Rabu, 03 Februari 2016

THINGS ABOUT GROWING UP CHINESE

Judul: Things About Growing Up Chinese
Pengarang: Chyntia Yanetha
Penerbit: Haru
Jumlah halaman: 108 halaman
ISBN: 978-602-7742-734
Cetakan 1, Januari 2016
Segmen: Semua umur
Genre: Buku ilustrasi, komik. 


Pertama kali dengar buku ini, saya langsung tertarik walau saya belum ngeh kalau ini adalah sebuah buku ilustrasi. Setelah lebih banyak promo mengenai buku ini, saya baru sadar ini buku ilustrasi. 

Sempat bimbang, karena buku ilustrasi ada kemungkinan tidak ada "isi"nya dan lebih sekedar kumpulan gambar-gambar saja. Tapi berhubung saya sangat penasaran, saya putuskan untuk tetap membelinya. Harganya cukup mahal Rp 81.000. Tapi karena saya belinya buku Pre Order, harganya didiskon 30%.

Buku ini terbit sekitar pertengahan Januari. Pertama kali melihat desain sampul dan judulnya, saya langsung tahu kalau buku ini memang sengaja diterbitkan menyambut hari raya Imlek (saya pribadi lebih suka menyebut sincia). Sebagai China atau Tionghua, sebenarnya saya tidak merasa ada hal-hal khusus atau istimewa yang saya rasakan sebagai China Ciao Sen (lahir di perantauan). Selain itu saya selalu merasa sebagai Tionghua abal-abal, karena keluarga saya jarang ada yang bisa berbahasa Mandarin atau "Khek". Cuma Papa saya saja yang masih bisa berbahasa Mandarin dan Khek juga mengerti mengerti aksara China.


Mungkin saya beli buku ini tidak semata untuk nostalgia (seperti yang saya bilang, saya tidak merasa ada yang spesial dengan hal-hal khas China), mungkin sebagian besar untuk membandingkan apakah hal-hal saat saya tumbuh dewasa sama dengan sebagian besar China lainnya. BTW kok judul buku ini dalam bahasa Inggris ya?

Obat Masa Kecilku



Nin Jiom Pei Pa Koa. Saya waktu kecil lebih akrab dengan obat-obatan warung atau obat generik daripada obat-obatan China, ortu saya pun tidak pernah menggunakan obat ini. Obat batuk cap ibu dan anak baru saya tahu saat SMU, rekomendasi dari seorang teman saat saya kena batuk berdahak. Eniwei saya suka obat batuk cap ibu dan anak. Sebab rasanya enak (karena mengandung madu) dan formulanya pun tergolong ringan karena berbahan herbal. Dan yang terpenting cocok untuk saya. Akhir-akhir ini saya selalu menyimpan obat batuk cap ibu dan anak di rumah, karena saya rentan kena radang tenggorokan dan obat batuk macam Act*fed dan sejenisnya kadang terlalu keras untuk saya.

Po Chai Pills. Kalau ini andalan Papa saya kalau masuk angin dan obat ini juga rutin dibeli untuk persediaan di rumah kalau ada yang sakit perut. Hehehe.

Tiger Balm. Balsam cap harimau. Dulu sih, Emak (nenek) dan Om saya suka pakai. Tapi keluarga saya sendiri jarang memakai Tiger Balm ini walau di rumah punya. Mungkin karena memakai balsam itu kesannya kayak orang-orang tua jaman dulu.

I have 3 of them.
Ya, saya juga punya beberapa obat di atas dan bukan obat masa kecil, karena sampai sekarang masih sering digunakan saat butuh.

Untuk obat luka, minyak angin dan obat sariawan, saya tidak punya dan di rumah pun tidak simpan. Tapi obat sariawan saya mirip sih sama Chen Sie Lung, meski mereknya Sanjin Watermelon Frost. Untuk minyak angin, dari dulu keluarga saya lebih suka memakai minyak angin Cap Kapak. 

