✮✮✮✮
Judul Buku : Assassin's Apprentice (Farseer Trilogy #1)
Pengarang : Robin Hobb
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
So, let me tell you a story :
Ada seorang anak haram hasil hubungan one night stand antara seorang pangeran yang bernama Chivalry dengan seorang wanita tak dikenal, dari hubungan itu lahirlah seorang bocah laki-laki. Saat umur 6 tahun, sang bocah dipisahkan dari ibunya dan dibawa secara paksa oleh sang kakek, karena sang kakek tidak mau lagi menanggung beban untuk membiayai kebutuhannya. Jadi si bocah kecil diserahkan kepada istana, tempat ayahnya seharusnya berada.
Namun karena status si bocah yang tidak sah alias berasal dari hasil hubungan gelap, maka semua orang hanya menganggapnya sebagai anak haram yang tak diinginkan. Fitz, begitulah si bocah akhirnya dipanggil dan selama menjalani kehidupan di istana, Fitz bekerja di istal (kandang kuda), mengurus binatang-binatang milik anggota kerajaan dan para bangsawan kastel dan selama itu pula dia mengalami berbagai macam penghinaan karena statusnya tersebut dan sebagian orang banyak yang membencinya karena iri hati dan sebagian lagi tidak suka karena menganggap keberadaan Fitz adalah sebuah ancaman bagi tahta kerajaan.
Hingga akhirnya, pada suatu hari diam-diam Raja Shrewd yang juga kakek Fitz memerintahkan seseorang untuk melatih Fitz sebagai pembunuh yang bertugas untuk membantu kerajaan mengatasi urusan-urusan rahasia demi kelangsungan kerajaan. Salah satunya adalah masalah serangan perompak yang tidak pernah selesai dan selalu menyerang desa-desa di wilayah Enam Duchy. Bagaimana cara Fitz bisa membantu kerajaan Enam Duchy mengatasi serangan-serangan perompak ganas yang semakin hari semakin mengancam keutuhan Enam Duchy?
Kesan saya :
Nnggg, saya rada bingung bikin ripiu buku ini, jadi saya rasa cukup segitu aja, silakan baca sendiri, oke.
*baiklah, baiklah, saya cuma bercanda*
Biasanya kalau saya kesulitan meripiu suatu buku, itu karena :
- Ceritanya sih benernya simpel cuma eksekusi plot-nya muter-muter
- Ceritanya terlalu rumit, jadi rada ribet bikin ripiunya
Saya baca buku ini sebagai additional challenge dari Fantasy Reading Challenge 2013 yaitu kategori high-fantasy. Cuma meskipun buku ini masuk ke kategori itu, sebenarnya tidak banyak fantasy dalam buku ini (no dragons, no fairy, no elf, no magic, well maybe the last one, kind of arguable, since "the magic" in this book is not using spell or elemental). Karena penekanan buku ini lebih ke politik seputar istana dan kerajaan. Jadinya untuk pembaca yang berharap fantasi super imajinatif yang bisa bikin terbayang-bayang, lupakanlah, hal semacam itu tidak ada di buku ini.
Tapi bagi saya, buku ini tetap memberikan banyak informasi dan referensi seputar dunia "high fantasy" hanya saja bukan dalam hal sihir dan mahluk-mahluk anehnya tapi dalam hal politik, taktik dan seni diplomasi. Yang menurut pendapat pribadi saya justru agak sering terabaikan dalam buku-buku high fantasy (*makanya baca high fantasinya jangan yang tipe YA melulu), karena itu saya memahami apabila action dalam buku ini terkesan kurang. Tambah lagi cara penulisan cerita yang mirip autobiografi, membuat pembaca jadi lambat memahami emosi tokoh utama, karena dia seperti menceritakan kisah masa lalunya daripada kejadian langsung, jadi kita mendapatkan pemikiran dan opini si tokoh utama tapi kita tidak mendapatkan feel dan emosi si tokoh utama, seolah-olah emosi Fitz ini invisible.
Trus balik ke judul, Assassin's Apprentice, sebelum baca buku ini, saya sempet ngira kalau tipe assassin dalam buku ini seperti yang ada di game-game, itu lho yang seperti ninja, kerjanya sangat mengandalkan kecepatan seperti menyusup, mengintai secara diam-diam lalu membunuh korbannya secara cepat sehingga si korban tidak sempat memberikan perlawanan. Tapi ternyata saya salah lagi, assassin di sini memang ada kalanya seperti itu tapi bukan bekerja dengan ninja style, namun lebih seperti mata-mata dan ahli racun (eh saya ngga sop iler kan). Nah buat saya pribadi, lumayan bisa tambah referensi dan buka wawasan kalau pembunuh yang disebut assassin itu nggak melulu harus main fisik dan kecepatan ala ninja walau intinya tetap sama, yaitu membunuh secara diam-diam.
