Rabu, 18 Desember 2013

MOVIE REVIEW: EUFORIA NONTON BARENG THE HOBBIT: THE DESOLATION OF SMAUG

Akhirnya salah satu film yang saya tunggu-tunggu di tahun 2013 datang juga. Sejak saya baca buku The Hobbit, rasanya saya jadi ikut-ikutan ter-Hobbit juga. Karena itu saat tahu kalau Eorlingas ID (komunitas penggemar buku-buku karya Prof. Tolkien) mengadakan nobar, maka tanpa ragu saya pun tertarik untuk mendaftar. Hitung-hitung mencoba seperti apa sih rasanya nonton bareng dengan suatu komunitas penggemar.


Sebelumnya, saya beritahukan dulu, saya tidak akan membahas mengenai cerita film terlalu banyak, saya lebih akan membahas apa yang saya rasanya dari nobar dan juga filmnya. Kalau mau tahu mengenai cerita The Hobbit, silakan cek review Ren yang juga lengkap membahas point-pointnya. 

Saya akan membahas beberapa hal yang saya rasa kurang dari nobar ini dahulu. Pertama, jarak. Saya tahu, bioskop IMAX baru ada 2 di Jakarta, yang 1 di Jakarta Selatan yaitu di Gancit (Gandaria City) yang jaraknya amit-amit jauhnya dari rumah saya dan satunya lagi ke Jakarta Utara, yaitu di Mal Kelapa Gading, yang boleh dibilang dekat dengan rumah saya (Sunter). Sayangnya nobar dilaksanakan di Gancit, jadi, sejak jam 8 pagi, saya sudah berangkat dari rumah karena saya belum pernah ke Gancit sebelumnya jadi saya memutuskan lebih baik kepagian daripada terlambat akibat nyasar. Untungnya perjalanan saya dengan bus Trans Jakarta berlangsung mulus tanpa macet (saya naik dari Halte Sunter SMP 140, transit di Kota, lalu Harmoni dan naik ke arah Lebak Bulus) dan bus pun relatif sepi dengan AC yang dingin dan banyak kursi kosong. Jam 10 lewat beberapa menit, saya sudah tiba di Gancit. Tapi ternyata bioskop belum dibuka, dan saya pun memutuskan untuk makan dulu. Selesai makan, saya mendaftar ulang sekalian mengambil tiket.


Sebelum lanjut, saya berharap, untuk nobar berikut, panitia menyelenggarakannya di tempat yang lebih sentral atau pusat. Misal di Mal Grand Indonesia. Menurut saya, tidak perlu IMAX, 3D biasa juga cukup. Dan Blitz Megaplex mempunyai kualitas cukup baik untuk layar 3D. BTW, saya bukan orang Blitz lho, hanya saja Gancit ini menurut saya letaknya kurang strategis. Lain bila halnya film tersebut tidak beredar di jaringan bioskop Blitz, macam The Hunger Games. Yah, pokoknya XXI atau Blitz, sama saja, asal letaknya di tengah-tengah Jakarta. Tapi saya setuju kalau di Kelapa Gading.

Sambil menunggu film dimulai, saya coba hubungi anak-anak BBI yang juga ikutan nobar (hanya 2 sih, yaitu Ren dan Zelie). Ren datang lebih dahulu bersama sang suami, rupanya Ren juga sempat kesulitan mencari letak Gancit (tuh benar kan letak Gancit kurang strategis, karena Ren saja yang berdomisili di Jaksel susah cari Gancit). Sekitar jam 12-an, para penonton mulai memasuki teater IMAX. Tapi sebelum film mulai, ada sedikit game dan kuis dari panitia untuk para penonton. Sayangnya karena diburu waktu, games yang semula bermaksud tebak-tebakan seputar komunitas eorlingas dan The Hobbit, malah berubah jadi games "siapa cepat dia dapat". Sayang saya kurang cepat berdiri, jadi gagal deh dapat hadiahnya. Tapi untunglah, Ren, yang duduk 1 baris di atas saya berhasil dapat suvenir dan voucher. Hehehehe. Saya sempat berpikir kalau Zelie tidak jadi datang, karena hingga pintu bioskop dibuka, saya tidak melihat batang hidungnya sama sekali. Ternyata Zelie datang pas film akan dimulai (untunglah Chei, kamu gak telat, eh Chei datang sama siapa tuh? #kepo). BTW, Zelie yang rumahnya di Tangerang juga perlu waktu 2 jam untuk ke Gancit. 