Saya tidak bisa memakai sumpit

Oke saya penasaran, dan saya ingin bertanya kepada yang bukan China. Kalau makan mie dan sejenisnya, biasa pakai garpu atau sumpit? Saya kalau makan bakmi, kweatiau atau bihun biasa pakai sumpit, tapi mungkin kalau lihat cara saya pegang sumpit itu, tidak bisa dibilang benar. Untungnya orang rumah tipe cuek dan saya tidak pernah ditegur karena hal ini. Tapi kalau disuruh pilih antara memakai sumpit kayu langsung buang (waribashi) atau garpu, bisa dipastikan saya lebih baik pakai garpu. Tapi jujur, makan bakmi ayam memang lebih enak pakai sumpit. 



Serial TV Yang Menemaniku Tumbuh



Sebenarnya waktu kecil, serial yang menemani saya tumbuh itu lebih banyak anime Jepang daripada serial-serial silat. Tapi serial silat juga salah satu bagian dari hal-hal yang ikut menghibur saya semasa kecil dan mengikuti serial silat itu persis main game RPG. Dari 5 serial TV di atas, cuma Pendekar Harum yang saya tidak tonton (serius), karena jamnya bentrok dengan jadwal les matematika-fisika saya. Film-film Boboho pun yang saya tonton cuma 3-4 film. Kalau Ular Putih, Sun Go Kong (Journey To The West) & Return of The Condor Heroes ini memang rutin saya tonton. Dan menurut saya nyaris semua orang (tidak peduli etnis) banyak yang suka serial-serial di atas karena memang ceritanya bagus dan lagu-lagunya juga enak di telinga. Bahkan saya punya teman orang Batak waktu SMU yang bercerita serial TV favorit ayahnya adalah Judge Bao (Hakim Bao) karena suka melihat caranya kalau sudah menyangkut keadilan.


Tapi kalau ditanya apa serial silat jadul favorit saya, maka jawabnya adalah Princess Cheung Ping buatan TVB Hong Kong. Hehehe pasti banyak yang pada nggak tahu.

Lagu tentang Ibu dan Teresa Teng





Lagu tentang ibu. Percaya tidak, kalau saya baru dengar lagu itu saat dewasa. Jadi saya kurang familiar sama lagu Shi Shang Zhi You Ma Ma Hao, mungkin karena Mama saya orang Tangerang (Tionghua Benteng). Jadi kurang paham sama lagu-lagu yang pakai bahasa Mandarin.

Teresa Teng. Kalau Teresa Teng, saya sangat familiar dengan lagu-lagunya karena Papa saya penggemar penyanyi pop Mandarin asal Taiwan ini. Papa bahkan punya laser disc original (itu lho piringan besar sebelum ada VCD) khusus untuk karaoke lagu-lagu Teresa Teng.

Suka Menimbun Barang Yang Dianggap Masih Berguna





Ini salah satu ilustrasi yang menggambarkan kalau orang Tionghua itu penimbun. Kalau ini sebenarnya balik ke pribadi masing-masing, meski secara umum ada benarnya, Tapi orang tua saya itu sebaliknya, paling nggak suka menimbun barang bekas pakai. Kecuali kantong plastik bekas ukuran besar (yang memang ditimbun untuk dibuang juga, karena pada akhirnya dipakai sebagai kantong sampah). Kalau wadah plastik bekas makanan yang dibawa pulang tergantung wadahnya. Kalau wadah plastiknya bagus, biasa disimpan tapi kalau jelek langsung dibuang. Kalau tali rafiah, keluarga saya tidak pernah menyimpan tali rafiah bekas.

