Sabtu, 19 Oktober 2013

BOOK REVIEW: WHY ALWAYS ME

✭✭✭½
Judul Buku : Why Always Me
Pengarang : Orinthia Lee
Penerbit : de TEENS (Diva Press)
Editor : Rina
Jumlah Halaman : 220 Halaman
Segmen : Remaja
Genre : Teenlit
Special Note : Hadiah giveaway dari Biondy dengan special tanda tangan dari Orinthia Lee

"Hal yang paling menakutkan di dunia ini adalah kebohongan"

Setiap orang yang melihat Bianca, pasti akan berkata dia gadis yang cantik dan imut. Bianca memiliki kulit putih pucat, rambut hitam lurus dan mata besar berbentuk setengah lingkaran, membuat parasnya terlihat elok seperti boneka. Namun sayangnya dibalik penampilan luarnya yang elok, hal tersebut tidak diikuti dengan kepribadiannya. Bianca menyimpan banyak kepahitan dan kemarahan dalam kehidupannya, sehingga membuat emosinya cenderung meledak-ledak. Baginya lebih baik berkata jujur dan blak-blakan daripada berbohong. 

Gara-gara sifat galaknya itu, banyak teman-teman sekelasnya tidak suka dengan Bianca. Hanya Anne, satu-satunya orang yang memahami dan tahan menghadapi sifat judes Bianca. Namun suatu hari akibat kesalahpahaman, Anne pun menerima tusukan dari mulut tajam Bianca dan kali ini tusukan tersebut benar-benar melukai hatinya dan membuat Anne memusuhi Bianca. 

Bianca selama ini tidak pernah peduli dengan ucapan yang keluar dari mulutnya, namun ia sadar bahwa apa yang ia katakan terhadap Anne sangat keterlaluan. Tapi Bianca terlalu gengsi untuk meminta maaf pada Anne, jadi bagaimana kelanjutan persahabatan mereka? Akankah tersambung kembali atau justru selamanya berakhir?

My thought :

Sudah lama saya nggak baca teenlit dan sejujurnya bahkan saat remaja pun saya jarang baca teenlit. Kalaupun baca teenlit, biasanya ada embel-embel fantasi. Selain karena saya emang udah lewat dari masa teen, cerita-cerita dalam teenlit biasanya agak keju atau ringan untuk selera saya. Kenapa sih Lin, elu demen banget yang kelam, masokis dan angst. Elu mau saingan sama Bianca dalam hal kepahitan?

Sebelumnya, saya ucapkan selamat untuk Orinthia, atas kelahiran anak pertamanya, hehehe, maksud saya buku pertamanya. Menulis itu bukan hal mudah, selain ide dan ngayal juga perlu ketekunan dan fokus, karena itu saya ucapkan selamat dulu kepada Orin karena sudah berhasil menerbitkan buku pertamanya. Semoga terus produktif dan saya nantikan buku selanjutnya. 

Saya mulai dari yang saya suka dulu mengenai WAM :
  1. Penuturannya. Saya suka cara penulis merangkai kalimat demi kalimat yang terasa simpel dan down to earth dalam Why Always Me. Gaya bahasanya sederhana khas remaja dan juga apa adanya sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Tidak ada kalimat yang terkesan dilebih-lebihkan. Tatanan kalimat terasa enak saat dibaca dan prosa pun cukup mengalir dengan luwes. 
  2. Karakterisasi. Ada 3 POV di sini. Yaitu POV Bianca, Anne dan Irina. Semuanya memakai 1st person POV, tapi kentara sekali penulis sudah  sangat menguasai dan paham dengan para karakternya. Meski sama-sama memakai 1st POV, tapi terlihat jelas perbedaan mereka semua. Bianca yang cenderung lugas dan tanpa basa-basi. Sedangkan Anne terkesan lembut dan simpatik. Sementara si kecil Irina (dari semua karakter, fave saya adalah Irina) itu polos namun di satu sisi juga terasa mature. Menurut saya, buku ini salah satu buku yang berhasil mengeksekusi penggunaan multiple 1st person POV.
  3. Cerita sederhana tanpa muter-muter tapi tidak melupakan unsur emosi.  

Nah, sekarang sedikit harapan saya saja sih untuk cerita ini :