Jadi nobar bareng komunitas itu, pastinya ada:

1. Cosplay.

Menurut saya yang paling ribet tuh yang cosplay Thranduil

2. Dapat goody bag yang berisi merchandise The Hobbit 

Poster film, sticker, kipas, tali HP/name tag, majalah dari sponsor dan miniatur kertas Gandalf

3. Ketemu teman BBI sesama penggemar The Hobbit (#eaaaa yang ini, saya akui numpang narsis)
Saya, Zelie dan Ren

4. Tepuk tangan dari para fans saat film dimulai dan karakter-karakter idola mereka tampil di layar. Ini mungkin tidak akan saya temui, kalau saya nonton hanya bersama-sama penonton biasa (bukan fans). Dan itulah serunya melakukan sesuatu bersama komunitas. 

About The Movie (warning, there are some spoilers).

Saya memang bilang, kalau saya tidak akan bahas cerita film, tapi saya tetap akan membahas beberapa point yang saya rasakan tentang filmnya:
  1. Legolas, kyaaa Legolas. Ia saya memang fangirlnya Legolas. Walau senang dengan kemunculannya, tapi di satu sisi berasa agak aneh melihat karakter Legolas di trilogi LOTR yang baik hati, ramah dan tidak sombong itu menjadi dingin, haus darah dan jutek (cemberut melulu) dalam The Hobbit. Yah, dengan kata lain saya merindukan karakter Legolas dalam LOTR. Mungkin penjelasannya bakal ada dalam The Hobbit 3: There and Back Again. #1tahunlagi
  2. Tauriel. Saya suka Tauriel tapi saya sependapat dengan Ren yang merasa terganggu dengan plot cerita Tauriel yang mirip drama cinta segitiga dalam YA movie yang melibatkan Kili-Tauriel-Legolas yang membuat beberapa adegan jadi yah cheesy. BTW, dalam hal ini saya team Kili (the sexy dwarf). 
     
  3. Thranduil. Ini bapaknya Legolas yang memang seperti kara Ren, tampak flamboyan atau pesolek. Meski Lee Pace sudah cocok memerankannya, tapi kalau saya pikir-pikir, Tom Hiddleston juga bakal cocok jadi Thranduil (kenapa yah, buntut-buntutnya, saya selalu gak jauh-jauh dari Tom Hiddleston). Tapi memang Thranduil berbeda dengan, Elrond yang terlihat cerdas dan bijak. 

  4. Bahkan riasan make-up tidak dapat menyembunyikan umur Orlando Bloom yang semakin bertambah tua dibanding dengan LOTR. 
  5. Kiri (Legolas dalamThe Hobbit) vs Kanan ( Legolas dalam LOTR)
Terlepas dari beberapa hal yang terasa mengganjal dalam film The Hobbit: Desolation of Smaug. Saya cukup menikmati filmnya. Dibanding prekuelnya, The Desolation of Smaug lebih full action dan terasa cepat. Saya rasa untuk film ketiganya, There and Back Again, juga akan full action karena bagi yang sudah membaca bukunya, tentu tahu kalau klimaks film akan penuh dengan adegan peperangan. 

Sekian review lebay ala saya. 

2 komentar:

  1. lhaa.. hobbit ini ternyata dibuat jadi trilogi juga toh?!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, ndah. Beritanya udah lama kok, sejak film pertama. Biasalh, karena punya basis fans yg kuat, jadi komersil dengan dibuat trilogi.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...