Trus yang saya suka, pelatihan assassin dalam cerita ini juga bukan digambarkan melalui pelatihan fisik seperti cara memegang pisau atau melempar pisau tapi mengenai bagaimana membaca situasi, mengumpulkan informasi, dan mengambil kesimpulan. Jadi otak kita jadi ikut mikir juga khan.
Trus kurangnya buku ini :
- Boleh dibilang waktu selesai baca buku ini, saya berasa lega banget (kayak udah lama sakit perut dan akhirnya bisa keluar #perumpamaanlebay), karena ini termasuk buku yang tebal (532 halaman dan tulisannya pun padat dan agak kecil). Tapi bukan masalah teknis yang bikin buku ini kurang nyaman bacanya, namun seperti hal-nya Delirium, ada bagian-bagian yang terasa bertele-tele dan membuat saya harus mengeluarkan kesabaran ekstra plus tekad baja untuk tetap fokus supaya perhatian saya ngga teralihkan. Bagi saya lebih baik suatu cerita itu ngawur namun tetap bikin penasaran daripada membosankan dan ketebak. Untungnya masuk persiapan pernikahan dan kerajaan Gunung dan seterusnya, plot cukup menarik.
- That's all? itu adalah reaksi yang saya keluarkan kalau saya merasa ada sesuatu yang kurang dengan cara sebuah masalah diselesaikan. Dengan kata lain terlalu sepele dan kurang megah, padahal konfliknya udah megah dan menghabiskan lebih dari 40 % halaman buku, tapi eksekusi penyelesainnya dibuat terlalu gampang (okay I knew, save it for the sequel but still.....)
- Masih ngga ngerti soal Keahlian dan Kecerdasan, penjelasannya masih sangat kurang dan kurang jelas, well maybe for the sequel.... #sigh
- Karakterisasi yang kuat, terutama karakter antagonis. Jujur saja, jarang-jarang saya bisa ikutan emosi sama karakter antagonisnya dan si antagonis ini sukses bikin saya gemes dan seandainya bisa, pengen rasanya saya tampar bolak-balik. Mungkin karena selama ini karakter-karakter antagonis di YA yang saya baca walaupun jahat namun masih bekerlakuan cool jadinya ngga sampai bikin saya gemes dan emosi.
- Lesson about politic and diplomacy. Yah ini emang masalah selera, karena banyak juga yang ngga suka karena bikin ceritanya jadi terlalu serius, melelahkan dan kurang asyik. Tapi buat saya pribadi, selama setiap cerita bisa memberikan suatu inspirasi, mengapa tidak. Contohnya, "Lebih baik berani salah daripada berdiam diri" atau "Seorang pemimpin adalah pelayan rakyatnya, dan untuk itu harus benar-benar mengesampingkan kepentingannya".
- Peta di bagian awal buku lumayan membantu untuk orang visual macam saya, dan juga pendeskripsian detil tempat-tempat dan orang-orangnya. Saya selalu bayangkan kalau Enam Duchy itu penduduknya seperti orang-orang Italia dan Spanyol (berkulit gelap dan banyak yang berambut gelap), sedangkan Kerajaan Gunung mungkin seperti masyarakat Eropa Utara (macam Russia atau Inggris yang kulitnya lebih bule daripada masyarakat Eropa Selatan).
Sayangnya, saya hanya bisa pasrah soal sekuel buku ini, karena saya tidak yakin New Matahati akan menerbitkannya. #malasbacaebook jadilah saya yang penasaran plus ga sabaran ini akhirnya baca wiki dan langsung tau semua endingnya. #carapraktisgakpakerempong #hush #janganditiru
Arrgghh.. aku juga kesel banget kalo baca buku yang judulnya ada assasin tapi ga memperlihatkan kemampuan membunuhnya..
BalasHapusseperti throne of glass yang aku tunggu2 banget release bukunya, ternyata mengecewakan :(
nyari tau ending cerita lewat wiki? wahhh ide bagus tuh Lina. hehehehe...
hehehe, iya terutama kalau buku pertamanya bikin penasaran tapi malas bacanya dan cuma mau tau bagaimana akhirannya, maka tinggal bertanya sama mbak Wiki
BalasHapus