Untuk tempat bekas makanan yang suka diganti peruntukkan menjadi tempat menyimpan makanan atau benda lain, saya kira banyak yang begitu. Hehehe. Terutama kalau tempat bekas makanannya tergolong bagus. Seperti foto di bawah, kaleng bekas biskuit pun beralih fungsi menjadi kaleng kerupuk dan botol bekas obat batuk menjadi stoples permen




Remote Higienis

Kalau remote, saya akui sama. Semua remote di rumah memang dilapisi plastik dan plastiknya ngga pernah dibersihkan, hehehe. Tapi nggak tunggu sobek sih, kalau kotor dan kucel biasa ganti plastik baru.


Perayaan Tahun Baru Imlek



Setahu saya, dari semua tradisi China, yang selalu diikuti oleh setiap orang Tionghua apa pun agama yang mereka anut itu Tahun Baru Imlek. Meskipun banyak orang Tionghua yang sudah tidak menganut agama leluhur, namun Imlek itu ibarat lebaran bagi etnis Tionghua, satu hari untuk saling bersilaturahmi ke keluarga besar dan kerabat. Bedanya kalau sudah tidak menganut agama leluhur, paling meniadakan ritual sembahyang saja. Selebihnya saling berkunjung ke rumah orang tua dan saudara. Biasanya yang muda mengunjungi yang tua.


Idola


Secara pribadi saya tidak pernah mengidolakan seorang Asian pop star sampai tergila-gila. Memang ada saatnya saya menyukai mereka yaitu saat SD dan SMP. Namun saat umur lebih tua, saya lebih suka para idola western macam BSB, Boyzone dan Westlife. Namun meski suka, saya tidak sampai mengikuti setiap perkembangan para idola tersebut. Hal paling ngefans yang saya lakukan hanya sebatas membeli majalah-majalah Asian Pop (dulu ada Pesona) dan mengumpulkan poster-poster mereka. Saya dulu ada kertas surat Jimmy Lin dan punya beberapa poster Takeshi Kaneshiro, Aaron Kwok serta Andy Lau (yang semuanya saya buang saat kuliah) karena kotor.


Untuk Jay Chou dan Wang Lee Hom dan para diva-diva seangkatan. Jujur, saya tidak ngefans mereka semua dan suka hanya sebatas lagu. Itu pun tidak banyak dan untuk musik saya lebih suka Jay Chou.


Untuk F4, saya rasa penggemar mereka general dan tidak terbatas pada kalangan tertentu saja. Seperti K-Pop, rasanya nyaris semua orang tahu siapa itu F4 dikala serial Meteor Garden sedang booming. 

BTW, tahukah kamu, nama barat mereka hanya digunakan untuk mempermudah fans luar negeri melafalkan nama mereka. Di negara mereka sendiri, mereka tidak mengenal nama barat.



Mitos dan Takhayul




Saya berharap, buku ini memberi konten tambahan berupa penjelasan saat menyangkut takhayul. Untuk sumpit memang tidak diperbolehkan menusuk vertikal ke mangkuk nasi, karena bentuknya jadi menyerupai dupa atau hio yang dibakar untuk sembahyang leluhur, karena itu disebut memberi makan arwah.  Kalau untuk payung di buku tidak dijelaskan dan saya coba tanyakan ke nyokap dan ternyata nyokap juga tidak tahu.  Saya harap ada penjelasan dari setiap mitos.


Jika 13 dianggap angka sial di negara-negara barat. Maka 4 dianggap angka sial di beberapa negara Asia Timur. Selain China, negara Jepang dan Korea juga tidak suka dengan angka 4 ini, alasannya juga sama yaitu mempunyai pelafalan bunyi yang mirip kata mati (shi). Sebaliknya angka 8 digemari, karena artinya beruntung, makmur, kaya raya, sejahtera. 

Beberapa halaman terakhir di isi dengan komik dan sedikit pembahasan sifat Shio




My Thought

Yah, saya tidak akan menambah gambar-gambar lagi karena bisa-bisa semua halaman saya bahas. Dan review saya sudah terlalu panjang untuk buku setebal 108 halaman :D

Buku ilustrasi Things About Growing Up Chinese ini sebenarnya lebih enak dibaca ramai-ramai untuk seru-seruan dan dibahas bersama-sama. Kalau untuk dibaca pribadi atau personal, saya jamin tidak sampai 30 menit pasti sudah selesai dan merasa beberapa isinya kelewat umum dan ringan. 