  1. Saya suka unsur persahabatannya, tapi saya kurang suka unsur romensnya. Dan saya berharap ada lebih banyak unsur drama keluarga. Alasan saya tidak suka unsur romensnya bukan karena saya tidak suka romens, saya justru suka romens, tapi sepertinya buku ini akan lebih terasa feelnya bila fokusnya lebih ke drama keluarga dan persahabatan. Selain itu Travis terlalu sempurna di mata saya dan saya merasa Travis kurang believable. Dia sepertinya terlalu baik, pengertian, nrimo dan tidak sombong #eh. Saya sebenarnya bingung apa yang membuat Travis bisa suka dengan Bianca, lha sebagai pembaca aja, kadang-kadang saya sebel sama dia. Maap yah, tapi saya ngga percaya cinta pada pandangan pertama, biasanya ada sesuatu yang membuat kita suka dan sebaliknya, ilfil dengan seseorang. Lain ceritanya kalau memang sudah dalam tahap hubungan serius, saya ngerti kalau logika sudah tidak bisa dipercayaSoal masalah pendeskripsian fisik Travis yang terlalu gampang, saya sepakat sama teman-teman yang lain.
  2. Ignorant Mother? Ini mungkin perasaan saya saja, tapi saya merasa peran mama Bianca di dalam buku ini hanya sebagai plot device terutama untuk bagian pendahuluan. Jujur saja, saya masih inget pertanyaan Biondy untuk GA buku ini, yaitu apakah kamu pernah punya teman yang mulutnya setajam Bianca (kurang-lebih)? jawaban saya, "sejauh ini kalaupun kenal tapi tidak separah Bianca dan bukan teman dekat, malah mungkin sayalah yang kalau lagi marah mulut saya bisa tajam seperti Bianca, karena dari dalam, emosi saya ini cenderung meledak-ledak dan tipe yang forgive but not forget." Tenang, saya sudah belajar untuk mengontrol emosi. Oke, balik ke peran seorang mama dalam pembentukan karaker anak. Tapi mamanya Bianca ini apa tidak pernah menegur anaknya untuk lebih menjaga lidahnya? yang saya tangkap cuma Anne saja yang suka menasehati Bianca soal itu, Karena jujur, mama saya saja selalu ingetin saya untuk jangan galak dan hati-hati kalau berbicara, nanti orang bisa tersinggung dan sakit hati. Oke, saya stop curhat di sini. Kan mamanya pasti tahu perlakuan Bianca sama mboknya di rumah, tegur dan omelin donk anaknya supaya bisa lebih jaga ucapan. Saya berharap lebih ada unsur hubungan ibu-anak di sini. 
  3. Balik ke point nomor 1, kadang kala saat saya lagi asyik masuk ke konflik keluarga, macam kejadian Bianca saat ketemu sama papanya di bonbin, tiba-tiba konflik itu berakhir cepat dan meluap begitu saja, lalu secara kebetulan bisa ada Travis, yang menurut saya malah bikin tensi turun. 
  4. When Bianca met Irina. Saya merasa agak janggal baik secara situasi maupun faktor kekerabatan dalam keluarga Bianca. Aneh saja bagi saya kalau Bianca tidak tahu siapa Irina, mengingat mereka itu kan.... dan apakah hal ini karena mamanya terlalu ignorant  untuk menjelaskan pada Bianca? Trus reaksi Bianca saat ketemu Irina, kalau saya mungkin pertama tanya sama Irina dan kalau belum ada jawaban, saya nggak akan push Irina, tapi saya akan tanyakan langsung ke orang rumah, "Ini siapa?" Tapi sekali lagi, saya dan Bianca kan berbeda, tentu reaksi saya dan dia terhadap orang asing berbeda. 
  5. Kalimat metafora/hiperbolis yang justru mengacaukan feel. Di halaman 197, harusnya kan feelnya sedih, cuma gara-gara kalimat, "air mataku seperti air bah yang mengalir tanpa henti," saya malah pengin ketawa.  
Notable Quote : 
"Aku tidak pernah memikirkan perasaan orang-orang yang kubentak karena aku merasa akulah yang benar." ~hal.171

Sampai sini dulu, sebenarnya buku ini mau saya sertakan untuk Posbar anak-anak BBI sebagai baca bareng bertema buku penulis baru atau debut yang memang menjadi tema untuk bulan Oktober. Cuma berhubung buku selanjutnya Orinthia akan segera keluar, mungkin sudah tidak termasuk kategori debut penulis baru yah :P

8 komentar:

  1. wah, bukunya dibaca juga :D btw ini burung Twitter agak ganggu deh =_=
    nutupin ketikan komen mulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya emang si burung biru itu kepo, kemana pun kita ketik, pasti ikut. Mau kuganti kok.

      Hapus
  2. Linaa, makasih reviewnya yaa *peluk*
    Semua masukannya bagus, bakal aku inget waktu nulis buku berikutnya nanti...
    Aduh aku nulis ini sambil ditutupin si burung kotaknya =))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. si burung biru akan segera dilepaskan dari sangkarnya :D

      Hapus
  3. Maap yah, tapi saya ngga percaya cinta pada pandangan pertama, biasanya ada sesuatu yang membuat kita suka dan sebaliknya, ilfil dengan seseorang

    dimaafkan kok, Linaa :)) *lho, bukannya komen soal bukunya yaa :D *

    BalasHapus
    Balasan
    1. makanya saya kebanyakan curcol saat ngeripiu.

      Hapus
  4. aku jadi salah fokus, cari2 burung biru yg dimaksud mana sih #eh
    aku juga tadinya gak gitu suka sama teenlit, tapi baca tulisan kak orin bagus deh, walau emang ada beberapa yang aku gak suka juga sih. still, masih lebih fun daripada yang lainnya :p
    pinjem dong, kak! #tetep
    huahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah dilepas itu burung biru tweetynya chei.
      Iya, penuturan Orin udah enak kok
      Mau pinjem? makanya datang kopdar #galak

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...