Jumat, 02 Mei 2014

THE NIGHT CIRCUS: VERY RICH IN DESCRIPTION BUT POOR IN STORYLINE

Judul: The Night Circus
Pengarang: Erin Morgenstern
Penerbit: Mizan Fantasi (Mizan Grup)
Penerjemah: Berliani Mantili Nugrahani
Penyunting: Prisca Primasari
Proofreader: Emi Kusmiati
Desain sampul: Windu Tampan
Jumlah Halaman: 610 Halaman
Cetakan 1, Januari 2013
Segmen: Dewasa
Genre: Fantasi, Magical Realism
Harga: 57.400 (diskon 30% darr Rp 82.000)
Rate: ★★★½


Le Cirque des Reves bukanlah sirkus biasa. Sirkus itu sangat misterius. Warna tendanya hitam dan putih, begitu pula suasana di dalam tenda sirkus yang semuanya serba hitam dan putih. Tidak ada penonton yang tahu kapan sirkus akan datang. Kemunculan sirkus selalu mendadak dan tiba-tiba. Selain itu sirkus hanya dibuka pada malam hari hingga subuh. 

Namun yang paling menakjubkan adalah setiap pertunjukkan yang ditampilkan oleh sirkus terasa begitu ajaib seolah semua ilusi dalam sirkus adalah nyata. Jubah-jubah yang bisa berubah menjadi burung merpati, taman es lengkap dengan salju-saljunya, labirin awan yang lembut, dan api unggun yang bisa berganti warna hingga 12 kali. 

Namun sesungguhnya sirkus malam bukanlah sekedar trik sulap, karena sihir sungguhan terlibat di sana dan sirkus tersebut juga merupakan tempat bagi 2 pesulap untuk saling bertarung. Jadi bagaimana pertarungan mereka?

Salah satu buku yang membacanya terasa melelahkan. 

Saya mulai dari apa yang saya tidak suka dahulu yah:

  1. Deskripsi sirkusnya terlalu mendetil. Saya suka detil tapi kalau terlalu berlebihan jadinya malah membosankan. Bintang utama buku ini bukanlah pada karakter-karakter dalam cerita tapi pada sirkus itu sendiri. Dan pengarang sukses dalam melukiskan ilustrasi keajaiban, kemegahan, kemisteriusan sirkus melalui kata-kata yang terangkai dalam prosa yang mengalir indah.  
  2. Plotnya maju-mundur dan cenderung lambat. Untuk beberapa pembaca plot seperti ini bisa membingungkan. Jadi setiap bab, tanggal dan tahunnya itu berbeda, bisa lebih maju atau lebih mundur dengan sudut pandang orang ketiga yang saling berganti-ganti juga.
  3. Karakter-karakternya hanya sekedar oke dan terasa datar. Pengarang sukses menjadikan karakter utama dalam buku ini hanya Sirkus Malam itu sendiri. Buku ini memiliki banyak karakter dan terkadang saya bertanya-tanya sebenarnya apa fungsi dari karakter-karakter ini bagi cerita, karena beberapa karakter hanya berakhir sebagai tempelan atau pemanis dalam cerita. Karena itu saya tidak merasakan adanya koneksi emosi dengan satu tokoh pun dalam cerita ini. 
  4. Romancenya hambar dan maksa. Tapi seharusnya saya tidak boleh protes, karena buku ini memang bukan romens. Walau ada lebih dari 1000 netizens di goodreads yang memasukkan romens sebagai genre buku ini. Tapi bukan, romens dalam buku ini hanya sekedar bumbu dalam cerita. Sayangnya sebagai bumbu pun, romensnya  gagal untuk menyedapkan rasa. Saya memang bukan yang percaya sama cinta pada pandangan pertama atau intaslove (kalau suka pada pandangan pertama mungkin saya percaya, nah untuk berkembang jadi cinta kan butuh proses). Tapi balik ke soal karakter yang mungkin saya kurang suka juga yang memengaruhi saya tidak suka sama kisah romensnya.
  5. Dan ini mungkin yang paling saya tidak suka, warning, may contain spoiler yaitu miskinnya isi cerita untuk buku setebal 610 halaman. Seandainya saya ditanya, apa isi cerita The Night Circus? Maka saya hanya bisa menjawab, tentang sirkus yang ajaib. Terus di sirkus itu ada bla-bla-bla. Jangan tertipu dengan konflik pertarungan atau duel antara 2 pesulap yang sempat disinggung dalam sinopsis, karena sebenarnya tidak ada pertarungan. Dan masalah duelnya pun hanya sekedar tempelan saja. Tidak dijelaskan sama sekali asal muasal kenapa Marco dan Celia harus saling bertarung. 
Ada kritik yang membandingkan buku ini dengan Harry Potter, namun saya sama sekali tidak setuju. Karena cerita dalam Harry Potter itu kaya, bukan hanya kaya unsur sihir, tapi terasa kaya karena isi cerita dan karakternya sendiri bisa membuat pembaca merasakan emosi saat membacanya. Sedangkan buku ini, saya merasa datar saja sepanjang membacanya.