Yang saya merasa kurang di sini adalah konten. Seandainya bukunya lebih banyak penjelasan dan beberapa fakta umum seputar hal-hal saat tumbuh sebagai Tionghua, saya rasa akan lebih menarik. Tapi mengingat tujuan buku ini nostalgia (bukan budaya), mungkin konten yang ringan akan lebih mudah dimengerti. 

Saya akan tambahkan sedikit beberapa hal yang saya tahu mengenai Things About Growing Up Chinese versi saya:
  1. Petak Sembilan, di Pancoran Glodok itu adalah Pecinannya Jakarta. Kalau tidak suka keramaian, jangan pergi ke Petak Sembilan menjelang Imlek, dijamin jalan pun sulit. Sebelum kerusuhan Mei 1998 dan ITC Mangga 2 dibangun, saya sering menemani Mama ke Petak Sembilan untuk berbelanja. 
  2. Saat menjelang Imlek, perayaan silaturahmi paling terasa jika berada di daerah. Beberapa daerah  yang banyak China peranakan adalah Medan, Pontianak, Singkawang, dan Bangka. 
  3. Mereka yang masih punya keluarga besar yang tersebar di Pontianak, Singkawang, Medan dan Bangka, umumnya bisa berbahasa Hokkien, Khek atau Tio Chiu. Tapi kalau generasi muda atau yang sudah terlalu lama berada di Jakarta, biasanya sudah pada lupa dan tidak bisa sama sekali (seperti saya) dan juga ilustrasi komik di atas. 
  4. Adat Patriarki yang kuat. Sama seperti kebanyakan suku di Indonesia, kelahiran anak lelaki itu selalu dinanti dalam keluarga. Anak lelaki sering dianggap penerus keturunan dan pembawa keberuntungan. 
  5. Bagi sebagian besar orang Tionghua, anak adalah investasi (untuk merawat mereka di hari tua, dll). Makanya dulu ada ungkapan banyak anak banyak rezeki. Tentu hal ini sudah tidak relevan pada saat ini, mengingat biaya hidup serba mahal dan tidak ada jaminan anak akan terus peduli sama orang tua.
  6. Terkait angka 4 yang dipercaya sebagai angka sial, beberapa mal di Jakarta tidak mempunyai lantai 4. Yang saya tahu, 2 Mal dekat rumah saya seperti Mal Artha Gading dan Mangga 2 Square memang tidak mempunyai lantai 4. Jadi dari lantai 3 langsung lompat ke lantai 5. Kapan-kapan saya akan iseng-iseng cari tahu dengan Mal-Mal lain di Jakarta. 
Ilustrasi: Saya cukup puas dengan ilustrasi full colornya, tambah lagi kertasnya yang licin seperti kertas majalah. 
4 Roses for illustration

Konten: Yang kurang mungkin kontennya saja. Saya harap kontennya lebih banyak. Tidak masalah kalau kertasnya lebih tipis seperti kertas K-Toon Haru. Karena saya ini orangnya tipe curious yang butuh banyak informasi. 

2 Roses for content

Average: 4 roses + 2 roses : 2= 

BTW, dalam rangka menyambut Imlek, saya berencana akan mengadakan GA mengenai buku ini untuk 1 orang pemenang. Tunggu post selanjutnya :D

          Salam hangat,

1 komentar:

  1. Membaca resensi ini jadi teingat masa-masa dulu pas lagi in film-film mandarin. Boboho, Yoko, pendekar harum, kera sakti, siluman ular putih. Keinget banget pas masih kecil banget suka ikut nonton acara ini. hehh dan Meteor Garden yang sempat in banget dulu.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...