Minggu, 30 Juni 2013

WHERE THE MOUNTAIN MEETS THE MOON

✮✮✮✮✮
Judul Buku : Where The Mountain Meets The Moon (Tempat Gunung Berjumpa Rembulan)
Pengarang : Grace Lin
Penerbit : Atria
Jumlah Halaman : 266
Segmen : Anak-anak, Semua Umur
Genre : Fantasy, Mitologi Cina

Aku akan mengisahkan sebuah kisah tentang mengubah peruntungan padamu :

Tersebutlah ada satu desa miskin di kaki gunung Nirbuah. Dinamakan gunung Nirbuah, karena gunung itu sangat gersang dan tidak ada satu pun tanaman yang bisa tumbuh dan hidup di gunung tersebut maupun tanah sekitarnya. Karena itu sekeras apapun penduduk desa itu bekerja untuk menanam padi, hasil yang diperoleh tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka. Di desa itu hiduplah satu keluarga kecil yaitu Minli, Ma dan Pa (Ba). 

Sama seperti keluarga lain di desa miskin tersebut, keluarga Minli sangat miskin dan sekeras apapun Ma dan Pa bekerja di sawah, hidup mereka tetap pas-pasan. Makanan mereka selalu nasi tanpa lauk dan tidak pernah terisi penuh dalam mangkuk mereka. Satu-satunya saat Minli bahagia adalah ketika dia mendengarkan cerita-cerita ayahnya tentang asal-usul gunung Nirbuah dan Kakek Rembulan. 

Pada suatu hari desa Minli kedatangan seorang penjual ikan mas. Si penjual ikan mas mengatakan siapapun yang memelihara ikan mas dalam rumah mereka akan mendatangkan keberuntungan. Minli yang melihat orang tuanya terus menerus lelah akibat bekerja keras namun mereka tetap miskin memutuskan untuk membeli seekor ikan mas agar peruntungan keluarganya bisa berubah.

Namun saat tau kalau Minli telah membelanjakan 1 dari 2 keping koin tembaganya hanya demi seekor ikan mas, sang ibu sangat marah, karena 2 keping uang logam tersebut adalah satu-satunya uang yang mereka miliki sepanjang hidup Minli dan selain itu Ma juga menganggap dengan memelihara ikan mas berarti bertambah lagi beban yang harus mereka tanggung karena ada satu mahluk hidup lagi yang harus mereka beri makan, sementara mereka sendiri untuk makan pun selalu kekurangan. 

Merasa bersalah karena membuat beban kedua orang tuanya bertambah, Minli pun memutuskan untuk membebaskan ikan mas tersebut ke sungai. Namun saat sedang membebaskan ikan mas tersebut, alangkah terkejutnya Minli ternyata si ikan mas bisa berbicara. Sebagai bentuk terima kasih karena Minli telah membebaskannya, maka si ikan mas memberitahukan pada Minli jalan untuk mengubah peruntungan, yaitu dengan menemui kakek rembulan. 

Maka tanpa pikir panjang, Minli pun segera menuruti saran si ikan mas dan bergegas untuk menemui Kakek Rembulan untuk bertanya bagaimana cara mengubah peruntungan keluarganya yang miskin. 

Kesan saya ada 2 kata :


Cerdik dan Mengharukan

Buku ini adalah salah satu buku yang saya pilih sebagai additional challenge bertema mitologi dari salah satu reading challenge yang saya ikuti di tahun 2013 ini. 

Jujur, saya tidak menyangka kalau saya akan suka dengan buku ini, mengingat sasaran utama buku ini adalah anak-anak. Saya tidak ada masalah dengan buku anak-anak, tapi terkadang buku anak-anak yang ditulis terlalu ringan membuat saya merasa hampa saat membacanya. Sebaliknya buku anak-anak yang terlalu "ngayal" membuat saya merasa absurd saat membacanya. 

Dan beruntunglah saya membaca buku ini (yah saya mengakui diri saya beruntung bisa membaca buku ini)  karena buku ini memberikan semua moral yang penting untuk kita semua ingat. 

