Sabtu, 14 November 2015

THE RUNAWAY KING: SULITNYA MENJADI SEORANG RAJA

Judul Buku: The Runaway King (Raja Yang Minggat)
Pengarang: Jennifer A. Nielsen
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Cindy Kristanto
Jumlah halaman: 376 halaman
Cetakan 1, Juni 2014
ISBN: 978-602-03-0484
Segmen: Remaja
Genre: High fantasy, historical fantasy
Harga: Rp 80.000
Rate: ★★★★

"Apa artinya memperoleh kedamaian jika hal itu membuat kami kehilangan kebebasan?"


Sekarang Jaron telah kembali ke istana dan menjadi Raja Carthya, namun ternyata masalah besar telah menunggu. Masalah yang menyangkut keberlangsungan Kerajaan Carthya. Di perbatasan, telah tersiar kabar bahwa Avenia dan para bajak laut tengah bersiap untuk menyerang Carthya. Bahkan usaha percobaan pembunuhan terhadap Raja Jaron pun terjadi sebagai peringatan bahwa ancaman mereka serius. 

Selain dari para negara tetangga, ancaman lain juga datang dari dalam kerajaan Jaron sendiri, karena para Regen tidak ingin Jaron duduk di takhta dan menganggap Jaron masih terlalu muda untuk menjadi seorang Raja. Mereka ingin mengangkat seorang wali hingga Jaron dianggap cukup umur untuk menjadi Raja yang memimpin Carthya. 

Perang adalah satu-satunya jalan untuk menjaga Carthya tetap berdaulat, namun di sisi lain, perang juga akan membuat rakyat menderita. Selain itu, Carthya juga tidak mempunyai cukup tentara yang kuat untuk menghadapi gempuran pasukan Avenia dan para bajak laut yang lebih banyak jumlahnya dan juga lebih kuat. 

Apa yang harus dilakukan Jaron untuk melindungi kerajaan dan rakyatnya? Apakah sebaiknya ia lari dan bersembunyi seperti yang para Regennya sarankan? Namun Jaron tahu, apapun pilihannya tidak ada yang mudah dan ia harus menghadapi langsung setiap resikonya. 

Kesan saya:

Saya suka dengan buku bergenre sejarah dan fantasi ini. Rasanya seperti membaca versi remaja dari The Game of Thrones. Meski buku ini berlabel fantasi karena mengambil setting kerajaan antah berantah, namun konflik-konflik khas kerajaannya terasa sangat nyata. Saya seolah seperti belajar politik dan intrik-intrik dalam cerita kerajaan. 

Saya suka bagaimana penulis menggambarkan karakter Jaron yang jahil, cerdik, namun juga berpikiran dewasa dan meski tindakannya penuh resiko, namun ia juga mempunyai hati seorang ksatria. Tapi jangan salah, Jaron tidak termasuk karakter yang baik atau menyenangkan, sebaliknya Jaron itu tingkahnya luar biasa mengesalkan. Saya sendiri lebih menganggap Jaron sebagai karakter anti-hero atau abu-abu. 

Ceritanya sendiri terasa banget feel petualangannya. Seperti saat Jaron melarikan diri untuk bertemu kawanan perompak dan bajak laut. Terlepas dari mulut Jaron yang suka nyablak, saya menyukai karakternya yang pemberani dan cerdik dalam memanfaatkan situasi. 

Moral dalam ceritapun cukup kuat, bahwa seorang Raja harus berkorban demi kepentingan negara dan rakyatnya serta mengesampingkan keinginan pribadinya. Dan yang membuat seseorang menjadi Raja sejati, bukan karena status atau keturunannya saja, namun karena tindakan dan perbuatannya. Hal lain yang bikin seru adalah twistnya, bahkan hingga bagian akhirnya yang membuat saya mencelos karena terjemahannya belum ada (semoga Gramedia tetap melanjutkan terjemahan bukunya). 

Bila ada yang kurang dalam buku ini, hal itu ada pada karakter pendamping. Buku ini punya banyak karakter pendamping yang cukup menarik, seperti Mott yang setia, Harlowe yang bijaksana, Imogen dan Amarinda yang baik hati, Tobias yang rajin dan cerdas, bahkan dari pihak antagonis atau penjahat pun mempunyai karakter yang menarik. Hanya saja kelemahan dari narasi dengan sudut pandang orang pertama membuat porsi dan pikiran karakter pendamping sangat terbatas dalam cerita. 

Saya merekomendasikan buku ini bagi mereka yang menyukai cerita mengenai kisah-kisah dalam istana dan kerajaan. Apabila Anda suka membaca buku-buku J.R.R Tolkien atau buku-buku seperti The Game of Thrones, namun ingin cerita yang lebih sederhana, saya sangat menyarankan untuk membaca serial Takhta ini. 

Bila Anda bingung, mengapa buku ini saya kasih label High Fantasy, sementara dalam ceritanya tidak ada sihir maupun naga, hal itu karena setting buku ini yang mengambil kisah kerajaan antah berantah atau lokasi yang tidak terdapat dalam dunia kita. Dan konflik serta politik dalam cerita, membuat kisah fantasi ini menjadi tinggi/high

Untuk terjemahan cukup bagus, karena saya merasa cerita mengalir dengan baik. Walau saya rasa, mungkin judul terjemahannya akan lebih enak bila diganti "Kaburnya Sang Raja" daripada "Raja Yang Minggat", namun ini hanya saran. 

Reviewed by:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...