkan dikemas menarik, tidak masalah buat saya.
  2. Cerita dan karakter, kalau untuk saya ini masalah selera. Ada yang suka cerita dengan karakter yang cowoknya alpha male dan arogan, ada yang tidak suka. Trus masalah logis dan tidak logis cerita, biasanya saya tidak terlalu memusingkan hingga detil. Bagi saya cerita yang logis itu believable (sejak awal dibaca terasa mengalir dan tidak terkesan dipaksakan), dan reasonable (beralasan, misalnya konflik dan masalahnya).
  3. Masalah teknis, misal typo. Kata-kata yang maknanya tidak sesuai KBBI. Cetakan yang tidak jelas atau huruf yang terlalu kecil. 
BTW, kenapa sih tiba-tiba saja saya jadi bahas soal review. Kebetulan kemaren Mbak Dewi dari blog Through Tinted Glass cuap-cuap di twitter, kalau ada blog anak ABG yang bikin kangen untuk baca review yang polos dan apa adanya. Dari situ saya terpikir, sepertinya memang akhir-akhir ini dalam mereview saya berusaha keras membuat review demi pencitraan alih-alih review untuk senang-senang. Tahu kan review untuk senang-senang? Yah, silakan diartikan sendiri :D

10 komentar:

  1. aku mau seraphinaaaa, nagaaaa *garuk2 tanah*

    review demi pencitraan itu......*menatap langit kantor*

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku beli seraphinanya PO, paket sama the host Rp 100 ribu totalnya dapat 2 buku. Lumayan lha secara Seraphina dan The Host itu kan tebal

      Hapus
  2. gua amat sangat moody bangets dalam memberikan bintang, hahahaha.. buku yang sama, dibaca dalam waktu yang berbeda, bisa mendapatkan bintang yang beda :)) and alasan ngasih bintang nya pun bisa beda pula, ahahahaha :D

    dinantikan review2 'polos'-nya, Lina ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, emang kadang pas kasih rating suka bingung sendiri knp kok bisa kasih rating segitu (masih labil)

      Review polos? Wkwkwkw, sepertinya sudah tak bisa review polos, mungkin review ngasal atau santai bisanya.

      Hapus
  3. Setuju. Kalo aku, I often try to make my reviews a bit more fun to read. So far, my best review is that of Chrismor's AYCE. I'm actually boring in real life, so if any of my reviews can amuse the readers, that alone is a source of comfort, knowing I can put a smile on someone's face. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agree with you, Widi. When I am making review, I tend to be my alter ego. Tee Hee

      Hapus
  4. Aku orangnya males banget sebenernya ngasih rating buat bacaan. soalnya baca tu pengalaman personal yang bisa beda kalo sikon-nya beda. Gak bisa bikin review polos lagi, soalnya udah ternoda sop-iler heheheh.
    Ditunggu review manisnya .....

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, dulu dan skrg saya ini beda. Dulu suka baca ripiu dan liat spoiler. Skrg, ngga ah. Soal ada blog dan juga udah terkena stigma kalau bukunya itu bla bla

      Hapus
  5. Baru baca ini, Lin.

    hahaha....iya yaaa....Udah susah rasanya bikin review polos kayak dulu lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. bikin aja mbak Dew, yg ala fangirling juga boleh :P

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...