Terus apa kelebihan buku ini?

Mungkin kelebihan buku ini juga menjadi kekurangan buku ini. Kelebihan buku seperti yang telah saya tuliskan di judul, yaitu ada pada deskripsinya yang luar biasa detil dan juga narasinya yang indah dan puitis. Setiap kata-kata ibarat sebuah kisah dongeng yang dituturkan langsung oleh sang penulis ke telinga Anda.

Namun ini mungkin balik keselera masing-masing pembaca. Bila Anda adalah pembaca yang tidak sabaran dan lebih suka dengan konten cerita yang kuat, karakter-karakter well-develop yang bisa membuat Anda ikut larut dalam emosi mereka, maka saya tidak menyarankan Anda untuk membaca buku ini.

Sebaliknya, apabila Anda senang berimajinasi dengan deskripsi, menyukai kedetilan dalam narasi, menyukai gaya bahasa ala dongeng, maka saya akan menyarankan Anda untuk membaca buku ini.

Saya pribadi termasuk golongan pertama. Kalau saja buku ini dikemas ala Hugo Cabret yang penuh dengan gambar, mungkin saya bisa kasih rating lebih tinggi secara saya ini orang visual.

The Movie Adaptation

Meskipun saya tidak terlalu suka dengan buku ini, namun saya mendukung bila buku ini dibuat film. Karena film berarti visual. Dan deskripsi yang detil dan kaya justru akan sangat cantik bila divisualisasikan.

Untuk aktrisnya sendiri, selama membaca buku ini, saya selalu membayangkan aktris cantik Lily Collins sebagai Celia Bowen. Dengan rambut gelap, kulit putih cerah, dan juga bentuk dagu yang kecil, Lili sangat cocok memerankan sang ilusionis yang berwajah seperti anak-anak namun memiliki pesona misterius yang dewasa.


Untuk pemeran Marco Alisdair, saya memilih aktor Inggris Max Irons. Tinggi, tampan dan tampak arogan, cocoklah untuk pemeran Marco.


Nah, satu lagi William Moseley cocok untuk memerankan Bailey yang polos dan kalem.


Sedangkan Rachel Hurd-Wood dan Rupert Grint bisa menjadi si kembar Poppet dan Widget, mereka berdua cocok dengan rambut merah. 


Satu hal lagi yang saya sesalkan adalah saya membeli buku ini terlalu awal, karena sekarang buku ini diobral dengan harga Rp 30.000 #yangsudahberlalubiarkanlahberlalu

Cover, saya cukup suka dengan cover terjemahannya yang bernuansa merah, sehingga membuat sirkus terkesan meriah alih-alih ajaib dan misterius, namun mungkin cover akan lebih cocok dengan cerita bila berlatar belakang hitam, sama seperti buku aslinya. 

Tapi kalau ada 1 hal yang harus saya acungi jempol untuk buku ini adalah terjemahannya yang bagus. Mbak Berliani berhasil membuat saya menobatkannya sebagai salah satu penerjemah favorit saya.

Review ini juga untuk RC:

4 komentar:

  1. selamat yaaa.. akhirnya berhasil juga menyelesaikan membaca buku ini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, iya lega pas nutup ini buku. Wew

      Hapus
  2. Sy justru suka dgn deskripsinya yg mendetail. Dan untuk alasan pertarungan marco n celia ada ceritanya di bab awal. Tp memang alurnya yg lompat2 itu bikin pusing sih. Overall mnrt sy ini buku yg cantik hehe,,
    Btw, salken ya, spt.ny genre kesukaan qta sama =)

    BalasHapus
  3. Cuma orang bego yg bilang novel ini ngga bagus

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...