Ada satu review yang dari goodreads yang saya suka, yaitu apa beda fantasi barat dan timur? dan saya suka jawabannya di mana fantasi barat lebih menekankan pada sisi heroik dan epic  macam  pertempuran, perang, good vs evil sementara fantasi timur/Asia lebih menekankan pada pesan moral dan sisi humanis melalui perjalanan hidup atau misi dari karakter utama. Dan sejujurnya mungkin itulah yang membuat saya suka dengan fantasi Asia, karena saya merasa lebih nyambung dan ikut merasakan kesamaan dengan si tokoh utama. Dan kebetulan atau tidak fantasi Asia yang pernah saya baca macam Mitsuko dan Silver Phoenix dua tokoh utamanya melakukan misi mereka demi keluarga, dan bagi kultur Asia atau timur, faktor keluarga adalah suatu hal yang sudah tidak bisa dilepaskan. 
Kekayaan bukanlah rumah yang dipenuhi emas dan batu giok, namun sesuatu yang jauh lebih bermakna daripada itu. Sesuatu yang telah dimilikinya dan tidak perlu diubahnya. ~hal 242 
Rasa syukur, mudah diucapkan dan indah untuk diteoritiskan tapi sesungguhnya sangat sulit untuk diterapkan. Coba seberapa sering kita bersyukur, yang ada malah ngeluh dan ngeluh setiap hari. Ngeluh sama kehidupan, ngeluh sama orang-orang, ngeluh sama negara dan tentu saja tidak pernah puas dengan diri sendiri. Mungkin itulah sebabnya banyak manusia yang merasa tidak bahagia dan depresi, karena kita cenderung mencari sesuatu yang sebenarnya sudah ada. Kita mengeluh kalau ortu terlalu cerewet sama kita padahal  bila dilihat dari sisi lain, kita harusnya bersyukur masih ada yang peduli sama kita. 
Jika kau membahagiakan mereka yang ada di dekatmu, mereka yang jauh darimu akan datang. ~hal 238
Jadi yang saya tangkap dari buku ini ada 3 : 

  1. Keyakinan
  2. Rasa Syukur
  3. Perbuatan baik berbuah karma baik
Dan bicara soal rasa syukur, kebetulan atau tidak, pas baca buku ini tepat di halaman 169-170 saya mendapati kertasnya cacat atau lebih tepatnya ada bagian yang sobek seperti digigit tikus, gambarnya seperti dibawah ini :

Jujur reaksi pertama saya adalah jengkel dan merasa kesal namun (yah ini perspektif saya saja) dari beberapa buku yang pernah saya baca ada salah satu pesan moralnya yang kurang lebih berbunyi, suatu persoalan berat atau tidaknya, bukan ditentukan oleh persoalan tersebut namun bagaimana kita bisa menerima dan menghadapinya. Jadi saya putuskan untuk tidak berlama-lama kesal dan menerimanya sebagai sesuatu yang unik. Yah akhirnya saya mengatasinya dengan menganggap buku saya memiliki "tanda lahirnya" tersendiri yang membuatnya berbeda dan special dibanding buku-buku lain. Toh sekiranya secara keseluruhan kondisi bukunya masih oke, tidak ada halaman yang hilang atau ngacak. 

Memang bisa saja mencoba untuk ditukar ke pihak penerbit, tapi rasanya sayang juga mengingat bukunya sudah saya sampul plastik, belum lagi keribetan yang harus saya siapkan untuk mengirim balik via JNE/TIKI dan tambah ongkir pula. 

Sejujurnya untuk ceritanya saya kasih 4 bintang plus tambahan 1 bintang untuk ilustrasinya yang cantik. Saya senang Atria juga turut menyertakan ilustrasinya (full color pula) yang digambar langsung  oleh sang pengarang, Grace Lin. Melihat ilustrasinya, saya jadi ikut terlarut masuk ke buku dan membayangkan betapa romantisnya makan malam di paviliun terbuka yang berada di dekat danau sambil ditemani cahaya rembulan. 

Untuk terjemahannya sendiri, saya kasih nilai B+ atau cukup okelah, walau ada sedikit typo. Menurut saya abjad pinyin tidak perlu benar-benar mengikuti aturan baku karena ngga semua pembaca mengerti, misal bacanya Pa tapi tulisannya Ba. Begitu pula tulisan A Gong padahal bacanya A Kong. Namun secara keseluruhan terjemahan enak dibaca. 

Buku ini saya ikutkan sebagai Fantasy Reading Challenge 2013 untuk additional challenge cerita fantasi yang bertema mitologi. Buku ini mengangkat mitologi China. 

4 komentar:

  1. Gua juga udah bacaa.. and kesan yang masih tertinggal adalah.. nih buku baguss walau untuk bisa menuliskan review-nya, mungkin perlu baca ulang dulu, hahaha..

    Mungkin kamu bisa coba baca 'a single shard' terbitan atria juga, bagus tuh ;)

    BalasHapus
  2. A single Shard, oke nanti aku coba cari, thanks untuk infonya :)

    BalasHapus
  3. Sepertinya menarik >.< Saya suka banget membaca buku anak-anak, dan saat ini belum punya satupun buku dari terbitan Atria >.<

    Thank untuk infonya ya ^^

    Buku anak-anak kadang membacanya membuatmu hampa??? :O sudah baca buku-buku karangan Enid Blyton, Kate DiCamillo, Philip Pulman, Astrid Linger??? :O

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enid Blython cuma baca yg buku anak2 bergambar yg ada 1-8 mulai dari Si Babi Ungu sampai Anak Dalam Cermin, trus Si Kembar di St.Claire dan Malory Towers. Kate DiCamillo baru 1. Yang saya maksud tuh macam Alice in Wonderlad

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...